Ibu Ainun
Habibie, pendamping setia mantan Presiden ke 3 BJ. Habibie, telah berpulang
untuk selamanya menghadap sang Pencipta. Almarhumah meninggal di
Jerman.karena mengidap penyakit kanker usus. Berbagai upaya medis telah
dilakukan selama ini melalui operasi canggih. Semuanya tak mampu menghentikan
kanker ganas yang diidapnya. Jenazah dibawa pulang ke Tanah Air dan karena
jasa-jasanya beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata kemarin,
Selasa, 25 Mei 2010. Hampir semua media nasional, cetak dan elektronik, meliput
peristiwa kepergian perempuan dokter itu untuk selamanya. Atas nama pemerintah
dan masyarakat Indonesia, Presiden SBY menyampaikan duka cita yang mendalam dan
bertindak selaku Inspektur Upacara pemakaman almarhumah.
Nama Ainun Habibie, begitu panggilan akrabnya, tentu tidak asing bagi
masyarakat Indonesia. Sebab, beliau pernah menjadi ibu negara mendampingi Prof.
Dr. Ing. BJ. Habibie sebagai presiden RI ke 3 menggantikan Pak Harto
setelah 32 tahun berkuasa yang berakhir pada 21 Mei 1998. Status sebagai
ibu negara memang tidak lama, karena pemerintahan BJ. Habibie memang
berlangsung pendek. Sejarah mencatatanya sebagai era transisi, dari
pemerintahan otoriter ke Orde Baru ke era demokratis. Namun demikian, walau
tidak lama, banyak peran --- terutama sosial dan kemanusiaan yang telah
dilakukan oleh mantan ibu negara itu, seperti menjadi Ketua Perkumpulan
Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI), Wakil Ketua Dewan Pendiri Yayasan
SDM IPTEK, Pendiri Yayasan Orbit yang punya cabang di seluruh
Indonesia. Semasa gejolak di Aceh antara GAM dan pemerintah Indonesia, Ibu
Ainun Habibie juga terlibat kegiatan sosial dengan memberikan beasiswa kepada
anak-anak Aceh. Semua merupakan bukti walau tidak lagi menjadi istri pejabat negara,
almarhumah tetap menjalankan tugas-tugas kemasyarakatan dan kemanusiaan yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
Ibu Ainun
Habibie telah menjadi pendamping setia BJ. Habibie di masa enak dan sulit.
Publik mengetahui BJ. Habibie menjadi presiden menggantikan Pak Harto dalam
masa yang amat sangat sulit. Dianggap sebagai kepanjangan tangan rejim
Soeharto, Presiden BJ. Habibie menghadapi tantangan yang sungguh luar biasa
sulitnya. Legitimasi politiknya dianggap cacat. Karena itu, apapun yang
dilakukan BJ. Habibie selalu memperoleh tanggapan negatif dari lawan-lawan
politiknya. Puncaknya, pidato pertanggungjawaban BJ. Habibie ditolak MPR,
sehingga BJ. Habibie tidak mengajukan pencalonan sebagai presiden. Saat itu
caci maki dan hujatan bertubi-tubi ke BJ. Habibie ditanggapinya dengan tenang
seolah tidak apa-apa. Ibu Ainun Habibie meghadapinya dengan tegar dan tetap
mendampingi BJ. Habibie seperti biasa.
Ibu Ainun adalah sosok berkarakter. Menurut pengakukan anak-anaknya,
almarhumah adalah ibu yang penyabar, tidak pernah bicara keras dan kasar,
tetapi punya prisip. Prinsip kejujuran dan pola hidup sederhana merupakan dua
kata kunci yang selalu ditanamkan kepada anak-anak dan keluarganya. Almarhumah
adalah sosok yang tidak suka menonjolkan diri, walau sebenarnya ruang untuk itu
tersedia dan tak terbatas. Sebagai seorang dokter, beliau sangat disiplin
membagi waktu dan mengonsumsi makanan, termasuk untuk suaminya, BJ. Habibie.
Dr. Hasri
Ainun Basari Habibie telah berpulang meninggalkan kenangan bagi masyarakat luas.
Kita ikhlaskan kepergiannya menemui sang khaliq yang telah menantinya
dengan bekal amal sholeh yang telah diperbuat selama hidupnya. Namun kita
juga merasa kehilangan atas kepergian itu. Sebab, tidak banyak tokoh sekaliber
beliau di negeri ini yang konsisten menjalankan peran-peran sosial
kemasyarakatan tatkala tugas resmi sang suami telah berakhir. Banyak istri
pejabat tinggi negara aktif melakukan tugas-tugas sosial kemasyarakatan dan
kemanusiaan dengan mendirikan lembaga-lembaga sosial. Tetapi ketika sang suami
berakhir jabatannya berakhir pula peran-peran yang dilakukan sang istri.
Almarhumah Ainun Habibie bukan sosok seperti kebanyakan istri pejabat.
Apa yang telah dilakukan almarhumah Ibu Ainun Habibie bisa menjadi
sebuah teladan yang patut kita tiru. Masih jutaan warga negeri ini yang hidup
dalam kesulitan. Mereka memerlukan bantuan tidak saja dari pemerintah, tetapi
juga pribadi atau tokoh masyarakat sebagaimana telah dilakukan oleh Ibu Ainun
Habibie. Tetapi kita akui bahwa kita sering memberikan apresiasi karya orang
tatkala orang itu telah tiada. Sebagaimana yang kita lakukan terhadap
almarhumah Ibu Ainun Habibie. Kita sadar bahwa almarhumah telah begitu banyak
melakukan peran sosial kemasyarakatan tatkala beliu tiada. Selama ini publik
mengetahui almarhumah hanya sebagai pendamping mantan orang nomor satu di
negeri ini. .
. .
.
Kisah Sukses Habibie bersama Ibu Ainun, Kisah yang Inspiratif
Berikut ini postingan menarik dari seorang penulis Ldk Fummri Tangerang
di “Bersama FUMMRI,mari menjadi mahasiswa RELIGIOUS & SMART” yang bisa
menginspirasi kita semua untuk selalu bekerja keras dengan hati untuk
menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik.
Kisah tentang Kunjungan BJ Habibie ke Kantor Manajemen Garuda Indonesia
Garuda City Complex, Bandara Soekarno-Hatta. Jakarta, 12 Januari 2012
Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak
mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham
Habibie dan keponakannya(?), Adri Subono, juragan Java Musikindo.
Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & CEO, Bapak
Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang
sedang berada di Jakarta.
Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience
dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga
tahun 2015 menuju Quantum Leap.Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video
tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN
Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).
Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?
Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas
secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat
N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang
terus mengudara di angkasa Bandung.
Dalam video tsb, tampak para hadirin yang menyaksikan di pelataran
parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak
Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi
IPTN. Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan
kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi
dengan pilot N250 yang di udara, terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan
telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin
ikut mendengar dengan pilot N250. N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah
melakukan pendaratan mulus di landasan………………
Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita
yang lebih kurang sbb:
“Dik,
anda tahu…………..saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan
dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata
“Dik” kemudian secara lancar beliau melanjutkan……………..“Presiden Soekarno, Bapak
Proklamator RI, orator paling unggul, …….itu sebenarnya memiliki visi yang luar
biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai
Insinyur………Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan
Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi
Dirgantara. Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan
berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk
menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan
kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai
negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi
sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik
dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia. Jadi sebenarnya Pak
Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga
bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia.
Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah
satunya adalah IPTN.
Sekarang Dik,…………anda semua lihat sendiri…………..N250 itu bukan pesawat
asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’
(istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat
itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5
tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia
yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini. Rakyat dan
negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa
persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA.
IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar
negara-negara itu.Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan
mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’
Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan
industri strategis lainnya.
Dik tahu…………….di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri
strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan
Indonesia………….
Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari
negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik
pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa…………….
Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua…………………?
Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan
menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier,
Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun.
Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16
ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli
pesawat negara mereka!”
Pak Habibie menghela nafas…………………..
Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas;
Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala
itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline
Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang
dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang). Saya bersyukur, akhirnya
ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung
bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang
uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin. Saya turut
mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan
teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip
MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada
panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat
B737NG). Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan
“track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop. N2130 juga
merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang
memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan.
Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena
mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat
generasi masa kini.
Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe
pertama……………..
N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat
handal dan canggih kala itu………bahkan hingga kini.
Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie
bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau,
seandainya N2130 benar-benar lahir………….kita tak perlu susah-susah membeli B737
atau Airbus 320.
Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya………………..
“Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow
body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak
Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat
terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat
terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari
Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.
“Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,
? Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas
tinggi dan konsisten? C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu
bersaing dengan produsen sejenis? D itu Delivery, biasakan semua produksi dan
outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat
waktu!Itu saja!”
Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:
“Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D
nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu
Dik………….organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu
bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda
semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik………………”
Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu
………………………
“Dik, ……….saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya
ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya
menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya
tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ………..ibu Ainun istri saya. Ia ikuti
kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian
barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri
di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya…………saya mau kasih informasi……….. Saya
ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak
pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu……………………”
Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional
serta mengalami luka hati yang mendalam………………………..seisi ruangan hening dan
turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa
air mata mulai menggenang.
Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie
melanjutkan……………………
“Dik, kalian tau……………..2 minggu setelah ditinggalkan ibu…………suatu hari,
saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga
sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu……… Ainun……… Ainun …………….. Ainun
…………..saya mencari ibu di semua sudut rumah.
Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat
‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini…………..’ mereka bilang
‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie’.
Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3
pilihan;
1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat
mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah
Sakit Jiwa!2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya
harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi
obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus……………3.
Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun,
anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.
Saya pilih opsi yang ketiga……………………….”
Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa
mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti
meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau
sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan
sesuatu) …………………. ia melanjutkan pembicaraannya;
“Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun…………..dan hari ini
persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari
Jerman ke tanah air Indonesia………….
Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat…………. saya
menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen
yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham
dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar
Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia
telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan
memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam
Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi,
saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia”
Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air
mata…………………………
Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;
“Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa
kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya
menyetujui…………………
Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak
manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat
universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas
permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain
Inggris, Arab, Jepang….. (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4
atau 5 bahasa asing).Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak
Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan
langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana
belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga
mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka.
Dik, asal you tahu…………semua uang hasil penjualan buku ini tak satu
rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil
penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan
ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang
tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika
bisa melihat.
Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya
tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak
buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain.
Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak
tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara.
Isinya sangat inspiratif……………….”
(pada kesempatan ini pak Habibie meminta sesuatu dari Garuda Indonesia
namun tidak saya tuliskan di sini mengingat hal ini masalah kedinasan).
Saya
menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia
karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna
bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus mohon maaf
jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan
ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.
Ketika bumi
semakin tua. Ketika kesetiaan cinta sejati mulai diragukan orang, ketika
kemurnian cinta seringkali dipermainkan orang, ternyata masih ada juga pasangan
suami-istri yang telah dengan sungguh-sungguh memelihara kemurnian cintanya.
Maut pun seolah tak dapat menghentikan kenangan cinta abadi yang telah tergores
indah di hati. Walaupun raga telah tepisahkan oleh kematian, namun cinta sejati
tetap tersimpan abadi di relung hati. Kisah cinta almarhumah Hasri Ainun
Habibie dan mantan Presiden Republik Indonesia B J Habibie memberikan pelajaran
serta inspirasi bagi semua pasangan suami-istri di penjuru tanah air, betapa
indahnya memelihara kesetiaan cinta sampai akhir hayat. Bila mengenang
almarhumah Hasri Ainun Habibie, BJ Habibie tak kuasa menahan kesedihannya. Bola
mata Habibie yang biasanya selalu berbinar-binar bila sedang berbicara tentang
teknologi dan pandangan politiknya…saat itu berubah redup…hingga tetes air mata
membasahi pipi. Siapa pun yang melihatnya ikut hanyut dalam duka. Siapa
pun tak menyangka, seorang pria yang biasanya selalu tegar dan ceria itu
ternyata menyimpan sisi romantisme yang patut menjadi teladan. Sungguh sempurna
pribadi BJ Habibie, beliau memiliki otak yang cerdas cemerlang, karier dan
kedudukan yang terhormat dalam masyarakat, dan beliau ternyata juga memiliki
cinta sejati untuk sang istri. Betapa bahagia dan bangganya almarhumah Hasri
Ainun Habibie memiliki suami yang mencintai almarhumah sampai di keabadian.
Tentu banyak wanita yang ingin nasibnya seberuntung almarhumah Hasri Ainun
Habibie, menjadi wanita utama di hati suaminya. Sesuatu yang sulit didapatkan
pada jaman ini. Selamat jalan Bunda, terimakasih atas perhatian Bunda pada
semua orang yang memerlukan bantuanmu. Hingga akhir hayat, Ibunda Ainun Habibie
telah mencurahkan perhatiannya untuk mengurus dua lembaga sosial; pertama
adalah Yayasan Orbit yang memberikan beasiswa dari SD sampai S1 dan kedua,
perhimpunan bank mata. Ini adalah bukti cinta Ibunda Ainun Habibie pada
masyarakat Indonesia. Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Sabtu
22 Mei 2010 setelah menjalani operasi kanker rahim di salah satu rumah sakit
besar di Munich, Jerman. Almarhumah Ainun dimakamkam di Taman Makam Pahlawan
(TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, pada hari Selasa 25 Mei 2010. Pada masa hidupnya
ia pernah menerima penghargaan bintang jasa Republik Indonesia kelas 2 Bintang
Mahaputra Adi Pradana. Hasri Ainun Habibie dilahirkan di kota Semarang, 11
Agustus 1937. Putri keempat dari delapan bersaudara keluarga H Mohammad Besari
ini dikenal ramah kepada siapa pun.Ainun dan Habibie menikah pada tanggal 12
Mei 1962. Kedua pasangan yang saling mencintai ini berbulan madu di
beberapa tempat, yaitu: Kaliurang-Yogyakarta, kemudian ke Bali, dan diakhiri di
Ujung Pandang yang merupakan kampung halaman Habibie. Setelah menikah, Ainun
harus ikut Habibie yang menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Jerman.
Kehidupan awal di sana dilalui dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan karena
pendapatan beasiswa Habibie yang teramat kecil. Namun walaupun keadaan yang serba
pas-pasan, Ainun tak pernah mengeluh. Dengan sabar dan penuh cinta kasih, Ainun
tetap setia mendampingi Habibie.Dalam suka dan duka. Agar dapat menghemat, Ibu
Ainun pun sempat menjahit sendiri pakaian bayi untuk buah hati yang sedang
dikandungnya. Dari pernikahan ini, pasangan sejati tersebut memiliki dua orang
putra yang masing-masing bernama llham Akbar dan Thareq Kemal serta enam orang
cucu.
0 komentar:
Post a Comment