Home » , , » PERASAAN YANG RUMIT - CINTA SAHABAT

PERASAAN YANG RUMIT - CINTA SAHABAT


Pernahkan kamu jatuh cinta? Pernah kamu merasa begitu takut kehilangan orang yang kamu cintai, tapi di saat kamu tahu bahwa semua akan berakhir dan berpisah kamu hanya di tuntut harus sabar dan berusaha menutupi rasa takut akan kejadian itu. Kadang cinta memang sulit untuk di sembunyikan, tetapi kadang cinta terlihat berbeda dalam tingkah lakunya, cerminan hati kadang tidak bisa di dustai. Rasanya berat sekali, merahasiakan perasaan yang sesungguhnya dalam waktu yang sangat lama, semua serba membingungkan dan semua serasa memang harus di sembunyikan. Mungkin jika perasaan ini ada yang mengetahui perasaan ini tentu tidak nyaman, meski menyembunyikan juga jauh lebih tidak terasa nyaman. Namun setiap orang berbeda ada yang lebih nyaman mengutarakan nya ada juga yang lebih nyaman/ lebih baik di sembunyikan. 
Perasaan seperti ini tidak lahir dengan tiba-tiba lalu kemudian menyimpan perasaan, namun datang nya pun tidak di sadari semua berjalan seperti biasanya dan apa adanya, memang kebersamaan dalam waktu yang lama dan komunikasi yang baik hingga lahir lah perasaan yang seperti ini, tapi apakah yang akan terjadi. Jika kita mengetahui orang yang kita sayangi bahkan akan menjalani hidup dengan orang lain. Sementara kita hanya mengetahui dan hanya bisa mengucapkan selamat. Ya, memang mencintai itu tidak butuh balasan, ato kita mencitai bukan untuk menarik perhatiaanya. Selama ini yang aku lakukan dengan perasaan ku hanya menyimpan jauh di dalam dasar hatiku dan berharap tak ada yang mengetahui, pertama karena aku tak mau merusak persahabatan yang sudah lama terjalin, persahabatan ini bahkan seperti saudara dan lebih. Namun apa yang terjadi jika aku egois dengan perasaan ini, mungkin sesuatu yang buruk yang tidak di ingingkan akan terjadi. Pertama sampai saat ini aku hanya mendukung setiap keputusannya, aku hanya menemani dan memberinya motivasi, apapun itu aku hanya melakukan yang terbaik tanpa berfikir meminta imbalan agar ia menyukaiku. Bagiku biarkan saja semuanya berjalan apa adanya, biarkan waktu yang akan membawaku bagaimana akhirnya akan terjadi. Tapi aku hanya berharap, sahabatku mendapatkan pendamping yang terbaik dalam hidupnya, semoga harapan dalam membangun impiannya benar-benar tercapai. Selama bersama kita memang saling menguatkan, menjadi pendengar yang baik dan memberikan yang terbaik dalam setiap momen. Waktu yang saat ini tersisa kita gunakan menjadi yang terbaik, satu sama lain hanya menjalankan menjadi sahabat yang terbaik. Dan aku selalu meyakinkan dalam diri aku jadilah yang terbaik dan memberikan yang terbaik tanpa ada keinginan agar mendapatkan balasan. Namun  jika kita melakukan yang terbaik setidaknya kita telah melakukan tugas yang benar tanpa merusak kehidupan orang lain.
Iya, aku bersyukur setidaknya aku memiliki kesempatan untuk mengenalnya, untuk dekat dengannya dan mengahabiskan waktu untuk selalu bersama, setidaknya hingga saat ini. Dia pendengar yang baik, dia selalu peduli dengan keadaanku dia melakukan yang terbaik sebagai seorang sahabat tanpa meminta imbalan sedikitpun, aku baru mengetahui bahwa ada orang yang seperti ini. Merasa kita nyaman, merasa kita ada dan berharga. Bagaimana tidak? Dia selalu membuatku tersenyum dan bahagia, pernah sesekali aku berfikir apa yang di lakukannya terlalu berlebihan, tapi aku percaya dia mustahil mencintai aku yang begitu banyak kekurangan. Semakin aku bingung, semakin aku terperosok dalam perasaan yang semakin hari membuat bingung. Kadang aku pun berfikir, dia hanya melakukan yang terbaik hanya karena aku sahabat terbaiknya, karena mungkin itu dan tidak lebih. Jangan sampai aku berfikir hal yang lain, jika aku berfikir dia mencintaiku mungkin hubungan yang kita jalin dari jaman kita muda akan hancur karena kesalah fahaman. Bagiku mungkin setiap orang punya hak untuk menyukai bahkan mencintai, tapi bagiku untuk memberi tahu perrasaan ini butuh momen yang tepat dan keadaan yang memungkinkan. Dan bagiku ini bukanlah hal yang memungkinkan biarkan semuanya terjadi begitu saja, berusaha untuk tetap bersabar agar semunya berjalan dengan baik. Tak seharusnya aku memiliki perasaan seperti ini, meski kadang mengganggu tapi aku bahkan tidak tahu cara untuk menyingkirkan perasaan ini. Kadang aku bahagia dengan perasaan ini, kadang aku di buat bingung dan takut. Tapi yang menjadi peganganku sampai saat ini adalah, bagaimana aku mendampingi sahabatku hingga ia benar-benar meraih apa yang ia mau, aku akan berada di sampingnya hingga ia butuhkan, jika dia sudah tidak butuh lagi, maka akupun akan pergi. Karena yang aku inginkan adalah membuatnya bahagia tanpa membuatnya merasa bingung. Ya, orang beranggapan kita adalah pasangan yang baik, pasangan yang mungkin jika bersama akan melahirkan kebahagian. Mungkin itu yang mereka lihat dari luar, namun kami tak seeperti itu. Percayakah kalian akan persahabatan antara laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan?
Seebenarnya sering aku berusaha untuk pergi jauh dari hidupnya, ketika aku merasa tak mampu menutupi perasaanku, ketika aku merasa terluka karena hal yang menurutku aku tak berhak untuk cemburu, namun tetap hati bukanlah sebuah mesin yang bisa kita atur agar kita tidak memiliki perasaan yang seperti ini. Hati ini seperti hidup dan tahu apa yang harus di lakukan, namun benar sekali merasa tak nyaman dan merasa tersiksa. Sampai kapan sebenarnya perasaan ini akan tersimpan?
Ada banyak hal yang mebuatku bingung, banyak yang ia lakukan hingga aku berfikir kadang merasa dia begitu mencintaiku, mungkin aku terlalu GR dan mungkin aku salah faham.
Suatu hari hujan begitu lebat dan hari semakin gelap, saat itu aku masih memiliki pasangan tapi dia sahabatku menelpon menayakan apakah aku sudah pulang kerja? Apakah aku masih di tempat kerja? Tapi aku mengatakan jangan khawatir aku akan segera pulang dan akan ada orang yang menjemputku. Tapi lama sekali hampir satu jam aku menunggu dia yang ku tunggu tak kunjung datang, sahabatku menanyakan dan menelpon lagi, apakah aku sampai di rumah? Jika belum pulang maka dia akan menjemputku. Tapi aku bertahan untuk menunggu orang yang aku tunggu , jika 10 menit tak kunjung datang maka aku akan pulang bersama sahabatku. Kekhawatirannya yang berlebihan kadang membuatku bingung, bahkan ketika aku bermasalah dengan hubungan ku yang telah kandas, bahkan setiap malam hingga larut malam meski via telpon sahabatku mendengarkan apa yang aku curahkan, dia tak pernah bosan, dia selalu menghiburku dan jika ada waktu untuk main, kita main bersama. Aku lupa bahwa dia pun memiliki hubungan dengan orang lain. Hingga tiba saatnya wanita itu cemburu dan menuduh yang tidak-tidak, aku merasa berdosa dan bersalah, maka saat itu aku putuskan untuk tidak telalu dekat dan tidak untuk bertemu, dan ingin menjadi seperti biasa tak seperti ini, namun sahabatku datang ke rumah  dan mengatakan bahwa menjauhi nya bukanlah jalan yang terbaik, dia selalu meyakinkan bahwa pertengkaran dengan wanita itu bukanlah salah aku, kita hanya menjadi sahabat yang terbaik bukan untuk hal yang tidak-tidak. Sebenarnya aku tetap ingin menjauh tapi begitu sulit benar-benar sulit. Saat kuliah aku selalu ingat dia menungguku pulang saat aku kebagian waktu malam saat sidang, aku selalu ingat membeli buku bersama, bagaimana dia melakukan hal yang terbaik sebagai seorang sahabat. Tapi apa yang ia lakukan lama-lama membuatku semakin terperosok semakin dalam.
 Apalagi setelah lulus, bersama sudah biasa. Tapi aku tahu bahwa dia menjalin hubungan serius dengan seorang wanita, memang kadang sulit sekali manjadi sahabatnya. Takut menjadi orang ketiga dan membuat kegagalan yang menurut aku sendiri posisi aku tak salah, tapi menurut wanita itu jelas salah. Tapi kami bersama dari sejak kuliah dan kami tahu masing-masing kehidupan kita. Tapi begitulan dia perhatiannya terlalu berlabihan, apapun ia lakukan yang terbaik. Hingga tiba hubungannya kandas dengan wanita itu, herannya wanita itu jelas membuat posisiku terpojok dan menjadikan orang ketiga yang bersalah. Ya , memang aku tahu sahabatku itu pacaranya dimana-mana, aku tahu sahabatku itu pacaranya bukan Cuma wanita itu, dan aku bingung wanita mana yang di ajaknya kelak menjadi wanita / pasagannya yang serius. Dan wanita itu menurutku salah telah menuduh, karena aku hanya mendukung sahabatku mencari yang terbaik, melakukan yang terbaik. Bosan rasanya memperingatkan sahabatku agar berhenti terus mencari wanita hinga ia menemukan yang membuatnya nyaman. Hubungan yang mana dan wanita yang mana yang ia ingin ajak serius. Kadang memang aku merasa sahabatku memberikan perhatian yang berlebihan, tapi aku tak boleh terjabak boleh saja aku jatuh cinta padanya tapi aku tak boleh yakin bahwa dia mnecitaiku. Bagiku peria seperti sahabatku mustahil mencintaiku sementara aku tahu kelakuannya tak berubah dan pacarnya banyak. Meski aku tahu dia pacaranya banyak kadang hatiku masih saja bodoh dengan peraasaan yang ada dalam hatiku. Tapi dari awal aku sudah yakin kami hanya akan tetap menjadi sahabat dan pendengar yang terbaik. Tentunya aku pun akan menjadi yang terbaik, karena bagiku adalah anugerah mendapat sahabat seperti dia aku yakinkan dalam hati bahwa dia adalah saudarakau yang terlahir dari ibu yang berbeda hanya itu.  Karena hanya berfikir seperti itu agar aku mampu membatasi diri, agar aku tidak terlalu jatuh meski aku tak sanggup menolak perasaan seperti ini.
Hingga saat ini kami masih bersama, meski dia sibuk mencari wanita yang ingin ia jadikan sebagai pendampingnya, meski banyak tapi masih tak ketemu juga wanita yang ia cari. Tapi kami sering mengatakan bahwa kita akan hidup dan mati bersama, seperti janji anak-anak. Tapi ini sungguh adalah harapanku juga, namun juga ini yang ia inginkan. Aku selalu di sampingnya untuk mendukung apapun yang ia pilih, apapun yang ia jalani, sahabatku percaya kepadaku sampai keuangannya aku yang atur dan simpan. Tapi bagiku ini sebuah beban yang besar, aku merasa tak bisa lari darinya, bagaimana bisa aku mencari calon pendamping dalam hidupku jika seperti ini kedekatan kita, meski aku memiliki perasaan aku pun punya harapan dalam membangun sebuah keluarga. Tapi?? Aku tak mau meninggalkannya dalam keadaan sendiri, aku juga bingung sampai kapan kami bersama. Tapi aku hanya ingin bersama nya hingga waktunya tiba dia menemukan pendamping dalam hidupnya, saat ini aku tidak bisa mencintai orang lain, tapi aku juga tak banyak harapan agar sahabatku tahu. Yang aku lakukan hanya menemaninya hingga ia memutuskan segalanya, bahwa semua telah berbeda.
Suatu hari aku pernah tidak sadar marah kepadanya karena alasan yang menurutnya tak masuk di akal, tapi bagiku karena ini berat aku terima. Tapi aku lupa bahwa aku tak punya hak untuk cemburu. Saat itu aku ingat, waktu dimana dia di jodohkan dengan seorang wanita, yang wanita tersebut adalah anak dari kerabat ayahnya. Aku pun merasa bahagia sekaligus merasa terpuruk, bahagia karena wanita itu begitu cantik dan mampu memikat sahabatku, dan dengan begitu sahabatku akan bahagia hidup bersama wanita itu, aku bahagia karena ini adalah harapan sahabatku menemukan wanita solehah yang ia idamkan. Ia sering berkata, wanita memang banyak, tapi tak mudah mencari yang benar-benar tulus. Aku berharap wanita ini benar-benar tulus.
Saat itu aku menyambutnya bahagia, dan mengatakan salam terakhir. Karena aku pikir jika aku terus bersamanya akan menimbulkan masalah baru, sebagai orang ketiga atau perusak hubungan orang. Dan aku tak berhak mengahancurkan hubungan itu. Aku pikir tugasku selesai untuk menemaninya, aku pikir akan ada orang yang lebih ia butuhkan. Dan aku hanya orang yang berada dalam hidupnya hanya di masa muda nya saja, dan sebagai sahabat terbaiknya dan bukan pnghancur harapannya. Aku katakan, bahwa aku bahagia mendengar kabar gembira ini, tapi aku minta maaf aku tidak bisa menjadi orang yang selalu di salahkan dan terus-terusan di anggap yang menjadi perusak. Aku saat itu memutuskan untuk tidak menghubunginya lagi, berusaha menjauhinya dan berpikir tugasku sudah selesai. Tapi dia marah, dia mengatakan bahwa aku cemburu karena manjauhinya, dia berkata tak sepantasnya sahabat meninggalkannya meski dalam keadaan apapun. Tak ada perjanjian untuk meninggalkan, aku pikir dia tidak tahu kalo sedikit banyak aku memang cemburu, tapi apa hanya itu yang dia tahu? Alasanku lebih kuat, hanya ingin proses perjodohan ini berjalan lancar, tak banyak orang yang mengerti bahwa memang kita hanya sahabat dan tidak lebih. Tapi dia juga tidak mengerti perasaanku, bahwa aku hanya menahan sakit karena orang yang selama ini bersama kita akan hidup bersama orang lain, dan bagiku sulit merubah keadaan dan kebiasaan menjadi biasa dan menghilang tanpa kabar. Aku hanya takut hidupku tak seindah ini, aku takut betapa aku tak mampu jika hanya harus berdiri sendirian. Tapi aku lupa, bahwa benar aku sahabatnya. Mungkin karena dia tidak mencintaiku makanya dia tak peduli dengan rasa sakit yang menjadi ketakutan dan kekhawatiranku bahwa sebentar lagi kita akan berpisah. Bukan hanya itu yang membuatku semakin kuat ingin pergi, tapi ternyata wanita itu masih ada jalinan persaudaraan dengan silsilah keluargaku. Dan ternyata kita masih saudara satu keturunan dari uyut yang sama. Meski aku sendiri tidak tahu, tapi ibuku tau tentang silsilah keluarga wanita itu, dan ibu ku saat lebaran saja konon bersilaturahmi ke rumahnya. Bukan hanya terpukul, tapi aku semakin bingung. Pertama aku tak mau menjadi perusak, ke dua aku hanya ingin sahabat ku bahagia, dan yang ketiga aku tak ingin menjadi orang yang di salahkan jika mereka gagal karena akan membuat malu keluargaku. Jalan satu-satunya adalah dengan pergi secara perlahan. Aku pikir aku memang harus pergi, tapi ternyata proses perjodohan itu tidak berajalan dengan mulus. Konon wanita itu masih kuliah dan tidak memberi jawaban yang jelas. Tapi sahabatku tetap berharap agar wanita itu mau. Aku juga ingin dia bahagia, aku tak akan menikah sebelum dia menikah. Karena bagaiamana bisa, aku bingung menjalin hubungan dengan orang lain. Aku pun tak mampu membuka hati, dan aku tak ingin meninggalkan dia dalam keadaan sendiri. Meski pacar dia diamana-mana, tapi aku tahu kelamahan sahabatku, aku tahu dia rapuh, meski jail dan nakalnya mendunia tapi dia tetap orang yang rapuh yang aku lihat. Aku…tak bisa menjauh, aku masih menemaninya, jika saja aku pergi maka dia akan marah-marah gak jelas, meski hanya mulutnya yang galak, tapi dia gampang down. Aku tahu seperti apa dia, aku tahu karaketrnya. Aku tak bisa meninggalkannya...jika aku terlihat cemburu kadang ia bertanya keheranan, tapi aku berusaha menolak dan menipu diri. Tapi kadang aku juga tak terima jika dia cemburu dengan orang yang ada di sekitarku, ketika dia membahas bahwa aku tak boleh cemburu, maka akupun membahas bahwa dia pernah kelewat batas. Ya, dia pernah marah besar..ketika 4 bulan yang lalu aku mencoba menjalin hubungan dengan seorang laki-laki, harapanku agar laki-laki itu mampu membuat aku jatuh cinta lagi, karena aku merasa tersiksa dengan perasaanku terhadap sahabatku. Saat dia tahu, dia marah besar “hebat dia akan kamu jadikan sebagai pendamping, sementara orang itu baru kamu kenal. Sementara aku yang menemanimu kamu anggap aku apa? Dia laki-laki paling jelek yang pernah aku liat, dia gak pantas untukmu. Dia benar-benar menyeramkan wajahnya saja benar-benar seperti preman. Kamu gak boleh pasang wajah dia di social media manapun, aku gak ikhlas melihatnya”
Mendengar itu aku kebingungan dia makhluk licik di muka bumi, pacarnya saja lebih dari tiga kenapa dia marah ketika aku hanya menjalin hubungan dengan satu pria? Lalu aku marah balik, dan menagatakan bahwa dia tak berhak untuk marah, bahwa sahabatku juga pacarnya banyak dan aku tak pernah melarangnya. Aku katakan ini hidupku…lalu aku bertanya. “apa kamu cemburu?” dia malah tertawa dan menjawab “tidak mana mungkin aku cemburu, hanya saja aku sama dia gantengan aku. Dia jelek dia gak pantas”.
Kadang aku kesal di buatnya, selama hubungan itu berjalan dia tidak berhenti marah-marah. Akhirnya ku putuskan nanti saja aku mencari pasangan hidup biarkan sahabatku dulu yang menikah. Pikiran itu seperti telah mendarah daging dalam pikiranku, bahwa aku hanya akan mencari pendamping saat dia telah mendapatkan orang yang tepat.
Aku tak tahu apakah dia cemburu atau tidak, tapi lebih baik aku sendiri dulu dengan begitu, semuanya aman terkendali telingaku serasa adem gak ada yang marah-marah. Aku heran sampai kapan seperti ini, sahabatku memang licik aku main dengan teman-temanku saja di telpon, kalo aku tutup dia marah. Ya padahal aku selalu berusaha untuk mengerti, jika malam sabtu waktunya dia kumpul bareng temannya ato malam minggu tiba aku tak mau menghubungi dia karena takut mengangganggu, tapi dia malah marah jika aku tidak kasih kabar/menghubunginya. Heran aku salah lagi, siang dan malam bahkan bangun tidur dan mau tidur aku tak pernah jauh dari ponselku, karena aku wajib menghubunginya. Kadang aku juga pernah tidak medapat kabar seharian saat dia sibuk bekerja dalam hati ada rasa tidak tenang, khawatir berlebihan . memang jika tak ada kabar darinya meski setengah hari membuat otakku pusing hatiku gelisah, tapi aku gak pernah marah hanya menahan rasa kekhawatiranku yang berlebihan.
Kadang aku berpikir dia itu aneh, jika tak ada kabar sehari saja maka akan marah-marah kaya burung beo. Jika aku lupa atau ketiduran tak menguhubunginya dia akan marah. Dia cerewet, tapi hidup tanpa dia juga sungguh sepi dan tak bahagia.
Aku nikmati setiap detik bersamanya, karena kami punya keyakinan bahwa kita tak akan pernah berjodoh karena mustahil, dia menanti wanita yang menjadi impiaannya. Sementara aku juga menanti laki-laki yang mampu memalingkan hatiku padanya. Terus saja sampai saat ini begitu, padahal aku makin gak karuan dengan perasaaku yang kadang membuatku ingin semua orang tahu, tapi tak perlu orang lain tahu dan gak boleh ada yang tahu.
Tapi aku pernah bahagia saat dulu ibunya mengatakan sesuatu namun kaget, saat berkata “ibu setuju jika anak ibu menikah dengan kamu” seketika dadaku sesak, karena kaget. Rasanya seperti sebuah impian yang ingin terwujud tapi tiba-tiba aku sedih karena itu hal yang tak mungkin, karena sahabtku pacarnya banyak. Aku hanya bisa tersenyum dan tak mampu menjawab.
Tapi sahabatku, adalah hal yang terindah yang aku miliki. Meski suatu saat semua akan berbeda tak lagi sama, setidaknya aku pernah melakukan yang terbaik dan selalu mendukungnya.
Perhatiaanya, kepedulaiannya sungguh berlebihan itulah mengapa akhirnya aku jatuh cinta. Suatu hari aku pernah berkata kepadanya “sungguh aku bersyukur, aku memiliki sahabat seperti mu. Bagaiamana jadinya aku tanpa kamu, mungkin aku akan menjadi manusia paling stress. Karena kamu adalah sahabatku, pendengar terbaikku dan orang yang paling berharga di dunia dan aku bahagia bisa bersamamu”dan dia berkata “justru aku adalah manusia yang paling bersyukur bisa bersamamu, jika aku tanpamu aku bisa gila” jika aku mengatakan hal seperti itu, sikap dia langsung berubah menjadi lebih baik dan lembut tanpa cerewet. Tapi jika aku lupa mengabarinya bumi gonjang ganjing seperti ada burung beo yang lepas. Dia itu aneh, aku saja heran di buatnya, pacaranya banyak. Tapi kenapa semua pacarnya iri dan marah padaku. Padahal aku bukan pacarnya, pacar dia kan banyak masa cemburu sama aku yang bukan pacarnya. Apa ya yang ada dala hatinya, kenapa dia begitu percaya dan baik sama aku. Kenapa uang yang nilanya besar dia simpan di aku. Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik, aku hanya ingin menjadi yang terbaik dan melakukan yang terbaik karena aku hanya ingin bahagia. Meski perasaa aneh seperti ini menyiksaku. Aku dan dia selalu bertanya “dimanakah jodoh kita?” tapi kadang aku selalu menjawab nya “semoga mereka (jodoh kita) datang di waktu yang sama, agar kita bisa bahagia bersama. Karena aku tak mau meninggalkan dan di tinggalkan dalam keadaan sendiri. Aku hanya ingin kau bahagia, dan aku bahagia. Aku tak ingin jodohku datang terlebih dahulu karena aku benar-benar tak ingin meninggalkanmu dalam keadaan sendiri, aku hanya ingin bahagia kita datangnya bersama”
Baginya aku adalah motivasi dalam hidupnya itu yang pernah ia katakan, tapi bagiku dia adalah kekuatanku untuk menjalani hari-hariku.

Tapi pertanyaannya, ini yang kita jalani sebenarna jalan nya kemana? Aku tak ingin dia jauh, dan dia selalu memintaku agar tidak menjauh darinya. Tapi dia menjalin dengan banyak wanita, tapi wanitanya kenapa hampir semuanya marah dan iri padaku, padahal aku tak pernah bertemu dengan mereka. Tapi mereka seperti orang yang kehabisan akal, semua sosmed ku di cari nya dan mereka pernah memakiku di sosmed. Lalu apa yang ada dalam pikiran sahabatku, dia hanya bilang mereka cemburu kepadaku, tapi sahabatku memang begitu selalu mengabaikan mereka. Tapi???? Apa iya dia juga punya rasa yang sama? Kalo ia kenapa pacar dia banyak? Kalo enggak kenapa dia memberi perhatian dan cemburu yang berlebih. Disini apa yang sedang kami jalani, aku lebih dari bingung!


/>

0 komentar:

.comment-content a {display: none;}