Hari ini saya ingin berbagi dengan anda tentang sebuah
kisah yang terjadi di antara kehidupan kita. Tentang kasih yang tulus dari
seorang suami untuk istrinya. Ini menarik untuk di bagikan, dari cerita ini
kita bisa menyimpulkan dan mendapat hikmah di balik cerita ini.
Dia adalah sosok yang sederhana sebut saja namanya Pak
Ucih, Pak Ucih ini terkenal soleh dan tekun beribadah. Beliau bekerja
serabutan, pengembala, petani dan juga guru ngaji. Beliau terkenal tegas dalam
mengajar mengaji, saya salah satu muridnya. Beliau begitu apik dalam lapal
pembacaan setiap ayat dalam al Quran, setiap hurupnya begitu detail dan juga
hukum tanda bacanya harus jelas.
Beliau orang yang hebat, suami yang sayang
terhadap istrinya memiliki 4 anak laki-laki yang juga soleh. Beliau memiliki
istri yang sudah lama mengalami lumpuh. Tangan dan kaki bertahun-tahun sudah
tak dapat di gerakan. Beliau sebagai seorang laki-laki normal tentunya mungkin
dari sebagian laki-laki membutuhkan kebutuhan biologis. Namun beliau tidak
melakukan tindakan kejam yang seperti laki-laki kebanyakan, meninggalkan dan
membuangnya. Namun sebaliknya beliau merawatnya dengan tekun, silih berganti
dengan anaknya. Beliau dalam berkata begitu santun dan lembut. Beliau ini hebat
dengan segudang aktifitas untuk memenuhi kebutuhan keluarga mengurus anak dan
istrinya. Waktu demi waktu berganti tahun dan hari. Hingga suatu ketika beliau
jatuh sakit, di sini yang merawat mereka berdua adalah anak-anak mereka yang
mereka didik dan tumbuh menjadi pribadi yang soleh. Suatu ketika , ketika
beliau agak sehat beliau pergi ke mesjid untuk menunggu adzan maghrib dengan
sholawat kepada Nabi di mesjid. Saat itu pukul 06.00 kurang sedikit, saat itu
terdengar suara Pak Ucih yang khas dan merdu. Beliau menangis, tiba-tiba suara
sholawat saat itu begitu membuatku menagis pula. Rasanya terharu, saat itu
sholawat terdengar begitu khidmat. Dan setelah 2 minggu kemudian pak Ucih
menginggal dunia. Kembali kepada Allah SWT lebih cepat. Meninggalkan istri dan
ke 4 anaknya. Beliau memiliki anak yang masih sekolah saat itu, dan memang
rezeqi untuk keluarga Pak Ucih selalu mengalir. Istrinya begitu terpukul
kehilangan suami yang begitu sabar dalam mengurus dirinya. Beberapa bulan istri
beliau memang di rawat dengan baik oleh anak-anaknya. Naas saat itu tiba, istri
beliau menyusul mengahap Allah SWT. Duka bagi anak-anakt tentunya
berlipat-lipat. Hanya selang beberapa bulan mereka kehilangan seorang ibu. Pak
Ucih berhasil mendidik anak-anak mereka. Kini mereka tumbuh menjadi anak-anak
yang soleh. 2 di antara anaknya sekarang sudah menjadi Ustadz. Dan 2 lagi
berusaha dagang dan telah menikah.
Di sini, kita dapat melihat peran seorang pemimpin yang
berdampak kepada angggotanya. Bukan hanya mengajar beliau juga memperaktekan
ilmu kepada kami muridnya dan mereka anak istrinya, meski beliau sudah tiada
namun jasa nya tepat menempel dalam ingatan. Kesungguhan menjadi seorang
pemimpin, kesabaran dalam menjalankan kewajiban dan kelembutan serta
kesantunannya dapat membuat pribadi anaknya menjadi anak yang mandiri dan
soleh. Betapa bahagia istri beliau. Meski dalam keadaan sulit Pak Ucih tak
pernah meninggalkannya, bahkan dengan kesabaran dan kelembutan hatinya bertahan
dan merawatnya, inilah yang harus nya dilakukan oleh seorang pemimpin. Menjaga
merawat dan memelihara. Meski meninggalkam anak-anaknya, tapi pribadi beliau
adalah guru dan teladan bagi anak-anaknya. Semoga kita bisa belajar bertanggung
jawab dan bersikap sabar.
0 komentar:
Post a Comment