Ada hal yang ingin aku jelaskan, ketika
aku benar-benar memilih pergi dari sisimu. Kamu yang jauh di sana, perlakuanmu
membingungkan ku. Kadang aku berfikir
kita begitu dekat, namun kadang aku berfikir semua ini begitu semu dan palsu.
Kamu cukup menyentuh hatiku, hingga aku merasa kurang waras untuk menyukai dan
mencintaimu. Bukankah dari awal aku berjanji akan berusaha agar jangan sampai
jatuh cinta?
Kadang aku berfikir, kamu adalah salah
satu orang yang terindah dan terhebat yang aku miliki, kamu luar biasa mampu memberiku kekuatan untuk tetap bertahan,
menyembuhkan luka di masa lalu ku. Kita dekat seperti saudara, namun perasaan
ku yang halus karena aku wanita, hatiku tersentuh kagum oleh sikapmu. Tapi aku
berusaha untuk menahannya agar kamu tak pernah tahu jika aku menggumi dan
menyukaimu. Sikapmu yang dewasa, lembut dan bijak membuatku bertahan untuk
tetap menjadi sahabatmu. Namun cinta merubah pandangan dan segalanya, dulu saat
semua terasa biasa kita sering bercanda saling menghina hingga kita tertawa
lepas bersama, semua tanpa beban tanpa ada rasa sakit hati. Kini semua telah
berubah, aku selalu berusaha untuk bersabar menerima semua makianmu, tapi
sebagai perempuan jika kamu menghina salah satu bentuk fisik yang tidak di
sukai nya siapapun akan marah. Serta tak adil, kadang aku berfikir benar aku
harus jauh darimu, berhenti menjadi pendengarmu dan menyerah oleh semua
sikapmu. Jika aku bertahan semua akan menimbulkan luka yang semakin dalam.
Kamu sadar apa yang kamu katakan padaku?
Apa kamu tahu apa yang kamu lakukan, seolah kamu mencintaiku. Saat aku putuskan
untuk hidup bersama orang lain, kamu seolah menghalangiku dan selalu marah tak
jelas.hingga aku putuskan untuk mengakhiri semuanya dengannya. Aku pikir benar
kamu mencintaiku, tapi aku mendengar kenyataan pahit. Ketika kamu mengatakan
merasa jiji, takut mendekatiku jika aku mencintaimu. Kamu memang mengatakannya
dengan santai, tapi aku sendiri yang mendengar cukup tersinggung. Lama aku
berfikir, kehidupan tak mungkin aku terus di bawah kemauan kamu. Aku melihat
cinta yang indah, fatamorgana yang membutakanku dan akan membuatku terluka dan
terjatuh. Lalu aku berfikir, kamu manusia paling licik, memiliki pacar yang
banyak, menggoda banyak wanita dan tebar pesona. Tapi jika aku sedikit saja
dekat dengan yang lain, kamu marah. Awalnya aku berfikir kamu juga menyukaiku
tapi ternyata salah, ada sesuatu yang berbeda semua terasa berubah, aku semakin
tak nyaman berada di dekatmu. Setiap hari berfikir keegoisanmu. Aku selalu
mendukungmu jika kamu bahagia berkenalan dengan wanita lain. Meski kadang aku
merasa sedih tapi aku berusaha mendukung apa yang kamu sukai. Aku memang sering
bercanda, tapi saat aku serius aku akan memujimu mengatakan hal-hal yang baik
agar terpacu sikap positip sehingga motivasi dalam dirimu terpencar. Dan hari-harimu
semangat, aku katakan hal-hal yang baik. Berusaha menjadi motivator mu. Tapi saat
aku mulai tak kuat dengan keadaan ini, dimana aku akan kamu tinggalkan, dimana
semuanya akan berubah. Aku semakin takut kehilangan dan semakin menjadi. Aku meminta
agar komunikasi kita terputus dan kita menjauh, kamu marah seketika lalu aku
jelaskan bahwa aku mencintaimu. Aku tau dari pengkauan itu, aku tahu isi
hatimu. Benar saja kamu merasa jijik kepadaku, menghinaku tak karuan. Sikap bercandamu
berbeda, kamu mulai menghina bentuk fisiku dengan mengatakan wajah jelak, dan
hal yang membuatku perasaanku down. Yah aku jelek, aku memang menjijikan .
semakin kuat keinginanku untuk mejauh, dengan harapan bisa menenangkan diri. Aku
mengatakan aku mencintaimu, bukan memintamu untuk mencitaiku atau harapan kamu
iba. Aku hanya ingin kamu mengerti dan mulai memahami semua maksud ku untuk
sejenak pergi menjauh. Jika kamu ingin tahu, bahkan aku pun tak ingin berdoa
kamu mencintaiku atau kita berjodoh. Aku selalu berada di bawah kakimu, awalnya
aku menurut karena aku selalu ingin melakukan yang terbaik untuk menjadi
sahabat terbaikmu. Jika kamu benci karena perasaanku, aku tak memintamu untuk
terus menjadi bagian dari hidupku, aku hanya berharap sedikit saja jaga
perkataanmu. Bahkan yang paling menyakitkan kamu selalu menganggapku wanita
paling hina dan rendah. Lebih dari kupu-kupu malam, aku tak pernah meminta agar
kamu mencintaiku. Aku mengatakannya karena aku hanya ingin sendiri dan
menenangkan diri. Saat aku ingin menjauh kamu memang menahanku untuk tidak
pergi, saat aku bertahan hinaanmu tentang wanita yang hina membuatku semakin
tersudut. Aku lebih baik sendiri, tapi kamu mengatakan aku akan bergaul dan
hidup di jalan lagi. Tugasku menjadi sahabatmu, namun jika kamu sudah menghina
dan merasa jijik pantaskah aku bertahan? Setidaknya hargailah aku sebagai sahabatmu,
perasaan jijikmu begitu besar sehingga kamu menghinaku habis-habisan. Tapi??? Aku
juga jenuh dengan sikap mu yang seolah mencintaiku, tapi kini aku yakin bahwa
kita tak perlu bersama. Kamu temukan hidupmu sendiri dan aku akan mencari
hidupku sendiri.
Tapi aku tak akan lupa, bahwa dahulu
kamu sahabatku paling baik, pengertian, penyayang dan pendengar yang baik. Sikapmu
yang mampu menyentuh hatiku, kamu tahu? Menyesal aku akui segalanya jika
akhirnya kamu membenciku, minimal aku hanya ingin menjadi saudaramu. Bermimpi jadi
pendampingmu pun aku tak mampu, aku sadar aku adalah wanita yang kamu kenal
sangat hina setelah kamu merasa jijik.
Lalu kenapa dulu kamu menghalangi
langkahku untuk menggenggam tangan yang lain.
Sahabat…..bencimu sangat tak beralasan. Kita
sudah seperti saudara, tiba-tiba kamu menghinaku mati-matian. Aku tak pernah
memintamu untuk mencintaku. Jangan pernah menyentuh hati, jika tak ingin
melukai. Beriskaplah seperti sewajarnya seperti dahulu saling berbagi karena kita
seperti saudara. Aku tak akan mengangganggu mu lagi. Aku pergi…….aku yakin ketika aku pergi kamu tak akan pernah merasa sepi. Kata-kata
mu bohong besar ketika megatakan “ aku
beruntung mengenalmu, jika tidak aku bisa gila” sikapmu yang berubah
menjadi benci sudah cukup mewakili hatimu. Aku tak pernah menyesal pernah
menyukaimu, tapi aku tahu semua semu ini adalah hal yang tak mungkin. Karena aku
pernah berfikir kamu memiliki rasa yang sama karena perlakuanmu. Tapi saat ini
aku cukup tahu, kenanglah aku sebagai sahabatmu. Namu, jika kamu memandang hina
diriku, peliharalah pandanganmu. Karena tak ada yang meyuruhmu untuk
memandangku indah.
Terimakasih dahulu kita pernah berjuang
bersama, bahkan saat susahpun bersama. Kini aku pergi, berharap kamu meredam
rasa benci dan kamu tak perlu buang energy untuk menghinaku lagi. Aku ingin
sendiri dalam sepi dan berharap ketika aku merasa tenang, semua tindakanmu bisa
aku lupakan.
0 komentar:
Post a Comment