Malam itu sekitar pukul 21.00, tepatnya malam minggu. Di desa ku jam segitu sudah hening, suasana sepi dan gelap. Maklum lah hidup di pedesaan yang di kelilingi gunung dan sungai, tak lupa sawah juga hijau terbentang bagai permadani di kaki langit.
Wajar saja nampak seperti tak ada kehidupan. Tiba - tiba saat suasana begitu hening, terdengar suara teriakan anak kecil dan suara tangis orang dewasa. Suaranya nyaring terdengar ada salah satu suara yang terdengar " jangan pak, jangan ku mohon pak" suara anak laki - laki seperti menahan agar tidak melakukan sesuatu. Tak lama terdengar suara lirih seorang ibu " tak apa - apa nak, sini peluk ibu. Sini duduk disini!"
Aku yang kala itu masih berusaha mengumpulkan nyawa karena baru terbangun berfikir bahwa keributan suara tadi hanyalah sebuah sinetron "ku menangis' yang tayang di Indosiar.
Ku dengar-dengar lagi, lalu ku turun ke lantai satu, ternyata tv tidak menyala. Maka perlahan ku buka pintu keluar. Sebagian orang - orang siaga di depan rumah tetanggaku.
Bahkan orang rumah pun tak ada di rumah, aku sendiri berarti dari tadi. Perlahan ku keluar rumah, ternyata ada keributan terjadi.
Sungguh ini bukan kali pertama terjadi dalam keluarga itu.
Mendengar suara teriakan,isak tangis dan b3ntur4n rasanya menyayat hati.
Yang lain coba menolong, hingga berani masuk ke rumah itu. Saat pintu di buka, ternyata Pak Halim ( suami Bu Edah ) sedang membawa g0l0k hampir men3b4s Pak Rahmat yang mencoba melerai.
Kerumunan orang mencoba menolong keluarga itu ( istri dan ke tiga anaknya ) yang terjebak di rumah itu.
Suasana haru dan pilu kental terasa, sungguh ini di luar nalar. Layaknya seorang suami yang harus melindungi anak dan istrinya dari hal - hal buruk ( kejahatan dari luar ) ini justru diberi derita dengan bOG3m mentah secara bertubi - tubi.
Masalah itu dilerei hingga kepala desa turun tangan. Akhirnya dari pertikaian dan musyawarah yang berjalan alot, Pak Halim sadar namun emosi nya masih meletup-letup.
Pukul 00.00 dini hari, sebagian pemuda tidur di teras rumah Bu Edah takut pertikaian iti terjadi lagi.
Aku yang tak bisa memejamkn mata kembali hingga subuh tiba, karena merasakan ketakutan yang berlebih. Takut kalo Bu Edah mengalami nasib buruk, aku berfikir mungkin saja suaminya merencanakan hal J4h4t ketika Bu Edah tertidur pulas.
Untungnya semua itu tidak terjadi dan semua aman terkendali
Pagi pukul 06.00 Pak Halim datang ke rumah meminta maaf atas kejadian semalam yang hampir mengganggu sebagian warga, dan meminta maaf karena hampir mengajak adu jotos. Aku yang kala itu mendengar di balik dinding dapur, tak ada rasa empati sama sekali ketika dia datang meminta maaf terhadap orang rumah
Caranya tak bijak, meminta maaf namun menjelek - jelekan Bu Edah.
Tak lama berselang setelah Pak Halim pergi, Bu Edah datang ke rumah, meminta izin tidak bisa bekerja hari ini.
Matanya sembab sayu bekas menangis semalam, wajahnya lusuh tak bersemangat
Dia menceritakan kronolologis kejadian, saat itu dia yang sedang tertidur karena lelah seharian bekerja tiba - tiba di s3r3t keluar kamar. Kakinya t3rb3ntur pintu dan luka.
Seketika anak yang ke dua berteriak " jangan pak, jangan seperti ini lagi. Kasian ibu, aku malu sama tetangga dengan keributan ini lagi"
Seketika mata liar Pak Halim menuju anaknya yang berteriak dan mengejarnya, hampir saja g0l0k itu di teb45 nya untung anak paling bungsu terbangun dan langsung menangis sambil berteriak " jangan" dan memeluk kaki ayahnya. Amarah terhadap anaknya hilang, namun n4f5unya masih membara. Tak puas dengan kejadian itu Bu Edah jadi bulan - bulanan, di t3nd4ng, di j4mb4k, dan hampir saja k3p4la Bu Edah. Yang ada dalam pikiran kami adalah apa penyebab kemarahan tersebut?
Bu Edah menceritakan bahwa kejadian itu bermula saat Pak Halim meminta kueh Apem Bu Edah, namun dengan alasan lelah Bu Edah menolak untuk memberi.
Awalnya biasa tidak terjadi apa - apa, maka dari itu Bu Edah pergi tidur, saat tidur lalu kejadian n445 itu terjadi.
Hanya karena n4f5u, Pak Halim k4l4p, dia sih enak jadi si idoy makan tidur setiap hari. Yang cape mencari kerja Bu Edah....
Jadi laki ko gak gun4, ngejadiin istri bud4k mesin u4ng. Giliran lelah gak ngasih apem... Eh kaya orang kesurupan.
Inilah realita kehidupan yang tanpa disadari merusak mental anak.
Anaknya murung, tak percaya diri dan pendiam. Coba tanya siapa???
Jadi imam yang baik bagi anak istri, jika kenyataan buruk yang ditampilkan anak akan menyimpan amarah hingga dewasa kelak. Jika itu terjadi rasa simpati itu akan hilang dan akan bersikap acuh tak acuh saat si idoy menua. Siapa yang salah???
Gini ni kurang ahlak dan pendidikan, mentalnya ambyar ... Semoga orang - orang kaya gitu mendapat hidayah agar perkembangan anak tidak terganggu
0 komentar:
Post a Comment