Kasih sayang orang tua tiada akhir, kasih sayang anak??
Masih di pertanyakan.....
Kiranya jawabannya tergantung, banyak sekali anak yang
mengaku mencintai kedua orang tuanya lewat media sosial. So exis pasang love u
mama atau love u papa. Bahkan eixis setiap saat dengan pasang status “ bunda
aku cinta selamanya”. Tapi apakah cinta hanya sebatas tulisan di media sosial??
Umbaran agar terlihat keren oleh orang lain?? Prakteknya gimana? Cinta??
Sayang?? Cinta karena butuh ?? atau butuh karena cinta??
Sungguh jika saja ada anak yang durhaka di dunia maka
balasannya akan di segerakan di dunia. Para sahabatku sekalian saya ingin
berbagi dengan anda tentang kisah nyata yang kerap terjadi di sekitar kita.
Pagi itu ratna datang ke rumah tami, masih sodaraan.
Tba-tiba ratna meminta sms ke tami, “ mba tam, bolehkah aku minta sms? Tolong
sms kan tanteku untuk segera pulang! Aku mau brangkat kerja. Kakek dan nenek di
rumah tidak ada yang mengurus”. Lalu tami pun mengirim sms ke mba derah (tante
ratna). Hm....lalu apa jawabannya dari mba derah“ aku gak bisa, sibuk sekali
saya nunggu toko di sini. Tami kamu aja yang urus kedua orang tuaku”. Kecewa
saat itu jawaban dari mba derah, lalu tami membritahukan kepada ratna balasan
dari mba derah. Ratna kesal denga jawaban itu, apalagi tugas kantor tami saat
itu untuk membuat laporan belum selesai karena harus beres senin besok. Lalu
tami pun mengatakan bahwa dia tidak bersedia banyak tugas yang harus di selesaikan.
Batin bergejolan di hati tami, apa yang harus dilakukan? Megerjakan tugas atau
merawat dua lanjut usia yang terabaikan?. Agak kesal dengan anak-anaknya yang
tidak bertanggung jawab. Mba derah adalah anak ke dua pasangan pak marjuki dan
bu inah. Mba derah hoby nya traveling, shoping dan exis di sosial media.
Menyebalkan memang sudah tua aja namun tak sadar umur. Ratna awalnya bingung,
lalu datang lah anak ke 3 dari pasangan lanjut usia itu namanya mba denta.
Alangkah senangnya hati ratna dan tami. Maka berangkatlah ratna kerja dan derah
pun mengerjakan tugas. Tiba-tiba tami mendengar mba denta pergi lagi ke toko
nya. Di tinggalah lagi ke dua orang tuanya. Betapa bingung hati tami, perang
batin melanjutkan pekerjaan atau menunggu yang sedang sakit. Lalu tiba-tiba
ibunda tami mengatakan “nak, sudahlah kamu ke rumah pak marjuki! Kita kan masih
sodara...mumpung kamu lagi libur. Mama tanggung lagi nyetrika”. Lalu tami pun
pergi ke rumah pasangan lanjut usia itu. Lalu tami pun melihatnya tak tega
sepertinya sakit yang mereka derita begitu menyiksa mereka. Tami pergi ke kamar
bu inah, bu inah badannya begitu panas, untunglah beliau tidur pulas. Sementara
pak marjuki yang menderita lumpuh sebagian anggota badannya minta ingin tidur,
5 menit kemudian ingin duduk dan menit selanjutnya ingin naik ke kursi beberapa
menit kemudian ingin turun lagi di kasur lantai. Cape memang tami saat itu,
namun melihat keadaan mereka tidak membuat tami kabur seperti mba derah
anaknya. Hm.... saat itu tami melihat pak marjuki begitu sedih. Sebagian
tubuhnya kaku, kakinya mengecil, rambutnya memutih dan berbicarapun tidak
jelas. Dulu orang tua itu tingi besar, gagah dan kuat. Namun kini ia berbaring
tak berdaya. Tiba-tiba pak marjuki memangggil tami “mi mi...a-an so “. Tami
bingung apa maksud itu semua, masih tak mengerti tami bertanya lagi “ apa pak?
So apa?. karena tami tak mengerti, tami memangil salah satu cucu nya yang masih
duduk di bangku SD. “ de sini, aku gak ngerti apa yang di katakannya!”. Lalu
cucunya memberitahukan bahwa kakeknya ingin makan dengan soto. Tami bingung,
karena saat itu tidak ada tukang dagang lauk pauk yang lewat. Lalu tami
menawakan lauknya dengan telur dadar. Untung pak marjuki mau. Tami pulang ke
rumahnya dan memasak telur dadar. “ mah, aku mau masak dulu buat pak marjuki
sambil membawa nasi ya ma! Di sana nasi juga gak ada. Kasian pak marjuki ingin
makan”. Lalu mama nya mengangguk. Setelah selesai tami kembali ke rumah pak
marjuki, menyuapi nya dengan lembut. Seperti sedang menyuapi anak kecil, makan
yang agak lama perlu kesabaran dan nasi yang kadang berjatuhan di mulutnya.
Lalu tami pun membersihkannya, selesai menyuapi pak marjuki tami masuk ke kamar
ibu inah, menawari makan. Untung saat itu ada tuang lauk lewat . tami pun
membeli soto satu bungkus dan sop satu bungkus. Lalu menyuapi ibu inah namun
hanya sesuap karena di rasa rasanya sangat pahit. Lalu tami menyimpan nasi di
meja, tiba-tiba pak marjuki ingin makan lagi kali ini tami menyuapi nya dengan
soto. Waktu menunjukan pukul 05.00 tami khawatir ibu inah belum makan, lalu
mengirim pesan ke mba derah “ mba tar kalo pulang bawa bubur ibu inah belum
makan”. Tami gak mau basa-basi karena kesal dengan kelakuan anaknya itu yang
gak mau merawat ibu bapaknya. Lalu anak ke 3 dari pasangan pak marjuki pulang.
“tami makasih ya sudah mau bantu saya menjaga ibu dan bapak di rumah “. Tami
maklum gak bisa marah dan gak bisa kesal sama anak k 3 ini, karena dalam
pikiran tami dia kerja untuk memenuhi kebutuhan ibu bapaknya. Tami pun pulang
ke rumahnya.
Suatu pagi tami mendengar mba derah membentak pak marjuki,
saking kerasnya teriakan itu terdengar ke rumag tami “ bapak, bisa diam gak.
Gue lapar, gue mau makan. Diam” suara kencang itu terdengar jelas. Membuat tami
semakin enek sama makhluk yang satu itu. Mama tami pun heran menggelangkan
kepala “ bukannya di sayang malah di marahin” gumam mamah tami.
Jumat sore, tiba-tiba ratna sms tami. “Mba tami dimana?
Pulangnya mau di jemput gak?”. Tami heran jika ratna jemput pasti ada maunya.
“ok, tunggu jam 5.30 aku pulang, tunggu di luar”. Saatnya pulang, ratna
mengajak tami makan di luar. Ratna pusing seperti banyak masalah. “ok lah kita
makan di luar, kamu mau traktir aku? Dah gajian ya?” goda tami. Ratna
menjelaskan bahwa uang nya masing-masing saja. Tami pun mengerti ratna baru lulus
sekolah dan ia masih kecil menurut tami. “ ok lah kalo gitu aku yang traktir
kamu, ok”. Ke duanya pun pergi ke salah satu jajanan yang banyak pengunjung.
Ratna mengambil sambal begitu banyak, dan bibir nya tak berhenti berkicau. Dia
menjelaskan ke jengkelan kepada ke dua tantenya yang tidak mau mengurus
kakeknya “ tau gak, si derah sama si bungsu itu gak mau merawat kake sama
nenek, apalagi si derah maen mulu. Si bungsu senang bentak sama aja kaya si
derah. Kasihan mama , mama kerja buat biaya berobat kakek sama nenek. Mama
ratna adalah anak pasangan pertama pak marjuki dan ibu inah. Lalu tami heran
bukan kah anak bungsunya kerja untuk biaya pak marjuki dan ibu inah. Lalu ratna
menjelaskan bahwa si bungsu itu pelit nya luar biasa. Memang yang satu rumah sama
pak marjuki dan ibu inah adalah si bungus. Sementara anak pertama dan ke duanya
tinggal di kampung sebelahnya. Tami dengan sabar mendengarkan keluhan ratna.
Setelah selesai makan keduanya pun pulang.
Suatu hari di sore hari tami melihat mba indah(anak pertama
dari pak marjuki dan ibu inah/ibunya ratna) membawa pulang pak marjuki ke
rumahnya . di gendong suaminya dan di tuntun mba indah. Ke duanya pergi ke
rumah mba indah. Setiap sore sehabis pulang kerja mba indah membawa pulang pak
marjuki karena kasihan si bungsu merawat dua orang yang sedang sakit. Sehingga
mba indah berinisiatif merawat salah satu di antara ke dua orang tuanya. Derah
kemana?? Jangan tanya dia anak yang paling super ngaco di antara ketiganya.
Sabtu sore, di rumah tami...tiba-tiba ayahnya “ tam ayah
tadi mengendong pak marjuki dia ada di samping kamar ibu indah kasihan sekali,
tadi cucunya panggil ayah minta tolong. Lalu tamipun gak percaya “gimana bisa
yah?? Wah bohong ni? Mana ada kan pak marjuki struk...caranya gimana pak
marjuki bisa ke samping kamar ibu inah. Wah ngarang ni ayah”. Lalu ayahnya
menjelaskan bahwa kejadian itu sungguh terjadi, memang tami masih bingung
gimana caranya pak marjuki merayap ke sana.
Minggu pagi tepat pukul 08.00 salah satu dari cucu pak
marjuki lari-lari sambil berteriak-teriak “mba tami-mba tami tolong kakek!!”.
Lalu tami pun segera ke rumah pak marjuki. Apa yang terjadi? Di samping pintu
kamar ke dua, tami melihat pak marjuki terbaring kedinginan sambil menangis,
dan minta tolong. “ tunggu aku bantu naik ke kasur ya pak, jangan takut”. Tami
pun mengangkatnya sedikit-sedikit karena badan pak marjuki berat. Sampailah di
kasurnya. Meski mengangkat agak terseret setidaknya pak marjuki sudah tidak
kedinginan lagi. Tiba-tiba ibu inah memanggil tami, “ mi tolong aku, aku mau ke
wc mau buang air besar”. Tami bingung bagaimana caranya ke wc. “ iya aku bantu,
aku gendong ya!?”. “ gak usah tami, di papah aja” jawab bu inah. Tami pun
memapah bu inah ke wc dan menunggunya. Selesai itu tami memapah kembali ke
kasur. Lalu pak marjuki memanggil lagi “ mi ong u uuk” artinya tami tolong aku
mau duduk. Lalu tami pun membantu mendudukan pak marjuki. Tami bertanya “ pak
mau duduk apa tidur? aku bentar pulang dulu, ada kerjaan rumah yang belum beres
bantu mama membereskan kerjaanya”. Lalu tiba-tiba pak marjuki menangis. Tami
terdiam tak mampu menahan air matanya dan meyakinkan bahwa dia sesekali akan
menengongknya dan meyakinkan tami ada di rumah gak kemana-mana. Lalu ibu inah
pun meminta tolong tami untuk kabari derah agar segera datang ke rumahnya untuk
merawatnya. “ iya bu, aku akan sms dia.” Dan tami pun melihat pak marjuki yang
menangis dan berkata yang artinya kira-kira seperti ini” tolong tami, sesekali
lihat keadaan kami”. Tami pun tak tega melihatnya “ ya pak, jangan khawatir aku
ada di rumah sesekali saya akan datang ya pak. Jangan takut !”. lalu tami pun
pulang ke rumah dan memberitahukan ke derah supaya cepat datang. Sial
lagi-lagi jawaban yang tidak bisa di harapakan “ aduh saya sedang sakit, badan
saya sakit dan menggigil”. Dalam hati tami menggerutu “ sial ni orang, banyak
saja alasannya. Apa mungkin sakit ya?.”. beberapa menit cucunya datang lagi “
mba tami-mba tami tolong kakek ingin buang air besar!”. Tami bingung pekerjaan
rumah nya belum beres tiba-tiba datang sodara sepupunya “ mba biar saya yang
beresein kerjaannya ya mba”. Lalu tami tersenyum dan menjawab “ baiklah ,
agustina tolong bantu ya! Sementara mba mau ke rumah pak marjuki”. Tami
langsung ke rumah pak marjuki membantu membuang air besar dengan mengunakan
pispot. “pak, buang air besar dulu nanti kalo dah beres kasih tau ya pak”. Lalu
tami pulang ke rumah mengsms mba derah “ lalu siapa yang akan mengurusnya” .
derah menyuruh sodara nya untuk merawat ke dua orang tuanya. Tak selang
beberapa menit sodaranya itu datang berbarengan dengan beresnya buang iar besar
pak marjuki. “ mba tami-mba tami kakek beraknya udah” teriak salah satu cucu
pak marjuki. “lah kan dah ada orang yang nunggu de” sahut tami. “ dia gak mau
mba memberishkan berak kakek!”. Tami bingung seumur hidup tami belum pernah
membersihkan berak orang tua dewasa. Hanya keponakannya dulu masih kecil sering
tami urus. “ ya Allah, aku harus gimana? Aku bingung...gimana caranya? Kalo
pake air di kasur mungkin saja akan kotor dan basah di kasur? Aduh aku bingung.
Ya Allah bantu hamba kuatkan hamba, anggap saja dia bapakku. Bismillah ya Allah
karenaMu aku mau menolong”. Tami pun ke rumah pak marjuki melihat sodaranya
yang di suruh derah . “ aku gak kuat, bau sekali muntah-muntah aku gak bisa
kalo kaya gini. Terus aku juga gak bisa soalnya aku agak kagok. Ini
bagaimana?”. Tanya orang itu pada tami. “ ya tunggu sebentar, aku mau minta
tisyu basah dulu ke rumah sodara dulu, biasanya suka ada tisyu basah buat
bersihin pak marjuki”. Tami pun berangkat ke rumah sodaranya, dalam otaknya
terus berfikir “ aku gimana? Caranya?membersihkan pak marjukinya? Omg...ini
sulit ku terima semuanya, tapi kasihan. Anggap saja dia orang tuaku”. Setiba di
rumah sodaranya , tami meminta 6 lembar tisyu basah dan segera pulang kembali
ke rumah pak marjuki. Sesampainya di rumah pak marjuki ternyata sudah di
bersihkan oleh sodaranya yang satu lagi. Tami lega karena apa yang ia takutkan
dan membingungkannya sudah beres. Lalu sodara pak marjuki yang muntah-muntah
itu berkata” aku minta maad ya de, aku gak bisa bantu meski dia sodaraku. Aku
bingung melihat semuanya, semua terasa kaku. Au haru bagaimana?trus kenapa
bukan anak-anaknya saja yang mengurus”. Dengan santai tami menjawab “ ya saya
juga kurang tahu mba, tapi setahu saya mba indah kerja untuk biaya berobat pak
marjuki sama ibu inah, sementara si bungsu kan menunggu toko yang sudah lama di
rintis pak marjuki, yang saya bingungkan anak ke duanya. Tadi saya suruh kesini
tapi ya gimana dia sakit”. Lalu orang itu heran dan mengatakan” sakit? Sakit
apa? sebelum saya kesini saya ketemu dia lagi nongkrong di taman rekreasi. Tau
tidak saya di suruh sambil di ancam. Katanya awas saja kalo gak mau urus
bapaknya saya gak akan di kasih pinjam uang. Sombong sekali, dia teriak-teriak
sambil bilang anjing lu goblok lu. Aku mau pulang gak peduli dia marah,
harusnya anaknya ya yang urus. Tadi dia juga ngjelek-jelekin mba indah” dengan
kesal orang itu menjelaskan kepada tami. Tami benar-benar kecewa ngerasa di
tipu sama derah “ apa dia nongkorong, benar-benar gak tau malu. Ya udah mba klo
mba gak sanggup mba pulang aja sambil tolong bilang sama mba derah pulang ke
sini kasian ibu bapaknya”. Orang itu pun pulang. Kemudian tami menghampiri pak
marjuki “ pak, bentar aku mau pulang dulu ya. Lalu pak marjuki pun meminta
tolong bahwa dia ingin buang air besar lagi, tami pun membantunya dan kali ini
tami harus membersihkannya. Tami dengan sabar membersihkannya dan berusaha
untuk tidak muntah. Setelah semua beres tami pun pulang ke rumahnya. Tiba-tiba
ada pesan dari temannya “ mi, dimana? Kamu biasa lelet ni kami dah nuggu kamu
ya di mall”. Tami semakin bingung, tami lupa ada janji dengan temannya. Di
lema, tami pun mengirim pesan ke mba derah “ mba tolong pulang, saya ada janji
sama teman. Di sini gak ada siapa-siapa?”. Jawaban yang menyebalkan lagi harus
di terima tami “ salah siapa si nunung kamu surug pulang? Gak bisa “. Semakin
kesal saja tami sama orang yang satu ini . dalam hati tami menggerutu “
benar-benar brengsek ini anak yang satu ini, orang tua sakit malah main, saraf
ini orang. Nipu lagi rasanya pengen jitak. Tami pun menjawab “saya tidak
meyuruh pulang, apa harus saya menahan orang yang tidak mau?”. Lalu derah
menjawab “ tersersah saya mau bantu si bungsu biar banyak uang”. Dalam hati
tami menggerutu lagi “ saraf ni, orang tadi sombong alasan saja membantu.
Ngomong aja main sarafffffffffffffff. Habis kekesalan tami sama cewek satu ini,
mana galak gak mau ngurus lagi. Dasar gila”. Tami tak membalas beberapa menit
kemudian datanglah si bungsu. Tami lega, mama tami baru pulang dari pasar. “
mama maaf kerjaanya gak beres. Aku bantu pak marjuki sama ibu inah mah. Ni juga
di bantu sama agustina”. Lalu tamipun menjelaaskan kejadian yag terjadi minggu
pagi ini. Mamah tami pun menagis karena kasihan sama pak marjuki dan ibu inah
yang terlantar . “ gila, mana tanggung jawab anaknya” jawab mama tami sambil
kesal dan menangis. Tami pun mandi karena teman-temannya telah menuggu.
Tiba-tiba datang keponakannya “ tante tolong jangan pergi, kasian pak marjuki
dia di marahin sama anaknya” tami pun menjawab “ tante hanya bentar malu sama
teman tante yang datang jauh dari perbatasan hannya untuk ketemu tante, tante
pastikan hanya sebentar saja”. Tami berangkat hatinya tak tenang kasian juga
pak marjuki di bentak –bentak sama si bungsu.
Malam telah tiba, tiba-tiba mba indah menelpon sambil
menangis “ tam, tadi aku dengar kamu merawat mama sama bapak, makasih ya tam.
Aku bingung dengan kerjaanku . jika berhenti dimana uang perwatan bapak sama
mamah. Aku tahu kamu dari ratna, katanya tadi kamu yang urus, saya mau ambil
cuti buat urus bapak”. Lalu tami menjawab “ ya gak apa – apa mba, saya ikhlas
Cuma kesal sama si derah yang ngaku-ngaku sakit padahal nongkrong mba”.
Percakapan yang cukup panjang dan menguras air mata. Setelash selesai menlepon
tami menonton tivi. Tepat pukul 08.00 malam mama tami pulang dari pengajian “
mama tadi liat si derah pake baju kuning-kunig bajunya kaya abis main
dan-dan dan tampil cantik”. Hati tami makin kesal mendengarnya lalu tami
membuka bbm, benar saja dp nya memakai baju kuning-kuning semakin jiji saja
tami sama derah. Memang anak pertama kerja untuk biaya berobat bahkan habis
pulang bapaknya suka di bawa dan di gendong suaminya, anak ke 3 atau mba denta
memang kerja di toko milik pak marjuki yang sudah lama di rintis tapi ternyata
dia hanya memberi 10 ribu sehari untuk bekal ke dua orang tuanya. Benar-benar
gila apa lagi anak ke duanya atau derah jangankan ke dua orang tuanya di urus
suami dan anaknya saja terlantar, suami jarang di masakin anak jarang di
mandiin makanya anaknya dekil mak nya menor. Harusnya sebagai seorang anak
berbagi tugas dan merawat ke dua orang tuanya, saling membagi waktu jangan
hanya di pikul oleh salah satu pihak, apalagi membentak dengan kerasnya.
Orang tua mampu merawat anaknya meski anaknya satu lusin,
tapi begitu banyak anak belum tentu mampu merawat ke dua orang tuanya. Mba
indah bingung menanggung beban sendiri mencari biaya perawatannya, sebelum
kerja mampir dan kalo sempat memandikan bapaknya dan membantu makan kedua orang
tuanya, dan jika tidak lelah membawa salah satu orang tuanya. Si bungsu merawat
dengan amarah, lalu derah?? Jagankan merwat bapaknya minta tolong saja di
bentak........
Coba bayangkan jika orang tuamu meninggal, tak sesalkah
hati kita? Kita belum membahagiakannya? Belum memberi yang terbaik, dan
alangkah berdosanya kita mengabaikan orang tua kita.
Saat ini derah mampu hidup sombong bagai di atas angin
tanpa perduli kedua orang tuanya, tapi bagaimana jika kejadian ini menimpa
dirinya di masa tua? Apa sanggup dia menahan sakit dan sadar anaknya tak
perduli. Semoga Allah membukakan pintu hati setiap anak agar berbakti kepada
orang tua. Bukankah dalam salah satu ayatnya Allah menyuruh hambanya untuk
bebakti kepada orang tua? Tapi kenyataannya durhaka itulah yang tak terasa yang
di lakukan anak terhadap orang tua, coba renungkan coba pikirkan. Apa tega kita
membiarkan orang tua menahan kesakitan. Semoga kita menjadi anak-anak yang
berbakti....amin
Bukan hanya pak marjuki yang mengalami nasib tragis seperti
ini, bahkan ada orang tua yang meninggal kelaparan karena di baikan oleh
anaknya.
Ingat ada seorang wanita yang masuk neraka karena hanya
membiarka seekor kucing mati karena di kurungnya dalam keadaan lapar. Lalu di
mana hati nurani seorang anak yang membiarkan ini semua terjadi.
Semoga kita selalu menjadi kebangaan orang tua kita dan
mampu menjaga kedua orang tua kita.
amin
0 komentar:
Post a Comment