Iq hanya menyumbangkan 1% tingkat kesuksesan!
Sore itu, aku membuka aplikasi warna biru, yang satu hari bisa ku habiskan waktuku untuk terus berselancar dan melihat resep aneka kue. Benar - benar bikin nyaman, banyak hal baru yang ditemukan.
Namun tiba - tiba suara ponsel berbunyi, ada pesan dari aplikasi berwarna biru " halo Rani, masih ingat saya? Saya satu SMA sama kamu, mau tanya apa kamu sering perhatikan status si kembar yang terkenal di sekolah paling pandai, maaf kepo!" Yang mengirim pesan bernama Ima, ternyata aku berteman tapi aku lupa karena tidak pernah satu kelas dengannya, tapi kalo si kembar salah satunya sekelas dengan aku.
Aku coba liat status yang membuat orang penasaran. Rasanya sedih, isinya cuma ungkapan hati dan amarah. Ada apa? Kenapa berubah? Dira dan Dara, adalah si kembar yang paling populer di sekolah. Cantik dan yang paling keren lagi, mereka pinter melebihi batas kita orang. Mereka memang terlihat diam, tak banyak bicara tapi kalo soal ujian dan ulangan mereka jagonya. Bahkan jika ada pelajaran Seni Budaya, mereka berusaha menari dan menyanyi dengan baik. Meski Dira dan Dara tak satu kelas, tapi guru - guru sering memuji mereka dan menjadikn contoh kepada kami kaum yang memiliki otak apa adanya.
Teringat jaman dahulu kala saat masih muda, hari Jumat adalah hari yang paling ditunggu. Aku dan kawan - kawan, sering menyewa CD drama Korea ke pusat kota, beli makroni super hot, minuman manis - manis kemudian nonton bareng di rumah si kembar. Jumat berasa surga, jadwal sekolah cuma sampe jam 10.30 aja, sisanya kita habiskan liat drakor meski cuma nyewa.
Kadang ketika nonton kita semua bercerita tentang masa kecil. Teringat apa yang dikatakan Dira pada kami " aku dan adikku, tidak pernah punya teman bermain seperti ini. Dulu saat masih kecil habis pulang sekolah selalu diam di rumah tidak diijinkan main. Permainan tradisional seperti pecle, sapintrong, gobag gak pernah tau. Kami hanya main bp ( kertas baju ) berdua bersama Dara,kami berdua habiskan waktu bersama. Saat ini kami senang kalian main di rumah kami"
Saat lulus SMA, kami masuk Universitas yang sama hanya beda jurusan. Dira memang keren dia lulus dengan nilai yang sempurna. Benar - benar hebat, tapi Dara yang saat SMA sama pintarnya dengan Dira berubah tidak secekatan dulu dalam tugas. Aku yang beloon begini lulus tepat waktu dan nilai tidak begitu hancur lebur, tapi Dira setiap mengajukan proposal selalu di tolak jangankan menyusun skripsi, mengajukan proposal kembali dia enggan. Saat ditanya kenapa? Dira hanya menjawab " aku takut dosen sering membentakku".
Lalu aku ceritakan kengerian aku waktu mengajukan proposal hingga bimbingan, kertasku pernah di coret,di acak-acak,disobek, masalah dibentak tiap bimbingan sudah jadi makanan sehari - hari. Apalagi PHP soal waktu dan tempat untuk bimbingan, aku bilang pada Dara " fokus, tujuan wisuda apapun yang terjadi jangan di dengar dan jangan terlalu difikirin, jalan terus ampe waktunya tiba kemenangan"
2011 aku dan Dira sama - sama lulus, entah tahun mana Dara baru lulus. Saat itu 2012 aku mulai bekerja di sebuah PT, sayang tahun 2014 aku di PHK. Awal tahun 2015 aku bertemu kembali dengan Dira di Bursa Kerja, aku bersama kawanku Dava dan Resa mencoba peruntungan di sana. Kami bertiga, tapi saat lihat Dira aku lihat ayahnya mengantar ke bursa kerja,bahkan yang memberikan lamaran juga ayahnya bukan Dira, aku menyapa tapi Dira seperti enggan menjawab entah kenapa dia berubah, kenapa? Entahlah
2017 Dara mengirim pesan " hai Rani, apa kabar? Sekarang aku di Kota kembang, kamu dimana? Aku sudah bekerja di sebuah perusahan yang lumayan ternama!"
Syukurlah, saat Dara punya pekerjaan, aku mulai usaha serabutan dengan jualan online hasil karyaku sendiri, walau begitulah nasibnya yang penting aku gak jadi pengangguran kasian emak sama apa yang udah nyekolahin.
Penghujung tahun 2017 terdengar kabar kembali, bahwa Dara berhenti kerja. Kini yang aku tahu Dira dan Dara tidak bekerja, mereka berdua di rumah. Tidak main, tidak kerja. Aku sering tanya kabar Dara karena emang pernah sekelas, 2017 dapet kerja di tahun yang sama juga berhenti kerja, gara - gara nemuin temen kerja yang usil. Ah dunia kerja mah emang gitu, ada yang baik di depan di belakang nusuk, udah gak aneh apalagi jilatin atasan, Dara kaget nemuin orang kaya gitu. Hingga kini tahun 2020 mereka tidak bekerja dan belum menemukan jodoh, entah apa yang terjadi pada mereka status mereka berubah jadi aneh seperti orang yang agak depresi. Tapi tiap ditanya Dara menjawab benci sama temannya yang waktu kerja. 2017 ke tahun 2020 menyimpan dan mengungkapkan kebencian hingga tiada ahir. Kenapa harus selama itu? Dira juga aneh, kata - katanya makin berani menjurus ke hal - hal yang porno, apakah ini efek kegabutan karena terlalu lama di rumah?
Kasian mereka, dulu waktu kecil tak punya kebebasan bermain seperti aku yang liar main ke sawah, main ucing sumput, sepedahan ampe magrib hingga berenang di kolam ikan orang. Mereka habiskan waktu berdua, hanya berdua tanpa mempunyai temen kecil di dekat rumah mereka, ingat saat ada kegiatan pesantren saat SMA memasuki bulan Ramadhan mereka berdua ikut pesantren dan tiap hari dikunjungi orang tuanya terus baju kotor di bawa pulang, tak ada kesempatan buat mereka belajar mencuci baju. Study tour ke kota kembang pun mereka diikutin. Aku mah bebas merdeka orang tua ngasih kepercayaan lebih dan beruntung, aku jadi tau harus bagaimana dalam setiap keadaan.
Dira dan Dara, gadis paling keren dan populer saat SMA kini menjadi aneh. Usia 32 tahun tapi masih takut mengenal laki - laki, tidak mampu jauh dari rumah, belum siap bertemu dengan orang yang memiliki karakter yang agak antagonis dan takut dalam mengambil tindakan.
Apakah ini yang diinginkan para orang tua? Membuat anak tak mampu mengambil keputusan dan langkah, meski nilai akademis menjulang tinggi. Namun jika keterampilan dalam bergaul kurang, membuat potensi mereka mati kutu. Jiwa sosial mereka kurang, adaptasi bersama orang baru mereka mengalami kesulitan. Melihat hal itu aku sendiri sedih, aku temannya yang senang bermain setiap hari Jumat merasa sedih. Wajah mereka cantik, otak mereka cerdas kenapa mereka harus menjadi orang - orang yang aga aneh.
Apalagi saat baca chat dari Ima " dunia emang berputar ya, dulu mereka populer sekarang mereka menyedihkan".
Ini dampak negatife didikan orang tua yang tidak pernah memberikan kepercayaan kepada anak, yang menjadikan mereka harus mendapat nilai tinggi tanpa memperdulikan keterampilan mereka dalam kehidupan sosial.
Nah emak - emak, ini juga pelajaran buat aku sendiri kalo punya anak biarkan dia berkreasi, bermain dan bergaul agar pemikiran mereka berkembang. Jangan selalu melarang dengan alasan sayang, gedenya mereka menderita karena sulit ambil keputusan dan bagaimana harus bertindak. Sayang itu ? Biarkan mereka bergaul dengan sewajarnya, nilai dan pringkat tidak menjamin seseorang bisa sukses. Iq hanya menyumbang 1% tingkat kesuksesan sisanya adalah Eq dan Sq.
Jangan batasi kebebasan mereka, jangan biarkan mereka gedenya terpenjara dalam sunyi karena tak mampu beradaptasi. Sungguh disayangkan jika masih ada emak - emak yang merenggut kemerdekaan anak dengan alasan sayang.
0 komentar:
Post a Comment