Namaku Melan, usiaku sudah tidak muda lagi. Bagiku hari ini butuh sekali perjuangan tentang bagaimana caraku untuk meyakinkan langkahku agar aku masih memiliki kepercayaan diri sehingga aku mampu menatap kehidupan dengan penuh harapan.
Bagi semua orang mungkin kehidupan itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Begitu banyak cerita dan warna yang menghiasi setiap episode yang dilalui.
Kisahku ini hanyalah sebuah catatan kecil. Jika kelak aku pergi aku hanya ingin menyampikan beberap hal yang selama ini aku pendam. Aku tak berkawan dengan siapapun dalam hal ini maksudnya bingung jika aku mencari teman untuk mencurahkan perasaanku. Mungkin sebagian orang akan tertawa atau ikut larut dalam cerita. Entahlah tak ada yang aku percaya selain Tuhan.
Hanya saja catatan kecil ini seperti sebuah jejak jika nanti ada orang yang masih tak faham dengan kepergianku. Aku harap Tuhan mengijinkan orang itu untuk menemukan catatan kecilku. Entah untuk apapun itu....
Atau mungkin bahkan tidak akan ada orang yang perduli atau penasaran dengan kepergianku ini.
Aku memang cerewet hanya saja cerewetku hanya sebuah bentuk perhatian. Bukan marah bukan pula untuk membebankan siapapun. Selama aku masih perduli selama itu aku berusaha untuk selalu mengingatkan karena aku masih sayang.
Namun jika aku kesal atau marah maka tak akan ada satupun kata yang akan terucap dari mulutku. Aku hanya terbiasa, diam seribu bahasa.
Lelakiku...
Aku bukan lelah menjalani hidup bersamamu, hanya saja aku bingung bagaimana caraku membuatmu bahagia. Setiap hari kau acuh tak acuh meski aku sudah berusaha berbuat yang terbaik selama masih aku bisa. Aku korbankan kehidupanku aku tinggalkan kedua orang tuaku aku tinggalkan pekerjaanku hanya untuk mengikutimu mengikuti jejakmu dan hidup bersamamu, aku lakukan itu semua karena aku percaya aku akan bahagia bersamamu hingga menuju jannah
Tapi seiring waktu berlalu....
Terlalu sering aku mendegarmu membandingkanku dengan mantanmu, teman - teman wanitamu yang dimatamu hebat. Sehingga tak ada sedikitpun tempat istimewa tentangku dihatimu.
Saat itu aku sudah mulai memaafkanmu, mulai bersikap biasa seperti hari- hari sebelumnya melupakan semua rasa sakitku. Namun saat itu, aku menerima pesanmu singkat sekali isinya " kau belum pernah memberikan kebahagiaan untukku". Aku yang membaca hal itu sedih bukan main, lalu aku berfikir bahwa selama hidup bersamaku kau tak pernah rasakan bahagia. Langsung saja pikiranku teringat pada hal yang pling pahit yang aku alami .Sikap kasarmu yang pernah mendorongku hingga terjatuh ke lantai hanya gara-gara hal sepele kau tega mendorongku dua kali hingga terjatuh lgi dan lagi. Membentakku di hadapan teman-teman kerjamu mengatakan "m0nyet,4njing,1blis" sambil membantig kursi saat itu perasaanku terluka, malu dan merasa sampah tak berharga. Apalagi salah satu dari temanmu berkata bahwa jika dia menjadi aku, dia akan marah dan pergi.
Hanya saja saat itu aku memilih diam seolah tak terjadi apa-apa. Bukan aku bego hanya saja aku berusaha untuk tidak menangis dihadapan orang banyak bukannya aku tak punya hati, hanya saja perasaan terlukaku aku bawa pergi ketempat sepi sambil aku tumpahkan semua rasa sakitku. Sedikitpun aku tak pernah berfikir bahwa aku adalah wanita terbaik disisimu. Aku memang tak sempurna, aku tak cantik, aku tak hebat bahkan aku adalah manusia bodoh yabg sering kau katakan.
Aku??? Bukan aku pendendam mengapa aku bisa mengingatnya dan sulit sekali melupakan itu. Aku tak pernah punya kesemptan untuk berbicara saat kau marah, saat kau mencela dan menghina. Aku diam bukan aku tak ingin melawan hanya saja aku tak mau ini semua berubah jadi malapateka yang ujung-ujungnya hanya akan melukai perasaanku saja.
Tak terasa saat aku teringat semua itu aku bahkan tak mampu menahan air mata.
Cuek?? Memang itu sikapmu. Aku hanyalah manusia bodoh dihadapanmu yang memang tak pernah kau hargai. Saat sikap cuekmu menggunung dan aku sadar bahwa aku tidak mampu membutmu bahagia. Kenangan buruk selalu saja hilir mudik dalam ingatan. Apalagi peristiwa besar itu saat aku ingin melawan karena aku tak sanggup dengan sikapmu. Belum aku melawan baru saja aku memanggil namamu kau datang melotot, kau daratkan kepalan tanganmu membiarkan mendarat tepat dimataku, rambutku kau t4rik hingga sebagian jatuh ke lantai kau dorong kau tindih. Bukan sekali tanganmu tepat mendarat di wajahku. Bukan hanya mata kau daratkan lagi tepat di pipiku. Aku saat itu kaget langsung menangis dan dengan lirih aku mengatakan aku ingin pulang. Jawabanmu semakin melukai perasaanku. Kau panggil aku 4njing. " Silahkan 4njing,gobl0k lu pergi dari rumah ini. Jangan balik lagi pergi lu 4njing" kau menghampiriku lagi seakan menerkamku seperti predator yang sangat kelaparan. Jika malam itu tak ada sodaramu yang melindungiku mungkin saat ini aku sudah tidak ada hanya tinggal sebuah nama. Lalu paginya aku pamit untuk bekerja padahal aku pergi dengan sepeda motor. Tak sanggup sepanjang perjalanan aku tak mampu berhenti menangis. Aku berusaha fokus diperjalanan meski sesekali terdiam dipinggir jalan karena air mataku menghalangi penglihatanku. Saat itu tak ada yang tau alasanku pergi sebagian orang menuduh aku kabur, padahal aku di usir kala itu.
Semua kejadian itu semakin menggerogoti pikiranku.
Mungkin apapun yang aku lakukan dimatamu akan tetap bernilai 0 apapun itu. Tak pernah ada artinya, karena tak ada aku dihatimu matamu tertutup tentangku sehingga kau tak akan pernah melihat ketulusanku sedikitpun.
Kau tau bukan hanya mulut pedasmu yang melukai perasaanku. Salah satu keluargamu pernah berkata tepat dihadapanku. "Niat menikah adalah punya anak, dimasa depan anak adalah orang yang akan mengurus kita saat kita tua nanti. Jika dalam tiga tahun kalian masih belum diberi keturunan maka rundingkan kalian mau meneruskan atau mencari pasangan yang lain agar mendapatkan keturunan". Pedas sekali mulutnya.
Bukan hanya itu aku pernah mendengar percakapan salah satu sodaramu mengatakan bahwa " dia normal dia subur, entah Melan?" Tepat sekali aku berada dekat dengannya.
Mengingat hal itu aku semakin yakin dengan perasaanku bahwa aku tak akan pernah membuatmu bahagia.
Sodaramu berkata hal seperti itu,sikapmu seperti itu menganggap aku memang tak bermakna. Bagaimana bisa aku memberimu bahagia sebagian orang pun menilai bahwa aku wanita yang tidak mampu memberimu keturunan.
Saat itu, saat kau mengatakan bahwa aku belum memberikan kebahagian untukmu membuatku berfikir keras bahwa aku tak bisa membuatmu bahagia.
Artinya selama ini kau hidup denganku hanya keterpaksaan saja, mungkin kau lelah menghadapiku atau bahkan kau sudah jiji melihat keberadaanku. Sebelum memutuskan untuk menikah aku sadar perkenalan itu amat singkat. Mungkin itu yang membuatmu tak bahagia karena belum menerimaku apa adanya. Tapi kau lupa, kau yang meyakinkanku untuk menerima mu saat itu. Keputusanku menerimamu karena saat itu aku berfikir kau serius ingin hidup bersamaku.
Aku tak pernah mendramatisir keadaan hanya saja, jika kau sadari sikapmu padaku kau akan merasaakan kesedihanku.
Saat itu, hari dimana aku benar-benar putus asa dan kehilangan harapan untuk ini semua. Aku semakin berfikir keras bahwa aku tak bisa berjuang sendirian, ini akan membuatku semakin terluka. Bukan hanya aku yang terluka jika aku memaksakan jalan ini kaupun akan terluka, karena aku tahu rasanya hidup berdampingan dengan orang yang tidak dicintai akan membuat tertekan, marah, benci, kecewa dan selalu menilai salah hingga membuat selera hidup semakin menurun. Aku tahu itu
Aku tak bisa berada disini sendirian, memaksamu tetap bersamakupun akan membuatmu semakin tak bahagia.
Lalu saat kita berjauhan kau berada tepat di luar kota karena urusan pekerjaan. Aku mulai merangkai kata untuk mengirim pesan tentang perasaanku.
Saat itu aku menulis bahwa " maafkan aku yang belum mampu membuatmu bahagia, belum bisa memberi apa yang selama ini kau harapkan. Jika nanti tepat pernikahan kita yang ke-3 dan kita kontrol ke dr tentang kesuburan, jika memang aku yang tidak normal. Maka kau boleh menikah dengan wanita pilihanmu karena kau berhak untuk memiliki keturunan. Maafkan aku... Kau tau aku, kau tau isi hatiku. Maafkan aku"
Aku menangis pilu ketika mengirim kata itu, takut kehilangan tapi akupun tak mungkin berjuang sendirian. Bukan hanya aku yang terluka kaupun sama akan terluka karena hidup bersamaku akan semakin membuatmu tertekan. Aku pasrah dengan apapun yang terjadi dengan kehidupan ini.
Cerita ini selama ini aku pendam tanpa berharap kedua orang tuaku tahu. Aku takut menjadi beban untuk mereka. Aku takut merka sedih dan khawatir. Cukup aku yang rasakan.
"Kadang hidup mengajarkan kita harus ikhlas dan menerima. Ada hal yang perlu kita perjuangkan ada hal pula yang harus kita lepaskan. Karena kebahagiaan bukan tentang keegoisan. Jika ada hati yang terluka dan tak bahagia mengapa kita harus memaksa untuk tetap mempertahankan".
Aku selalu berusaha untuk membahagiakanmu, mendengar suara sepeda motor saat kau pulang kerja adalah saat yang selalu dinanti. Berada didekatmu aku sudah bahagia.
Jika kamu aneh aku tak suka belanja bukan karena aku tak punya keinginan untuk membeli ini dan itu. Semua itu karena aku ingin membuatmu bahagia. Kau suka sekali belanja, jika aku ikut belanja aku hanya takut uang kita tidak akan cukup. Aku selalu berusaha mengalah agar kau bahagia. Aku mencoba mengerem egoku dengan harapan kita bisa langgeng.
Namun saat aku mendengar bahwa kau tak bahagia bersamaku, aku tak mampu memberimu bahagia selama ini. Maka aku mencoba pergi tanpa meminta penjelasan. Karena jelas sekali aku bukan kebahagiaanmu bukan aku. Mungkin seseorang yang selama ini kamu kagumi yang sering kau bandingkan dengan aku.
Jika nanti kau menginginkan aku pergi, katakan saja. Aku akan pergi dengan harapan tanpa keberadaanku kehidupan mu lebih baik dan bahagia. Jika itu bahagiamu aku tak ingin memaksa kau selalu ada disampingku meski harapanku aku selalu ingin mendampingimu hingga nanti.
Namun jika kau memintaku untuk bertahan, aku akan bertahan dan mencoba memperbaiki segalanya dengan harapan aku bisa membahagiakanmu.
Maaf aku bukan wanita sempurna yang hingga kini belum mampu membuatmu bahagia.
Katakan apa maumu, meski itu melukaiku akan aku lakukan. Jika kau menginginkan aku menjauhimu akan aku coba meski itu sulit dan akan membuatku terluka.
Jika suatu saat kau merindukanku,maka ingatlah ketika kau benar-benar membenciku dan merasa jiji
Dari wanita yang amat bodoh di matamu:(
Bagi semua orang mungkin kehidupan itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Begitu banyak cerita dan warna yang menghiasi setiap episode yang dilalui.
Kisahku ini hanyalah sebuah catatan kecil. Jika kelak aku pergi aku hanya ingin menyampikan beberap hal yang selama ini aku pendam. Aku tak berkawan dengan siapapun dalam hal ini maksudnya bingung jika aku mencari teman untuk mencurahkan perasaanku. Mungkin sebagian orang akan tertawa atau ikut larut dalam cerita. Entahlah tak ada yang aku percaya selain Tuhan.
Hanya saja catatan kecil ini seperti sebuah jejak jika nanti ada orang yang masih tak faham dengan kepergianku. Aku harap Tuhan mengijinkan orang itu untuk menemukan catatan kecilku. Entah untuk apapun itu....
Atau mungkin bahkan tidak akan ada orang yang perduli atau penasaran dengan kepergianku ini.
Aku memang cerewet hanya saja cerewetku hanya sebuah bentuk perhatian. Bukan marah bukan pula untuk membebankan siapapun. Selama aku masih perduli selama itu aku berusaha untuk selalu mengingatkan karena aku masih sayang.
Namun jika aku kesal atau marah maka tak akan ada satupun kata yang akan terucap dari mulutku. Aku hanya terbiasa, diam seribu bahasa.
Lelakiku...
Aku bukan lelah menjalani hidup bersamamu, hanya saja aku bingung bagaimana caraku membuatmu bahagia. Setiap hari kau acuh tak acuh meski aku sudah berusaha berbuat yang terbaik selama masih aku bisa. Aku korbankan kehidupanku aku tinggalkan kedua orang tuaku aku tinggalkan pekerjaanku hanya untuk mengikutimu mengikuti jejakmu dan hidup bersamamu, aku lakukan itu semua karena aku percaya aku akan bahagia bersamamu hingga menuju jannah
Tapi seiring waktu berlalu....
Terlalu sering aku mendegarmu membandingkanku dengan mantanmu, teman - teman wanitamu yang dimatamu hebat. Sehingga tak ada sedikitpun tempat istimewa tentangku dihatimu.
Saat itu aku sudah mulai memaafkanmu, mulai bersikap biasa seperti hari- hari sebelumnya melupakan semua rasa sakitku. Namun saat itu, aku menerima pesanmu singkat sekali isinya " kau belum pernah memberikan kebahagiaan untukku". Aku yang membaca hal itu sedih bukan main, lalu aku berfikir bahwa selama hidup bersamaku kau tak pernah rasakan bahagia. Langsung saja pikiranku teringat pada hal yang pling pahit yang aku alami .Sikap kasarmu yang pernah mendorongku hingga terjatuh ke lantai hanya gara-gara hal sepele kau tega mendorongku dua kali hingga terjatuh lgi dan lagi. Membentakku di hadapan teman-teman kerjamu mengatakan "m0nyet,4njing,1blis" sambil membantig kursi saat itu perasaanku terluka, malu dan merasa sampah tak berharga. Apalagi salah satu dari temanmu berkata bahwa jika dia menjadi aku, dia akan marah dan pergi.
Hanya saja saat itu aku memilih diam seolah tak terjadi apa-apa. Bukan aku bego hanya saja aku berusaha untuk tidak menangis dihadapan orang banyak bukannya aku tak punya hati, hanya saja perasaan terlukaku aku bawa pergi ketempat sepi sambil aku tumpahkan semua rasa sakitku. Sedikitpun aku tak pernah berfikir bahwa aku adalah wanita terbaik disisimu. Aku memang tak sempurna, aku tak cantik, aku tak hebat bahkan aku adalah manusia bodoh yabg sering kau katakan.
Aku??? Bukan aku pendendam mengapa aku bisa mengingatnya dan sulit sekali melupakan itu. Aku tak pernah punya kesemptan untuk berbicara saat kau marah, saat kau mencela dan menghina. Aku diam bukan aku tak ingin melawan hanya saja aku tak mau ini semua berubah jadi malapateka yang ujung-ujungnya hanya akan melukai perasaanku saja.
Tak terasa saat aku teringat semua itu aku bahkan tak mampu menahan air mata.
Cuek?? Memang itu sikapmu. Aku hanyalah manusia bodoh dihadapanmu yang memang tak pernah kau hargai. Saat sikap cuekmu menggunung dan aku sadar bahwa aku tidak mampu membutmu bahagia. Kenangan buruk selalu saja hilir mudik dalam ingatan. Apalagi peristiwa besar itu saat aku ingin melawan karena aku tak sanggup dengan sikapmu. Belum aku melawan baru saja aku memanggil namamu kau datang melotot, kau daratkan kepalan tanganmu membiarkan mendarat tepat dimataku, rambutku kau t4rik hingga sebagian jatuh ke lantai kau dorong kau tindih. Bukan sekali tanganmu tepat mendarat di wajahku. Bukan hanya mata kau daratkan lagi tepat di pipiku. Aku saat itu kaget langsung menangis dan dengan lirih aku mengatakan aku ingin pulang. Jawabanmu semakin melukai perasaanku. Kau panggil aku 4njing. " Silahkan 4njing,gobl0k lu pergi dari rumah ini. Jangan balik lagi pergi lu 4njing" kau menghampiriku lagi seakan menerkamku seperti predator yang sangat kelaparan. Jika malam itu tak ada sodaramu yang melindungiku mungkin saat ini aku sudah tidak ada hanya tinggal sebuah nama. Lalu paginya aku pamit untuk bekerja padahal aku pergi dengan sepeda motor. Tak sanggup sepanjang perjalanan aku tak mampu berhenti menangis. Aku berusaha fokus diperjalanan meski sesekali terdiam dipinggir jalan karena air mataku menghalangi penglihatanku. Saat itu tak ada yang tau alasanku pergi sebagian orang menuduh aku kabur, padahal aku di usir kala itu.
Semua kejadian itu semakin menggerogoti pikiranku.
Mungkin apapun yang aku lakukan dimatamu akan tetap bernilai 0 apapun itu. Tak pernah ada artinya, karena tak ada aku dihatimu matamu tertutup tentangku sehingga kau tak akan pernah melihat ketulusanku sedikitpun.
Kau tau bukan hanya mulut pedasmu yang melukai perasaanku. Salah satu keluargamu pernah berkata tepat dihadapanku. "Niat menikah adalah punya anak, dimasa depan anak adalah orang yang akan mengurus kita saat kita tua nanti. Jika dalam tiga tahun kalian masih belum diberi keturunan maka rundingkan kalian mau meneruskan atau mencari pasangan yang lain agar mendapatkan keturunan". Pedas sekali mulutnya.
Bukan hanya itu aku pernah mendengar percakapan salah satu sodaramu mengatakan bahwa " dia normal dia subur, entah Melan?" Tepat sekali aku berada dekat dengannya.
Mengingat hal itu aku semakin yakin dengan perasaanku bahwa aku tak akan pernah membuatmu bahagia.
Sodaramu berkata hal seperti itu,sikapmu seperti itu menganggap aku memang tak bermakna. Bagaimana bisa aku memberimu bahagia sebagian orang pun menilai bahwa aku wanita yang tidak mampu memberimu keturunan.
Saat itu, saat kau mengatakan bahwa aku belum memberikan kebahagian untukmu membuatku berfikir keras bahwa aku tak bisa membuatmu bahagia.
Artinya selama ini kau hidup denganku hanya keterpaksaan saja, mungkin kau lelah menghadapiku atau bahkan kau sudah jiji melihat keberadaanku. Sebelum memutuskan untuk menikah aku sadar perkenalan itu amat singkat. Mungkin itu yang membuatmu tak bahagia karena belum menerimaku apa adanya. Tapi kau lupa, kau yang meyakinkanku untuk menerima mu saat itu. Keputusanku menerimamu karena saat itu aku berfikir kau serius ingin hidup bersamaku.
Aku tak pernah mendramatisir keadaan hanya saja, jika kau sadari sikapmu padaku kau akan merasaakan kesedihanku.
Saat itu, hari dimana aku benar-benar putus asa dan kehilangan harapan untuk ini semua. Aku semakin berfikir keras bahwa aku tak bisa berjuang sendirian, ini akan membuatku semakin terluka. Bukan hanya aku yang terluka jika aku memaksakan jalan ini kaupun akan terluka, karena aku tahu rasanya hidup berdampingan dengan orang yang tidak dicintai akan membuat tertekan, marah, benci, kecewa dan selalu menilai salah hingga membuat selera hidup semakin menurun. Aku tahu itu
Aku tak bisa berada disini sendirian, memaksamu tetap bersamakupun akan membuatmu semakin tak bahagia.
Lalu saat kita berjauhan kau berada tepat di luar kota karena urusan pekerjaan. Aku mulai merangkai kata untuk mengirim pesan tentang perasaanku.
Saat itu aku menulis bahwa " maafkan aku yang belum mampu membuatmu bahagia, belum bisa memberi apa yang selama ini kau harapkan. Jika nanti tepat pernikahan kita yang ke-3 dan kita kontrol ke dr tentang kesuburan, jika memang aku yang tidak normal. Maka kau boleh menikah dengan wanita pilihanmu karena kau berhak untuk memiliki keturunan. Maafkan aku... Kau tau aku, kau tau isi hatiku. Maafkan aku"
Aku menangis pilu ketika mengirim kata itu, takut kehilangan tapi akupun tak mungkin berjuang sendirian. Bukan hanya aku yang terluka kaupun sama akan terluka karena hidup bersamaku akan semakin membuatmu tertekan. Aku pasrah dengan apapun yang terjadi dengan kehidupan ini.
Cerita ini selama ini aku pendam tanpa berharap kedua orang tuaku tahu. Aku takut menjadi beban untuk mereka. Aku takut merka sedih dan khawatir. Cukup aku yang rasakan.
"Kadang hidup mengajarkan kita harus ikhlas dan menerima. Ada hal yang perlu kita perjuangkan ada hal pula yang harus kita lepaskan. Karena kebahagiaan bukan tentang keegoisan. Jika ada hati yang terluka dan tak bahagia mengapa kita harus memaksa untuk tetap mempertahankan".
Aku selalu berusaha untuk membahagiakanmu, mendengar suara sepeda motor saat kau pulang kerja adalah saat yang selalu dinanti. Berada didekatmu aku sudah bahagia.
Jika kamu aneh aku tak suka belanja bukan karena aku tak punya keinginan untuk membeli ini dan itu. Semua itu karena aku ingin membuatmu bahagia. Kau suka sekali belanja, jika aku ikut belanja aku hanya takut uang kita tidak akan cukup. Aku selalu berusaha mengalah agar kau bahagia. Aku mencoba mengerem egoku dengan harapan kita bisa langgeng.
Namun saat aku mendengar bahwa kau tak bahagia bersamaku, aku tak mampu memberimu bahagia selama ini. Maka aku mencoba pergi tanpa meminta penjelasan. Karena jelas sekali aku bukan kebahagiaanmu bukan aku. Mungkin seseorang yang selama ini kamu kagumi yang sering kau bandingkan dengan aku.
Jika nanti kau menginginkan aku pergi, katakan saja. Aku akan pergi dengan harapan tanpa keberadaanku kehidupan mu lebih baik dan bahagia. Jika itu bahagiamu aku tak ingin memaksa kau selalu ada disampingku meski harapanku aku selalu ingin mendampingimu hingga nanti.
Namun jika kau memintaku untuk bertahan, aku akan bertahan dan mencoba memperbaiki segalanya dengan harapan aku bisa membahagiakanmu.
Maaf aku bukan wanita sempurna yang hingga kini belum mampu membuatmu bahagia.
Katakan apa maumu, meski itu melukaiku akan aku lakukan. Jika kau menginginkan aku menjauhimu akan aku coba meski itu sulit dan akan membuatku terluka.
Jika suatu saat kau merindukanku,maka ingatlah ketika kau benar-benar membenciku dan merasa jiji
Dari wanita yang amat bodoh di matamu:(
0 komentar:
Post a Comment