Home » » Cara Teknis Menulis Tes Hasil Belajar Modul 6 KB 3

Cara Teknis Menulis Tes Hasil Belajar Modul 6 KB 3


Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar


Secara umum, langkah-langkah kegiatan penilaian hasil belajar yang dilakukan Guru meliputi: (1) Perencanaan penilaian dan pengembangan perangkat, (2) Pelaksanaan penilaian atau pengujian, (3) Penyekoran, (4) Pelaporan, dan (5) Pemanfaatan hasil penilaian. Salah satu kegiatan yang dilakukan Guru dalam perencanaan penilaian dan pengembangan perangkat adalah penulisan soal tes.

1. Penulisan Tes

Guru harus memiliki pemahaman dan keterampilan untuk mengembangkan atau menulis instrumen penilaian, termasuk tes. Penulisan tes hendaknya dilakukan secara sistematis sesuai kaidah penulisan tes yang baik, yaitu melalui langkah-langkah: (a) Perumusan tujuan tes, (b) Penentuan bentuk pelaksanaan tes, (c) Penyusunan kisi-kisi tes, (d) Penulisan butir soal, (e) Penelaahan butir soal, (f) Uji coba/analisis, (g) Perakitan soal/perangkat tes. Setelah perakitan soal tes tersebut selesai dilakukan, maka perangkat tes siap digunakan untuk pelaksanaan tes.

a.  Merumuskan Tujuan Tes

Perumusan tujuan tes harus dilakukan dengan memperhatikan untuk apa tes tersebut disusun. Tes hasil belajar disusun umumnya digunakan untuk penempatan, diagnostik, perkembangan hasil belajar, dan tujuan lainnya. Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan Guru di kelas atau laboratorium, perumusan tujuan tes mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Di dalam RPP umumnya telah tercantum tujuan pembelajaran, materi-materi sesuai Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan, dan indikator ketercapain KD.

b. Menentukan Bentuk Pelaksanaan Tes

Berdasarkan tujuan tes, langkah selanjutnya adalah menetapkan bentuk pelaksanaan tes. Secara umum tes dapat diklasifikasikan kedalam bentuk tes penampilan atau tes unjuk kerja, tes lisan, dan tes tertulis. Tes tertulis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tes bentuk uraian, dan tes bentuk objektif. Guru dalam menentukan bentuk tes harus mempertimbangkan tujuan tes, kesesuaian dengan KD atau karakteristik materi yang diujikan, peserta didik, fasilitas pendukung, dan berbagai hak terkait lainnya.

c.  Menyusun Kisi-Kisi

Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks berisi informasi yang dapat dijadikan pedoman dalam menulis atau merakit soal. Kisi-kisi tes hendaknya memenuhi persyaratan berikut: (1) mewakili isi kurikulum yang akan diujikan, (2) komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami, dan (3) indikator soal harus jelas dan dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah utama dalam menyusun kisi-kisi adalah sebagai berikut: (a) menentukan Kompetensi (KD) yang akan diukur; (b) memilih materi esensial yang representatif; dan (c) merumuskan indikator yang mengacu pada KD dengan memperhatikan materi.

1)      Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik setelah mempelajari materi pelajaran tertentu. KD ini diambil dari kurikulum yang digunakan sekolah.

2)      Materi

Materi merupakan materi esensial yang harus dikuasai peserta didik berdasarkan KD yang akan diukur. Kriteria pemilihan materi esensial antara lain: (a) materi yang sudah dipelajari sebelumnya, (b) penting dan harus dikuasai peserta didik, (c) sering diperlukan untuk mempelajari mata pelajaran lain, (d) berkesinambungan pada semua jenjang kelas, dan (e) memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

3)      Indikator

Indikator dijadikan acuan dalam membuat soal. Di dalam indikator tergambar kompetensi

yang harus dicapai dalam KD. Kriteria perumusan indikator: (a) memuat ciri-ciri KD yang akan diukur, (b) memuat kata kerja operasional yang dapat diukur, (c) berkaitan dengan materi/konsep yang dipilih, (d) dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan. Komponen-komponen indikator soal yang perlu diperhatikan adalah subjek, perilaku yang akan diukur, dan kondisi/konteks/stimulus.

Berikut merupakan salah satu contoh kisi-kisi penulisan soal (Direktorat Pembinaan SMP Kemdikbud, 2017).


KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenjang Pendidikan
: SMP/MTs
Mata Pelajaran
: PPKn
Kurikulum
: 2013
Kelas
: VIII
Jumlah Soal
: 3
Bentuk Soal
: 2 PilihanGanda (PG) + 1 Uraian



No.
Kompetensi
Kelas
Materi
Indikator soal
Level
No
Bentuk


Dasar



kognitif
Soal
Soal





















1
3.1 Menelaah
VIII
Pancasila
Disajikan kasus
Penerapan
1
PG


Pancasila

sebagai dasar
pelanggaran HAM,
(L2)




sebagai dasar

negara dan
peserta didik dapat





negara dan

pandangan
menentukan sikap





pandangan

hidup bangsa
yang sesuai dengan





hidup bangsa








Pancasila.






















3.4 Menga-
VIII
Makna dan
Peserta didik dapat
Penerapan
2
PG


nalisa makna

arti
menunjukkan
(L2)




dan arti

Kebangkitan
pilihan tindakan





Kebangkitan

nasional 1908
dalam bidang





nasional 1908

dalam perju-
politik sesuai





dalam

angan kemer-






makna Kebangkitan





perjuangan

dekaan






Nasional 1908..





kemerdekaan

Republik












Republik

Indonsia






Indonsia











Disajikan teks
Penalaran
3
Uraian





kasus
(L3)







keterbelakangan








pendidikan di suatu








daerah di








Indonesia, peserta








didik dapat








memprediksi








alternatif tindakan








yang dapat








digunakan sebagai








solusi sesuai makna








Kebangkitan








Nasional 1908.














d. Menulis Butir Soal Tes


1). Soal Tes Uraian

Tes bentuk uraian dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu soal uraian bebas, dan soal uraian terbatas (terstruktur). Tes bentuk uraian bebas memberi kebebasan kepada peserta tes untuk memberikan jawaban selengkap mungkin. Pada tes bentuk uraian terbatas, jawaban yang diberikan peserta tes dibatasi berdasarkan aspek-aspek khusus dari mata pelajaran yang diujikan. Di samping itu, bentuk soal uraian dapat dibedakan menjadi soal uraian objektif dan uraian non objektif. Soal bentuk uraian objektif adalah rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan konsep tertentu, dan dapat diidentifikasi kata-kata kunci jawabannya, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Soal bentuk uraian non-objektif adalah rumusan soal yang menuntut sehimpunan jawaban berupa konsep menurut pendapat masing-masing siswa. Penskorannya sukar dilakukan secara objektif, dan sulit diidentifikasi kata-kata kunci jawabannya, sehingga skor diberikan dalam bentuk rentang yang sifatnya holistik.

Pada tahap menulis butir soal tes, kita menulis soal berdasarkan indikator-indikator yang ada pada kisi-kisi soal. Setiap indikator soal dapat dituangkan menjadi satu atau lebih butir soal sesuai dengan tuntutan indikator. Kaidah-kaidah penyusunan soal tes uraian antara lain: Soal harus sesuai dengan indikator; Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas; Isi materi sesuai dengan petunjuk pengukuran; Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas; Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai: seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah; tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna; Rumusan butir soal menggunakan bahasa sederhana dan komunikatif; Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik atau kelompok tertentu; Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Soal  tes  uraian  harus  dilengkapi  dengan  pedoman  penskoran.
Pedoman   penskoran
merupakan  panduan  atau  petunjuk  yang  menjelaskan tentang
batasan  atau  kata-kata
kunci atau konsep untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal
bentuk uraian
objektif
dan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang diharapkan atau kriteria-kriteria
jawaban

yang digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal uraian non objektif. Pedoman penskoran untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah penulisan soal.


Berikut ini merupakan contoh kisi-kisi soal uraian, dan pedoman penskorannya (Direktorat Pembinaan SMP Kemdikbud, 2017).



Jenis Pendidikan
: SMP














Mata Pelajaran
: PPKn














Kurikulum
: 2013















Bentuk soal
: Uraian














Tahun Pelajaran
: 2017/2018



































Kompetensi


Bahan/


Konten


Level




Nomor



No.




Kelas





Indikator Soal















Dasar


Semester


/Materi


Kognitif




Soal


1


Menganalisis


VII/1


BPUPKI


2

Peserta
didik

1






proses










dapat









perumusan dan










menjelaskan
latar








penetapan










belakang









Pancasila










pembentukan








sebagai Dasar










BPUPKI









Negara

















-          Contoh Soal Uraian:

Tuliskan 3 (tiga) alasan Jepang mengijinkan pembentukan BPUPKI.

-          Contoh Pedoman Penskoran Soal Uraian

No.
Kunci Jawaban
Skor

Soal



1
Jepang mengalami kekalahan perang di wilayah Asia Pasifik.
1





Pembentukan BPUPKI diperbolehkan dengan tujuan rakyat
2


Indonesia membantu Jepang dalam perang dunia ke-2.



Desakan kaum pergerakan Indonesia untuk mempersiapkan
1


kemerdekaan Indonesia.



Skor Maksimum
4

2
……………………………………………………………….



Skor Maksimum


……………………………………………………………….



……………………………………………………………….







Skor Maksimum


Total Skor
Maksimum







2). Soal Tes Objektif

(a)  Bentuk Soal Pilihan Ganda

Tes bentuk pilihan ganda merupakan jenis tes yang paling banyak digunakan. Soal pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Butir soal ini memiliki alternative jawaban lebih dari dua. Umumnya alternative jawabannya 4 (empat) atau 5 (lima). Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pokok soal memuat masalah atau materi atau kemampuan yang akan diukur atau ditanyakan kepada peserta tes. Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor) yang berhubungan dengan materi yang diukur atau ditanyakan.

(b)  Bentuk Soal Benar Salah

Bentuk soal ini menuntut peserta didik (peserta tes) untuk memilih dua ke­ mungkinan jawaban. Bentuk kemungkinan jawaban yang sering digunakan adalah “Benar dan Salah” atau “Ya dan Tidak”. Peserta tes diminta untuk memilih jawaban benar atau salah untuk pernyataan yang disajikan.

(c)  Bentuk Soal Menjodohkan

Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri, biasanya merupakan pernyataan soal atau pernyataan stimulus. Kelompok kedua ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan jawaban atau pernyataan respon. Peserta tes diminta untuk menjodohkan atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada lajur sebelah kiri di antara pernyataan yang ditulis pada lajur sebelah kanan.

Dalam menyusun soal bentuk menjodohkan terdapat kaidah penulisan yang harus diperhatikan yaitu: menuliskan seluruh pernyataan dalan lajur kiri maupun kanan dengan materi sejenis; pernyataan jawaban lebih banyak dari pernyataan soal; menyusun jawaban yang berbentuk angka secara berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya; dan menuliskan petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan mudah dipahami.

e.  Menelaah Butir Soal

Butir-butir soal yang sudah ditulis harus ditelaah terlebih dulu sebelum digunakan. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat sejauhmana kualitas soal ditinjau dari substansi materi, konstruksi, dan bahasa yang digunakan. Telaah aspek materi berkaitan dengan kesesuaian materi soal dengan indikator kompetensi. Telaah aspek konstruksi berkaitan dengan

kesesuaian format penulisan soal dengan kaidah-kaidah penulisan soal yang baik. Telaah aspek bahasa berkaitan dengan ketepatan penggunaan bahasa sehingga mudah dimengerti.

f. Uji coba dan analisis

Perangkat soal yang sudah ditelaah secara teoritis perlu juga ditelaah secara empiris. Untuk telaah empiris diperlukan data-data dari lapangan. Oleh karena itu, perangkat soal yang sudah ditelaah secara teoritis perlu dilakukan uji coba untuk mendapatkan data dari lapangan. Berdasarkan analisis data lapangan dapat dilakukan koreksi dan revisi butir-butir soal yang tidak memenuhi persyaratan. Di samping itu, berdasarkan analisis data lapangan juga dapat diketahui seberapa jauh tingkat kualitas soal terutama menyangkut masalah tingkat kesukaran, daya beda, keberfungsian pengecoh, validitas, dan reliabilitas.
g. Merakit Perangkat Tes

Butir-butir soal yang sudah memenuhi persyaratan selanjutnya dirakit menjadi satu perangkat tes. Dalam perakitan perangkat tes perlu memperhatikan identitas soal, petunjuk pengerjaan, urutan nomor soal, pengelompokkan bentuk-bentuk soal, dan tata letak penulisan.

Rangkuman

Penulisan tes hasil belajar hendaknya dilakukan secara sistematis sesuai kaidah penulisan tes yang baik, yaitu melalui langkah-langkah: (a) Perumusan tujuan tes, (b) Penentuan bentuk pelaksanaan tes, (c) Penyusunan kisi-kisi tes, (d) Penulisan butir soal, (e) Penelaahan butir soal, (f) Uji coba/analisis, (g) Perakitan soal/perangkat tes. Setelah perakitan soal tes tersebut selesai dilakukan, maka perangkat tes siap digunakan untuk pelaksanaan tes.

Perumusan tujuan tes harus dilakukan dengan memperhatikan untuk apa tes tersebut disusun. Tes hasil belajar disusun umumnya digunakan untuk penempatan, diagnostik, perkembangan hasil belajar, dan tujuan lainnya. Berdasarkan tujuan tes, langkah selanjutnya adalah menetapkan bentuk pelaksanaan tes, misalnya tes tertulis bentuk uraian. Langkah-langkah menyusun kisi-kisi: (a) menentukan Kompetensi (KD) yang akan diukur; (b) memilih materi esensial yang representatif; dan (c) merumuskan indikator yang mengacu pada KD dengan memperhatikan materi.

Kaidah-kaidah penyusunan soal tes uraian antara lain: Soal harus sesuai dengan indikator; Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas; Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai; Tabel, gambar, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas

dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna; Rumusan butir soal menggunakan bahasa sederhana dan komunikatif. Soal tes hendaknya memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas,


/>

0 komentar:

.comment-content a {display: none;}