Malam ini begitu
panjang, entah sampai kapan malam ini akan berahir. Waktu terasa begitu
lambat.... aku terdiam sendiri dalam sepinya malam di temani hujan di luar
sana, nyaris tak ada kehidupan semua mata terpejam. Kecuali mataku, ada begitu
banyak hal yang menggangguku. Entahlah mungkin hanya pikiranku saja yang memang
membuat ku tak nyaman dengan ini semua. Kadang aku ingin diam sendiri saja,
memikirkan semua hal membersihkan isi yang ada di kepalaku.
Aku merasa ada sesuatu
yang hilang, merasa terisolasi dengan kehidupan luar, jenuh benar-benar jenuh.
Aku hanya ingin mempunyai teman hanya sekedar untuk sharing yang bisa aku
percaya dan memberi saran yang cukup membangun dan membuang rasa gundah di
hatiku.
Jika saat sepi merasa
hidup sendiri dan paling aneh seperti ini, aku jadi rindu sahabatku. Dia yang
dulu buatku tertawa, datang saat aku benar-benar dalam keadaan terpuruk,
menggangguku dengan semua ocehannya. Andai saja, semua masih terjalin dengan
baik, andai saja saat itu tak ada ungkapan yang aneh, pasti semua tak akan
berahir seperti ini.
Sahabatku, apakah kau
sering mengunjungi halamanku, membaca semua yang aku tulis baik tentangmu atau
tentang apapun. Jika kau ada saat ini di sampingku seperti dulu, aku ingin
bercerita tentang banyak hal. Lama tak bertemu membuat aku merasa rindu, meski
kadang kau membuatku kesal tapi terlalu banyak tingkahmu yang membuatku
terkesan hingga aku tak mampu melupakanmu. Rasanya aku ingin mengucapkan banyak
terimakasih atas waktu yang telah terlewati saat itu, tak ada hari yang
membosankan setiap hari terasa begitu cepat berlalu. Pertemuan yang hanya
seminggu sekali seperti pertemuan penting dan istimewa yang selalu ku nanti
saat itu, hanya duduk bersama sambil melihat cahaya bintang dan membicarakan
tentang kejam dan manisnya kehidupan cukup membuat hidupku begitu terasa
ringan.
Saat ini aku merasa
ingin sekali ada waktu dimana kita bertemu, aku lelah dengan semua ini. Aku
butuh sahabat sepertimu, aku benar-benar rindu pada sahabat sepertimu yang
mampu memahamiku, yang selalu siap siaga.
Kejadian Januari 2016
benar-benar mengubah semuanya, perasaan bercampur pilu saat itu karena sikap
kekanak-kanakan kita yang satu sama lain takut kehilangan membuat semuanya
hilang begitu saja. Andai saja saat itu kita tahu bahwa apa yang kita ucapkan
mampu merubah segalanya mungkin aku lebih baik diam.
Kau pernah marah,
begitupun aku. Apa nomor baru yang mengirim pesan dan bertanya tentang kabarku
itu adalah kamu? Nomor baru?
Sahabat apa iya kamu
lupa tentang semuanya? Aku disini masih berharap andai aku punya jeda dalam
kehidupan yang saat ini aku jalani aku sudah pasti ingin memilih beristirahat
dan mengahbiskan waktu denganmu, sekedar saling berbagi tentang penatnya hidup
ini.
Hmmmm.... dulu
kuhabiskan malam denganmu meski berjauhan tapi kita mampu membuat suasana
seolah kita begitu terasa dekat. Jika larut malam saat gundah aku tak segan
menggangumu meski lewat ponsel.
Aku saat ini merasa
sendiri, aku merasa sedih kawan. Duniaku membisu tanpa hadirmu, tak ada satupun
orang yang bisa aku percaya hanya sekedar untuk berbagi kehidupan. Benar katamu
aku keras kepala, tapi hanya kamu yang mampu bertahan. Jika seperti ini, akupun
jadi ingat ibumu..hmmm andai saat itu aku bilang iya, tapi tak ada yang perlu
di sesali mungkin ini saat yang aku takutkan dulu sedang berlangsung dan
terjadi. Hal yang aku takutkan hidup berjauhan, kamu pernah berkata hidup
berjauhan begitu pedih, baru terasa sekarang oleh ku.
Semoga kamu di sana
baik-baik saja, dengan kehidupan barumu. Iya aku tak punya nomor kontak apapun
tentangmu, jikapun punya aku tak akan sebebas dulu mengganggu malammu.
Ya ampun dulu aku bebas
berkata, menyampaikan semuanya kamu menampung semua ocehanku. Kini sama sekali
duniaku terbatas, salah bicara bisa saja jadi malapetaka, aku merindukanmu yang
tak pernah lelah mendengar ocehanku, aku merindukanmu yang selalu faham saat
aku marah dan sedih. Aku merindukanmu saat ini sahabatku.... aku benar-benar
ingin menceritakan bebanku.
Kadang aku merasa tak
sanggup menjalani ini semua, tapi aku harus bisa. Dulu kamu pernah bilang,
bahwa setelah kejadian itu kamu mengatakan bahwa aku bagian dari hidupmu dan
akan menjadi bayang-bayangmu. Malah sebaliknya kamu yang menjadi
bayang-bayangku, sama sekali nyaris setiap hari aku mengingatmu, ingat tentang
semuanya dimana dunia tak pernah sesunyi ini, ingat bahwa aku merasa bebas
untuk mengatakan semua hal terburuk yang aku alami. Aku merasa saat itu kau
selalu menjadi pendengar setiaku, hingga saat ini semua telah berubah aku masih
berharap kamu masih sahabatku seperti dulu.
Apa iya kamu mampu
melupakanku, diantara semua manusia yang aku kenal di bumi ini, hanya kamu yang
mampu memahamiku dan tahu harus bersikap apa dengan situasi dan kondisi yang
aku alami.
Duniaku hening aku
merasa sendiri, sahabatku andai saja masih boleh aku menyandarkan bahuku
menceritakan semua beban dalam hidupku mungkin semua akan terasa ringan tak
sebaerat ini, malam panjang ini ingin segera berahir. Aku ingin sebentar saja
menceritakan semuanya.
Tapi aku sadar, menjauh
darimu saat ini adalah hal terbaik untuk kita. Agar tidak menimbulkan kesalah
fahaman dalam kehidupan baru kita yang masing-masing memiliki pendamping.
Saat semua berubah saat
itu pula nyaris kehidupanku berubah drastis tak seindah dulu...
Aku butuh pendengar
setia sepertimu, tapi tak mungkin
Apalagi saat ini, dulu
saja selalu menimbulkan kesalah fahaman di mata orang lain tentang kita. Meski
begitu cukup dalam hati aku berharap dan berkata bahwa aku ingin bertemu
denganmu, kamu sahabatku yang paling hebat yang pernah hinggap dalam hidupku,
kakakku yang paling mengerti dengan keadaan dan kondisi yang aku jalani, orang
paling heboh dan bodoh hingga kita bisa tertawa lepas.
Aku hanya akan selalu
mendoakanmu semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan menyayangimu, salam
rindu dariku untuk Munding paling cerewet di dunia. Aku rindu omelanmu... aku
ingin tak sebisu ini