Mudik atau pulang kampung?
Apa bedanya?
Bukankah sama - sama pulang ke tempat kelahiran atau pulang ke tempat dimana orang tua berada, atau ke tempat masa kecil kita.
Nah mengenai mudik atau pulang kampung memang memiliki persamaan arti, sama - sama pulang dari perantauan. Namun tahukan anda meski persamaannya adalah pulang tapi ada perbedaanya lho...
Nah bagi anda yang sebenarnya mungkin sudah tau, atau masih bingung yu simak perbedaan mudik dan pulang kampung!!
Mudik
Mudik itu, seseorang yang awalnya tinggal di kota A kemudian mendapatkan pekerjaan tetap di kota B, memiliki rumah dan saudara baru serta KTP / domisili sudah di kota B. Jika ia mengunjungi kota A, maka ia dikatakan mudik karena ia dikatan seseorang yang punya kehidupan ( pekerjaan, rumah, keluarga, domisili di kota B), jadi dipastikan ia akan kembali ke kota B karena kehidupannya disana. Sudah dipastikan akan hilir mudik atau bolak - balik. Dan tradisi mudik ini biasanya terjadi untuk melakukan perayaan besar Agama ( lebaran )
Pulang Kampung
Sementara pulang kampung adalah, jika seseorang di kota A datang ke kota B, memiliki pekerjaan yang tidak pasti / bukan pegawai tetap/ beradu nasib. Tidak memiliki rumah hanya mengontrak / dan domisili masih di kota A. Jika ia kembali ke kota A ada dua kemungkinan apakah ia akan kembali ke kota B? Atau tidak. Tergantung kebutuhan / pekerjaanya, jika masih ada kontrak kerja pasti pulang lagi ke kota B, Namun jika tidak, ada kemungkinan besar buka usaha di kota A
Nah ditengah pandemic covid 19 seperti ini, antara mudik dan pulang kampung jadi perdebatan.
Kalo hanya mudik anda punya pekerjaan tetap kehidupan yang masih layak kenapa harus mudik? Tetaplah disana jika hanya merayakan lebaran, tahan keinginan anda untuk memutus rantai penyebaran. Silaturahmi masih bisa dilakukan lewat alat telekomunikasi dengan sanak saudara, toh anda masih bisa merayakan dengan keluarga anda tercinta.
Namun bagi yang pulang kampung, mungkin seseorang itu bingung. Pekerjaan tidak menentu, rumah dan keluarga tidak ada. Mau makan apa? Kalo gak pulang....
Meski dua-duanya pulang dan tetap membawa virus. Namun ada perbedaan si pemudik tanpa pulang dia tidak bingung, karena keluarga ada bersamanya hanya tidak bisa bersilaturhami dengan sanak saudara.
Lah bagi yang si pulang kampung jika tidak pulang, ia bingung bagaimana dengan anak dan istri?
Nah dalam penjelasan hal ini, kenapa si pulang kampung diijinkan pemerintah, yang saya simak mungkin... Jika si pulang kampung seorang perantau dan pencari kerja dengan keadaan pas - pasan sementara, kontrakan harus di bayar, kebutuhan semakin menipis tabungan habis, pekerjaan dihentikan tanpa gajih itu akan membuat si pulang kampung sedih di perantauan karena bingung harus bagaimana?
Semoga saja ada jalan diantara keduanya harus bagaimana?
Kasian si perantau yang harus bagaimana di kota orang? Sementara untuk bertahan begitu sulit, jika isolasi memang benar dilakukan dan semuanya sigap kerja sama semoga bisa memutus rantai penyebaran.
Tapi disini bingung, si pemudik dan si perantau jika pulang memang punya resiko yang sama, yaitu pulang membawa virus, karena isolasi pemerintah daerah dinilai kurang efektip dalam penanganan ODP. Atau kurangnya kesadaran bagi mereka yang pulang tanpa mau mengisolasi diri
Intinya semua harus sadar, ini masalah bersama dan harus di atasi bersama
Apa bedanya?
Bukankah sama - sama pulang ke tempat kelahiran atau pulang ke tempat dimana orang tua berada, atau ke tempat masa kecil kita.
Nah mengenai mudik atau pulang kampung memang memiliki persamaan arti, sama - sama pulang dari perantauan. Namun tahukan anda meski persamaannya adalah pulang tapi ada perbedaanya lho...
Nah bagi anda yang sebenarnya mungkin sudah tau, atau masih bingung yu simak perbedaan mudik dan pulang kampung!!
Mudik
Mudik itu, seseorang yang awalnya tinggal di kota A kemudian mendapatkan pekerjaan tetap di kota B, memiliki rumah dan saudara baru serta KTP / domisili sudah di kota B. Jika ia mengunjungi kota A, maka ia dikatakan mudik karena ia dikatan seseorang yang punya kehidupan ( pekerjaan, rumah, keluarga, domisili di kota B), jadi dipastikan ia akan kembali ke kota B karena kehidupannya disana. Sudah dipastikan akan hilir mudik atau bolak - balik. Dan tradisi mudik ini biasanya terjadi untuk melakukan perayaan besar Agama ( lebaran )
Pulang Kampung
Sementara pulang kampung adalah, jika seseorang di kota A datang ke kota B, memiliki pekerjaan yang tidak pasti / bukan pegawai tetap/ beradu nasib. Tidak memiliki rumah hanya mengontrak / dan domisili masih di kota A. Jika ia kembali ke kota A ada dua kemungkinan apakah ia akan kembali ke kota B? Atau tidak. Tergantung kebutuhan / pekerjaanya, jika masih ada kontrak kerja pasti pulang lagi ke kota B, Namun jika tidak, ada kemungkinan besar buka usaha di kota A
Nah ditengah pandemic covid 19 seperti ini, antara mudik dan pulang kampung jadi perdebatan.
Kalo hanya mudik anda punya pekerjaan tetap kehidupan yang masih layak kenapa harus mudik? Tetaplah disana jika hanya merayakan lebaran, tahan keinginan anda untuk memutus rantai penyebaran. Silaturahmi masih bisa dilakukan lewat alat telekomunikasi dengan sanak saudara, toh anda masih bisa merayakan dengan keluarga anda tercinta.
Namun bagi yang pulang kampung, mungkin seseorang itu bingung. Pekerjaan tidak menentu, rumah dan keluarga tidak ada. Mau makan apa? Kalo gak pulang....
Meski dua-duanya pulang dan tetap membawa virus. Namun ada perbedaan si pemudik tanpa pulang dia tidak bingung, karena keluarga ada bersamanya hanya tidak bisa bersilaturhami dengan sanak saudara.
Lah bagi yang si pulang kampung jika tidak pulang, ia bingung bagaimana dengan anak dan istri?
Nah dalam penjelasan hal ini, kenapa si pulang kampung diijinkan pemerintah, yang saya simak mungkin... Jika si pulang kampung seorang perantau dan pencari kerja dengan keadaan pas - pasan sementara, kontrakan harus di bayar, kebutuhan semakin menipis tabungan habis, pekerjaan dihentikan tanpa gajih itu akan membuat si pulang kampung sedih di perantauan karena bingung harus bagaimana?
Semoga saja ada jalan diantara keduanya harus bagaimana?
Kasian si perantau yang harus bagaimana di kota orang? Sementara untuk bertahan begitu sulit, jika isolasi memang benar dilakukan dan semuanya sigap kerja sama semoga bisa memutus rantai penyebaran.
Tapi disini bingung, si pemudik dan si perantau jika pulang memang punya resiko yang sama, yaitu pulang membawa virus, karena isolasi pemerintah daerah dinilai kurang efektip dalam penanganan ODP. Atau kurangnya kesadaran bagi mereka yang pulang tanpa mau mengisolasi diri
Intinya semua harus sadar, ini masalah bersama dan harus di atasi bersama