1.
Sejarah bahasa indonesia sebelum kemerdekaan
Pada
dasarnya Bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang ini berasal dari bahasa
Melayu, suatu bahasa yang hidup di daerah Riau dan Johor. (Amran, 2.3: 2009).
Bahasa Indonesia yang pada awalnya adalah sebagai bahasa penghubung (Lingua
Franca). Kehidupan bahasa Melayu sendiri ketika dipakai sebagai bahasa lingua
franca tidak terbebas dari bahasa lain atau bahasa asing. Pada zaman sriwijaya bahasa melayu di pakai sebagai bahasa
penghubung antar suku di nusantara dab
sebagai bahasa yang digunakan dalam
perdangangan antara pedagang dari dalam
nusantara dan luar nusantara Bahasa Melayu mudah diterima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antar
pedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal
tingkat tutur. Pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu sudah berfungsi sebagai
bahasa kerajaan, Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku-buku yang berisi aturan-atauran hidup dan sastra dan Bahasa melayu
berfungsi sebagai bahasa penghubung antarsuku bangsa yang berada di bawah
kekuasaan Sriwijaya. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan di
kerajaan tersebut.
Bahasa
Arab merupakan bahasa yang bayak memberikan pengaruhnya terhadap penambahan
kosakata bahasa Melayu, begitupun dengan bahasa Portugis. Bahkan bahasa
Portugis pernah menjadi bahasa lingua franca di daerah Melayu. Bahasa yang
turut andil dalam memperkaya kosakata bahasa Melayu adalah bahasa Sansakerta,
bahasa Tamil, dan bahasa Cina. Hal ini terjadi karena bahasa Melayu sudah dipakai
sebagai bahasa perdagangan dari berbagai negara tersebut. Bahasa Melayu mulai
dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu
ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka
tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi).
Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu
Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah
(Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan
prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Ada empat
faktor yang menyebabkan bahasa melayu di
angkat menjadi bahasa indonesia
1.
Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di indonesia bahasa perhubungan
dan bahasa perdagangan
2.
Sistem
bahasa melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus
3.
Suku jawa,suku sunda dan suku-suku yang
lainnya dengan suka rela menerima bahasa melayu menjadi bahasa indonesia
sebagai bahasa nasional
4.
Bahasa
melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas
Berdasarkan
hal tersebut maka pada 28 Oktober 1928 diikrarkanlah kedudukan bahasa Indonesia
dalam suatu Sumpah Pemuda Indonesia yang kita kenal dengan “Sumpah Pemuda”
yaitu berisi:
(1)
Kami putra dan putri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
(2)
Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
(3)
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia
Jadi dapat saya simpulkan bahawa Perkembangan
bahasa Melayu yang berubah menjadi bahasa Indonesia didasarkan pada segi politik
dan segi ekonomi. Secara kronologis bahasa Melayu berkembang dari lingua franca
menjadi bahasa persatuan, dan menjadi bahasa negara hingga sekarang. Sumber
dari terciptanya bahasa Indonesia adalah bahasa melayu. Secara sosiologis,
bahasa Indonesia resmi dipakai sebagai bahasa persatuan sejak tanggal 28
Oktober 1928. Akan tetapi, secara yuridis Bahasa Indonesia diakui pada saat
setelah kemerdekaan Indonesia yaitu tanggal 18 Agustus 1945.
2.
Sejarah bahasa Indonesia sesudah kemerdekaan.
Setelah bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaannya, bahasa Indonesia mulai mengalami perkembangan yang pesat.
Setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia bertambah. Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara juga semakin kuat.
Perhatian terhadap bahasa Indonesia baik dari pemerintah
maupun masyarakat sangat besar.
Pemerintah orde lama dan orde baru menaruh perhatian yang besar terhadap
perkembangan bahasa Indonesia diantaranya melalui pembentukan lembaga yang
mengurus masalah kebahasaan yang dinamakan Pusat Bahasa, sekarang menjadi Badan
Bahasa dan menyelenggaraan kongres bahasa Indonesia. Perubahan ejaan bahasa
Indonesia dari Ejaan van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang
Disempurnakan selalu mendapat tanggapan dari masyarakat. (Depdiknas, 2006: 12)
Perkembangan bahasa indonesia
setelah kemerdekaan Seiring berjalannya waktu dan berhasilnya Indonesia dalam
memproklamirkan kemerdekaan, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa resmi
Negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. Jika kita kelompokan setidaknya
terdapat 3 kali bahasa Indonesia mengalami perkembangan setelah kemerdekaan.
Adapun proses perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ejaan
LBK
LBK merupakan kepanjangan dari lembaga
bahasa dan kesusasteraan yang bertugas membuat konsep ejaan yang lebih sempurna
dari sebelumnya. Dengan adanya ejaan baru ini, pada tahun 1967 pemerintah
Indonesia mengumumkan diberlakukan-nya bahasa Indonesia dengan Ejaan LBK.
2. EYD
Seiring perkembangan dan evaluasi yang
dilakukan, pada tahun 1972 pemerintah kembali mengumumkan perubahan ejaan
bahasa Indonesia yang digunakan, yakni dengan dikeluarkannya Kepres. Nomor No.
57 tahun 1972 yang kemudian dikenal dengan sebutan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
3. Revisi EYD 1987
Pada perkembangan berikutnya Bahasa
Indonesia dengan Ejaan Yang Disempurnakan kembali mendapat revisi dengan
dikeluarkannya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987.
4. Revisi EYD 2009
Tidak banyak yang mengetahui bahwa pada
tahun 2009 pemerintah kembali menyempurnakan EYD dengan dikeluarkannya PERMEN
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 terkait Pedoman Umum Penggunaan EYD.
Terdapat peristiwa-peristiwa
penting yang berhubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia?
(1)
Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa
Melayu oleh Ch. A. Van Ophuiysen dan dimuat dalam kitab logat Melayu
(2)
Pada tahun 1908 pemerintah Hindia Belanda
mendirikan Commisie voor de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui
surat ketetapan gubermen tanggal 14 September 1908 yang bertugas: mengumpulkan
dan membukukan cerita rakyat atau dongeng yang tersebar dikalangan rakyat,
serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setalah diubah dan disempurnakan,
menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa, menerima karangan pengarang
muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di sekitarnya.
(3)
Tahun 1917, badan penerbit buku-buku bacaan yang
diberi nama commise voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), diubah menjadi
Balai Pustaka, badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nur
Baya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara
kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan
masyarakat luas.
(4)
Pada 1928 merupakan saat-saat yang paling
menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para
pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kokoh untuk perjalanan bahasa
Indonesia.
(5)
Pada 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan
sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga baru yang dipimpin oleh Sutan
Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang
digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan
oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan
oleh Balai Pustaka
(6)
Pada 1938, dalam rangka memperingati sepuluh
tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia 1 di Solo, Jawa
Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat
itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki
Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Keputusan tersebut, antara lain:
a. Mengganti Ejaan Van Ophusyen
b. Mendirikan institut Bahasa Indonesia
c. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
dalam badan Perwakilan
(7) Masa pendudukan Jepang
(1942-1945) merupakan suatu peristiwa penting. Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
resmi antara pemerintah Jepang dengan rakyat Indonesia karena niat menggunakan
bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda, tetapi akhirnya tidak
terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar
dilembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Pada 18
Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu
pasalnya (pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
(8) 18 Agustus 1945 bahasa
Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD
1945, Bab XV pasal 36, bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.
(9) 19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg.
A/47) Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan
Ejaan Republik sebagai penyempurnaan atas ejaan sebelumnya. Ejaan Republik ini
juga dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi
(10) Pada 1954 diselenggarakan kongres
Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa
Indonesia untuk terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat
sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara. Keputusan
Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai
bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara,
melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
(11) Pada 1972 Menteri Pendidikan dan kebudayaan menetapkan Pedoman
Umum Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah,
resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (wawasan nusantara)
(12) Pada 25 - 28 Februari 1975 di
Jakarta diselenggarakan Seminar Politik Bahasa Indonesia
(13) Pada 1978, bulan November, di
Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III
(14) Pada 21 -26 1983 berlangsung
Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta
(15) Pada 27 Oktober- 3 November
1988 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta
(16) Pada 28 Oktober- 2 November
1993 berlangsung kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta
17.
Tanggal 26-30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VII di
Hotel Indonesia, Jakarta. Dengan diselenggarakannya kongres tersebut guna
mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
oleh indra hadiat permana
0 komentar:
Post a Comment