Home » , , » CINTA BANYAK BENTUKNYA SALAH SATUNYA DENGAN MELEPASKANNYA

CINTA BANYAK BENTUKNYA SALAH SATUNYA DENGAN MELEPASKANNYA

Ini ceritaku, awalnya hanya ada canda , kebersamaan, tawa , bahagia dan menangis bersama. Bersamanya seolah lengkap kehidupan ku. Tak ada hal yang aku cari lagi dalam hidup ini, kenyamanan, kebahagiaan menjadi warna saat kami bersama. Bersama mengejar mimpi, bersama berbagi cerita, melepas rindu dengan candaan. Kami bersahabat dan kami bahagia, seiring usia kami bertambah kamipun di tuntut satu sama lain untuk menikah. Namun aku bingung, aku merasa tak perlu mencari pendamping hidup, sahabatku seolah telah menyempurnakan hidup ku. Aku terlalu merasa nyaman dengan keadaan, tak sadar bahwa semua akan berakhir buruk seperti ini.
Awal retaknya hubungan kami, saat aku memberitahu bahwa aku berkenalan dengan seorang laki-laki yang siap mengajakku menikah, tapi aku tegaskan tidak mau karena aku tak pernah menaruh hati pada laki-laki itu. Namun sahabatku menanggapinya dengan berbeda dia berkata “ inilah bahagiamu, aku tak akan menghalangimu lagi. Menikahlah kamu pantas bahagia, jangan tunggu jodoh kita datang bersama, itu hal mustahil. Kamu harus bahagia” aku ingin sekali jawaban dia tak seperti itu, lalu aku balas dengan pura-pura saja menuruti apa katanya “ok kalo gitu, aku akan nikah dengan dia. Kan kamu sudah kasih ijin”
Hari terus berlalu, aku merasa ada yang salah dengan sahabatku, dia terasa begitu jauh tak lagi sedekat dulu. Namun aku bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Memang sahabatku aneh, dia selalu marah jika aku dekat dengan orang lain. Namun biasanya sikapnya akan berubah menjadi baik dalam beberapa hari.
Hari dimana aku bertemu pertama kalinya dengan kenalan yang di kenalkan oleh rekan kerjaku, namanya Pratama, di poto dp bbm wajahnya laki banget, seperti orang yang tegas wajahnya agak serem. Aku rahasiakan ini dari sahabatku, karena aku selalu ingat sahabatku pacarnya banyak tak terhitung, karena factor usia aku berusaha untuk mencari pendamping hidup meski memang aku merasa tak selera karena hatiku sudah mentok tertaut pada sahabatku, namun keadaan ini seolah memaksaku agar aku melakukan hal yang sama dengan sahabatku memiliki pacar bahkan sampai kejenjang pernikahan.
Saat itu Pak Pratama datang, aku menunggunya di rumah. Kami bersalaman, ada yang janggal dari cara dia berbicara, hatiku kaget bukan main. Cara dia berbicara geli sekali, bibir dan matanya seperti wanita genit, centil sekali. Hatiku berkata “sabar liat dulu cara jalannya dari belakang, jangan menilai terlalu cepat.” Kami ngobrol-ngobrol sekitar setengah jam, dia terus memainkan hp nya sambil berbincang dengan ku, namun gayanya yang genit semakin membuatku bertanya “apakah dia seorang laki-laki? Atau laki-laki setengah wanita?” tapi aku tetap bersabar hingga akhirnya ia berkata dengan gaya paling genit yang aku lihat dan bikin kaget “ bu, kita makan bakso yu! Tapi bakso nya yang enak!”. Cara dia berbicara, matanya yang mengedipkan sebelah mata dan cara nya yang feminim semakin membuatku takut. Lalu aku iyakan saja saat itu, aku sengaja berjalan di belakang dia ternyata cara jalannya sedikit goyang gak tegap seperti laki-laki. Aku masih bersabar dan menenangkan diri membuang rasa geli dan takut yang hinggap, di perjalanan aku di bonceng sama dia, aku kalo di bonceng ama laki senengnya kebut-kebut tapi ini gak, melaju seperti kakek-kakek yang udah agak rabun. Aku terus menenangkan diri aku yakin dia laki-laki tapi mungkin caranya seperti itu. Tibalah kita di tempat makan bakso, kami makan bakso berdua cara dia memakan bakso lama banget, lebih dari aku yang aku sendiri termasuk lelet kalo makan, aku perhatikan gerik mata dan bibirnya, tak henti aku memperhatikan cara bicaranya. Memang menyenangkan dia senangnya bercanda tapi yang serem apakah dia laki-laki?. Tiba-tiba saat kami makan bakso sahabatku mengirim pesan “dimana?”. Aku jawab saja “ kemana aja gak ada kabar, aku tunggu kamu dari tadi gak ngasih kabar, aku sih tidur aja gak kemana-mana?”. Padahal bohong berharap dia gak tahu, tapi aneh perasaan takut banget dia tahu. Setelah selesai makan bakso aku di antar pulang oleh Pak Pratama kesan pertaman masih janggal. Sepertinya rekan kerjaku salah ini, katanya Pak Pratama cari istri, tapi aku jadi takut sendiri.
Pertemuan kami menjadi rahasia yang belum diketahui sahabatku, aku takut sebenarnya, aku pernah hampir menikah di bulan Juni, namun sahabatku marah-marah dengan hubungan ku. Aku sengaja mencari pasangan karena saat itu juga aku tahu dia punya rencana menikah dengan salah satu pacarnya, aku sedih jika dia meninggalkan aku sendiri . makanya meski tak cinta aku selalu berusaha mencari orang lain agar aku mampu berpaling dari sahabtku, tapi usaha ku selalu gagal. Rencanaku saat itu aku batalkan secara sepihak, karena aku tak mau sahabatku marah-marah. Dan ternyata sahabatku juga gagal memiliki rencana pernikahan nya itu. Saat itu kami merasa lebih dekat.
Hingga sampai dia bertanya padaku, “ kamu tak cerita bagaimana perasaan kamu berkenalan dengan Pak Pratama?”. Aku pikir ini tidak akan menjadi awal yang buruk, makanya aku jujur dan berkata aku coba memperlihatkan poto dari Pak Pratama, awalnya dia biasa datar tak ada respon yang berarti. Tapi lama-lama dia mulai mengejek Pak Pratama wajahnya jelek inilah dan itulah. 2 minggu dia marah-marah gak jelas, akhirnya tepat hari selasa kami baikan kembali. Lalu berita yang menyakitkan itupun datang.
Dia mengirim pesan ketika aku di tempat kerja “ lagi apa. Aku sekitar 5 bulan lagi akan menikah!”. Aku saat itu masih santai dan menjawab “ Alhamdulillah akhirnya kamu menikah juga, semoga bahagia ya. Jangan lupa nanti jangan pernah nganggap aku orang lain, kalo ada acara apa-apa kasih tau saya”. Dia menjawab ini dan itu panjang lebar dia menceritakan wanita itu, hingga akhirnya dia perlihatkan poto wanita itu lewat pesan di sosmed. Akhirnya dadaku terasa sesak, wajahku panas, emosiku memuncak rasa takut kehilangan dan sedih benar-benar menguasai diri aku. Hingga aku menjawab “ pergi jauh, jangan pernah hubungi ku lagi. Awas kamu jangan pernah nghubungiku lagi.” Lalu dia menjawab “ kamu kenapa?”. Oon nya aku malah bilang “ kamu enak nikah, aku gimana? Selama ini aku bahagia karena kamu ada, kini aku harus siap kehilangan kamu . aku butuh waktu untuk menyembuhkan hatiku.” Sejadi-jadinya aku nangis hilang semua konsentrasiku, berasa mendapat kabar yang paling buruk. Lalu sahabatku meminta maaf dan janji akan menemaniku dan rencana pernikahannya di tunda. Aku tak percaya sama sekali tak percaya saat itu aku masih di kuasai amarah dan sedih yang membuatku berkata bodoh. Hingga akhirnya aku putuskan untuk menjauh.
Saat menjauh itulah aku berfikir banyak hal, bahwa cinta banyak bentuknya salah satunya adalah melepaskannya, jika aku tak mampu membuatnya nyaman dan bahagia, maka aku tak berhak mengahalangi kebebasannya untuk hidup bahagia. Dan saat itu aku pun berfikir banyak hal, betapa egoisnya aku jika aku memaksa dia untuk tetap hidup bersamaku sementara dia telah memiliki pilihannya sendiri. Dan tak adil rasanya jika aku menahan seseorang yang akan memulai hidup baru dengan orang lain, karena rasa takut aku tak mampu bahagia bersamanya. Aku hanya berfikir tentang bahagiaku dengannya, tapi tak berfikir bahagia dia dengan pilihannya. Aku menenangkan diri, aku ingin aku normal seperti biasa tanpa rasa, ketika cinta datang, aku sulit menempatkan perasaan ini hingga aku tak bisa mengendalikan hati dan perasaanku. Hingga akhirnya aku berusaha menghubunginya walaupun sulit, dan aku meminta maaf telah berbuat salah, aku telah bodoh dengan marah tak karuan.
Aku memang mencintainya, tapi aku tak mau menahannya untuk tetap di sampingku, jika ini akhir dari kebersamaan kita selama ini maka aku ikhlas jika memang ini adalah salah satu kebahagiaanya. Setidaknya dia pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Mungkin memang kita akan menuju pada takdir dan impian kita masing-masing. Tak selamanya rasa yang sama dan selalu bersama, kita akan berjuang untuk masa depan dengan tujuan yang sama, dan ternyata mimpi kita berbeda. Kadang orang yang menggenggam tangan kita dan mengajak kita berjuang adalah orang yang tak kita sangka kehadirannya. Maka setelah ini, aku pun berusaha menyambut tangan Pak Pratama dan mengahargai semua usahanya dengan berusaha menerima kekuranggannya dengan sikapnya yang feminim, mungkin ini akan menyembuhkan lukaku. Karena yang membuatku pergi adalah aku tak bisa membuat sahabatku tertekan dengan sikapku, memang selama ini aku bersikap tenang ketika dia dengan bebasnya berbicara tentang semua pacar-pacarnya, tapi kali ini berita yang aku dengr membuatku sadar bahwa cinta memang tak harus selalu bersama. Dan aku akan berjuang bersama orang yang akan memperjuangkanku, berusaha dengan menerima kehadiran orang yang baru. Namun memang meski aku bingung, sahabatku pernah berkata bahwa dia memiliki perasaan yang lebih, namun aku berfikir mungkin aku bukan tempat terkahir bagi dia, aku bukan tempat yang nyaman bagi dia, tak sama apa yang aku rasakan semua berbeda. Semoga cinta mampu bersikap bijak dan memberi keuputusan yang tepat. Semua bukan tentang keegoisan kita, tapi semua tentang bagaiamana dengan kebahagiaan dia?

Kita buka hati kita, akan ada cinta yang baru yang akan menyambut kehadiran kita. Dan jangan sampai persahabatan berantakan karena kasih yang tak sampai


/>

0 komentar:

.comment-content a {display: none;}