Kasus
bullying di sekolah???yap sebagian dari orang mungkin pernah mengalaminya,
begitu pula dengan saya. Saya bahkan menjadi bulan-bulanan di sekolah, memang
tidak pantas terjadi di kalangan terpelajar, seperti hal nya saya, jika
teringat jaman dimana teman-teman membully saya habis-habisan, rasanya ingin
menghapus masa lalu dan menganggap bahwa saya tak pernah berada di lingkungan
yang sama dengan mereka. Kasus bullying ini memang mengganggu dan dampak nya
juga tentu negative. Dulu saat saya masih duduk di bangku SMA, saya dan Uzumaki
adalah korban dari kasus tersebut. Disini saya hanya ingin menceritakan apa
yang terjadi pada kami, dan bagaiaman cara kami bisa bangkit dari kasus yang
hampir membunuh rasa percaya diri dan semangat kami.
Saat
itu saya, duduk di bangku kelas XI di SMA, awalnya terasa biasa tak ada yang
salah dengan apa yang terjadi. Semua masih baik-baik saja, hingga akhirnya buat
saya datang masa-masa sulit yang saya pikir saya tak sanggup untuk melewati ini
semuanya. Saat itu yang menjadi sumber masalah dalam kehidupan saya adalah
seorang guru PKN, beliau pencetus kasus bully yang saya alami. Cara beliau
mengajar cukup aneh, beliau hanya mengabsen seluruh siswa dan selebihnya adalah
berbicara yang tak penting seperti seorang pelawak. Iya kami hanya di beri lks,
namun tak satupun yang ia bahas hingga saya tamat sekolah pun begitu. Masalahnya
bukan terletak pada cara beliau mengajar. Namun terletak pada cara beliau mengabsen,
beliau mengganti nama saya menjadi salah satu pelawak yang saat itu menjadi
pelawak yang cukup terkenal, dan kebetulan di salah satu stasiun televisi ada
acara pencarian bakat pelawak. Awalnya saya biasa saja beliau mengganti nama
saya, namun makin menjadi beliau seperti orang setres tiap memanggil nama saya,
selalu tertawa lepas dan terbahak-bahak seolah lucu. Dari sanalah sebagian dari
teman-teman saya memperolok-olokan nama saya. Jika hanya memperolok-olok nama
saja mungkin saya tidak akan down saat masuk sekolah. Namun hanya dari sebuah
nama yang di rubah, kemudian jadi bahan tertawaan maka jadilah sebuah kasus
bully yang menyedihkan bagi saya saat itu. Semua orang menghina habis-habisan,
mulai dari nama dan segalanya menjadi bahan cemoohan. Saya cukup sabar
menghadapi mereka, saya pernah marah dan memukul meja tak ada guna nya, hinaan
semakin menjadi. Lalu saya konsul dengan guru BP saat itu, saya meminta
pertolongannya. Tah lah ini sekolah bukan rumah sakit jiwa, tapi guru BP
tersebut menanggapinya dengan bercanda “sudah
gak apa-apa, dan orang yang memulai menghina kamu atau Pak… (guru PKN) dia
cinta sama kamu”. Entahlah saya merasa berada di tengah-tengah orang yang
menurut saya saat itu kurang waras. Entahlah mungkin bahkan saya sendiri yang mulai
kurang waras. Sekolah saat itu menjadi tempat yang menjijikan, melihat mereka
yang membully dan tertawa terbahak-bahak seperti melihat mahluk yang paling
menjijikan, semuanya terlihat menjijikan. Menuju ke soklah semua terasa berat,
kadang kepalaku pusing jika sampai gerbang sekolah, dan saya menjadi salah satu
siswa yang gemar kesiangan. Karena saya sekolah pun sudah tidak niat saat itu,
jika karena tidak takut dengan orang tua sudah pasti saya sudah bolos hampir
setiap hari. Pikiran semakin mumet melihat dan merasakan hal buruk seperti ini,
di SMP saya ternasuk salah satu siswa yang berprestasi, namun saat SMA saya
hanya berharap naik kelas , lulus, dapat nilai pas-pasan gak masalah. Sekolah seperti
neraka, waktu serasa lama tak berputar. Setiap hari merasakan tekanan yang
sangat dalam, saya melampiasknnya dengan makan makanan yang pedas, jerawat saya
tumbuh banyak, setiap hari sakit perut. Karena jika stress gak makan pedas saya
akan pusing dan ingin marah-marah. Masa-masa sulit saya alami selama hampir
satu tahun lebih. Hal yang membuat saya terus bertahan adalah orang tua,
kemudian saya tidak mau tinggal kelas, secara saya perempuan dan jika terjadi
akan menambah masalah dan aib bagi keluarga. Dan untunglah di antara mereka
yang saya benci ada seorang teman yang selalu mengingatkan saya betapa Allah selalu
bersama kita dan tak pernah sedikitpun meninggalkan kita. Meski tidak merubah
rasa benci saya terhadap sekolah namun setidaknya membuat saya bertahan. Ketika
kita di bully mereka tertawa girang, kita melawan malah jadi serangan balik dan
menjadi bulan-bulanan. Ini adalah hal terberat yang pernah saya lalui, entah
orang-orang di dalamnya sudah gila atau siapa yang gila? Hal itu sudah menjadi
sejarah dan masa lalu yang kelam, kini saya menatap masa depan. Saat masuk
bangku kuliah semangat saya yang hampir
pudar dan tenggelam akhirnya bangkit lagi. Suasana manusiawi dan terpelajar nya
jelas trasa, sikap saling menghargai dan juga belajar yang tertib membuat saya
nyaman berada di kelas dan belajarpun terasa lebih nyaman. Di tambah sahabat-sahabat
yang menyenangkan. Bagi saya ini adalah obat. Saya sembuh dari rasa kurang
percaya diri yang parah. Hingga akhirnya saya mampu menggapai cita-cita sampai
saat seperti ini. Saya bekerja sebagai tenaga pengajar, tujuan saya hanya ingin
mendidik anak-anak agar menjadi cerdas dalam segala hal, dalam belajar, bergaul
dan berbicara. Saya tak ingin ada kasus bullying di sekolah yang hampir
merenggut harapan dan rasa percaya diri. Semoga kasus seperti itu terhapuskan,
saya tahu rasanya jadi bahan bully. Maka saya berharap tak ada kasus yang
seperti itu lagi. Soal guru PKN tersebut memang aneh, langka namun terjadi. Tapi
bukan hanya saya yang menilanya aneh. Tapi menurut guru Matematika saat saya
masih duduk di SMA, guru PKN tersebut tergolong aneh bahkan dalam kehidupan
sehari-harinya. Untunglah saya bukan penganut dia yang mencetuskan budaya
bullying di sekolah. Saya justru aneh apakah dia tidak memahami apa yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pengertian terhadap anak-anak?. Yang penting
saya tidak seperti beliau, meski apapun yang terjadi masa lalu tersebut rasanya
ingin terkubur lebih dalam lagi, bahkan saya tak ingin mengingat bahwa saya
pernah sekolah di sana. Tapi saya belajar banyak hal, saya lebih bijak
menghadapi masalah, lebih tenang menghadapi mereka yang senang menghina. Bagi
saya adalah “orang terpelajar , tak
mungkin mulutnya kotor. Jikapun ada dari sebagian mereka yang senang berbicara
kotor dan membully, berarti bukan orang terpelajar”
Lain
lagi dengan kasus Uzumaki, dia masih satu kelas. Dia berasal dari keluarga yang
didikannya keras. Uzumaki merasa tertekan, makanya sikap nya agak aneh saat
itu. Uzumaki juga tak pernah mandi, baju nya kotor dan agak bau. Teman-teman
sering menghina nya habis-habisan, tapi Uzumaki awalnya tak menggubrisnya,
hingga akhirnya Uzumaki menjadi anak yang pemarah. Pernah suatu ketika, ketika
saya duduk di bangku sebelahnya, saat itu saya melihatnya sedang makan karena
Uzumaki selalu membawa bekal. Saat itu jam istirahat, tiba-tiba salah satu
teman kami menghinanya “ya ampun, bukan
anak TK. Bawa bekal terus makan di kelas…hahahhaha” yang menghina Uzumaki
adalah Karnos, seorang perempuan yang so alim menurut saya saat itu, namun
mulutnya seperti kompor yang membuat orang emosi di jiwa. Tiba-tiba Uzumaki
membanting mistingnya, dan mendorong meja hingga meja yang di depannya pun
terdorong. Uzumaki menangis histeris, saya kaget bukan main. Jantung terasa mau
copot karena melihat Uzumaki yang marah, Karnos kabur, tak tanggung jawab. Sebal
bukan main dengan mereka yang menghina dan merasa diri sempurna, meski takut
saat itu, saya merasakan kebencian yang ada dalam hati Uzumaki, karena kami lah
korban dari kasus bully. Lalu saat pelajaran B. Indonesia salah satu teman kami
bernama Yayan menyindir Uzumaki, tiba-tiba Uzumaki membawa silet dan mengiris
tangganya, kaget bukan main. Ketua kelas langsung lari mencari guru BP,
sementara guru B. Indonesia kaget terdiam bukan maen. Sering sekali Uzumaki
marah, membanting meja, memukul bor kelas, melempar sepatu dan membanting
kursi. Saya tahu itu bentuk berontak dan kesal yang ada dalam hatinya, tapi
sekarang Uzumaki telah berubah menjadi Bidan yang cantik dan bersih, kasus
bully yang dapat menyelamatkannya di sekolah adalah seorang teman yang berada
di antara kami, yang mencoba mendekati nya secara halus. Orang itu lah yang
membimbing Uzumaki berubah.
Memang ketika kita berada diantara
orang yang menghina dan membenci kita, kita hanya butuh satu teman yang menjadi
motivator untuk kita. Dan ingat bahwa Allah tak mungkin memberi ujian yang
berat jika kita tidak mampu menghadapinya.
Kami
berdua tidak ingin menjadi apa yang mereka bully, tapi kami membuktikan bahwa
kami mampu dan bisa menjadi lebih baik, dan meruntuhkan hinaan mereka yang tak
berkelas. Karena kami tak ingin menjadi orang bodoh yang menyerah karena hinaan
mereka yang tak bertanggung jawab. Setidaknya kami lebih bijak menanggapi
mereka yang memiliki mulut yang tak bertanggung jawab.
Dari
kasus bully bisa kita simpulkan dampak negative yang terjadi:
Malas
Tertekan
Pemarah
Prestasi meunurun
Stress
Merasa diri tak
berarti seperti mahluk yang menjijikan
Kurangnya rasa
percaya diri
Apa
yang akan terjadi jika kami tak bangkit? Tak sedikit kasus dari korban bully
mengalami gangguan mental yang cukup parah, atau kelainan lainnya.
Apa
anda peduli? Dengan mereka yang memiliki hak belajar dengan tenang? Jika ya,
jadilah orang yang berhenti menstop kasus bully, atau berhenti membully.
Jika
anda korban seperti kami, maka ingatlah “jangan
mau menjadi seorang yang lemah, seperti yang mereka hinakan pada kita. Buktikan
bahwa kita bisa menjadi lebih baik dan lebih berprestasi. Buat mereka gigit
jari karena telah salah menghina kita”
Dan kita tak
perlu membalas mereka, kamu tahu??? Memaafkan lebih mulia di sisi Allah Swt.
0 komentar:
Post a Comment