Aku
masih ingat, saat itu pulang kerja rasanya lelah sekali. Tiba-tiba keponakanku
menghampirilu, dia mengambil tasku dan berkata “tante aku tahu isi dalam dompet
ini. Disini ada photo seorang laki-laki, siapa dia? Rasanya ingin ku sobek!”. Lalu
aku tersenyum dan enggan menjawab tapi keponakanku terus merengek dan berkata
lagi “lihat matanya, dia seperti penjahat. Bagaimana kalo dia orang jahat?”.
Lucu
memang crewet tiada dua, lalu aku katakan dan menjawab” itu calon pamanmu!”. Dia
kaget bukan maen bahkan wajahnya begitu kecewa. Wajar saja selama ini memang
aku menjalin dengan peria sebelum photo yang di temukan oleh keponakanku. Dia merengek
ingin menyobek photo itu, tapi aku ambil dan berkata “dengarkan tante, jangan
pernah melihat dari tampang. Dia ini orang yang baik, penyayang terhadap kedua
orang tuanya dan juga bertanggung jawab terhadap adiknya. Jika saja terhadap
keluarganya seperti itu, ada kemungkinan dia juga akan berlaku baik sama tanten”.
Dia tetap protes kenapa gak sama orang yang dulu yang lama bersamaku. Tapi aku
malas untuk membahas, tapi dasar penasaran keponakanku terus bertanya “apakah
dia yang ada di dompet orang kaya? Rumahnya bagus?”. Aku tersenyum dan menjawab
“ dengarkan kekayaan tak menjamin kebahagian dan juga rumah mewah bukan berarti
kita bisa damai di dalamnya, ada hal yang tak mungkin anak-anak seperti kamu
tahu”, tapi dia tetap tak beranjak dari kamarku. Dia menyimpan sejuta rasa
penasaran dan berkata kembali “ tante, yang dulukan kan kaya, trus rumahnya
juga gede banget. Kenapa tante gak mau jadi orang kaya? Kenapa harus udahan?”. Lagi-lagi
dia bertanya seperti itu, anak seumuran dia apa mengerti dengan beberapa
penjelasan sederhana. Ya sudah aku jawab lagi “dengarkan, tante tak bahagia
dengan yang lalu, untuk saat ini tantet merasa damai. Jika kelak kamu dewasa
kamu pasti mampu membedakan arti ketulusan dan kepura-puraan”’ meski aku yakin
dia tak paham, tapi untunglah dia berhenti bertanya.
Lalu
aku terdiam sejenak, berfikir kembali dan bertanya pada diri sendiri. Jika dia
memang mencintaiku aku yakin di akan bersamaku meski aku dalam kesulitan. Lalu kenapa
setiap aku jatuh dalam perihnya hidup dia selalu menghindar dan menghilang? Berapa
kali dia berhianat? Berapa kali dia bersikap acuh tak acuh? Dia masa lalu, akan
menjadi masa lalu dan bukan masa depanku. Kini aku menemukan orang baru,
sebenarnya dia tak asing bagiku. Karena dia adalah teman sekelasku sejak duduk
di bangku SMP. Bahkan dia masih ingat kalau aku sering mencakar tangannya. Ya,
namanya Rido (samaran). Dia tepat duduk di belakang meja aku. Dia memang tak
melanjutkan study hanya sampai SMA. tapi aku tak mau melihat dari segi dia
kuliah atau tidak, kaya atau tidak. Aku melihat kerja kerasnya, perjuangannya ,
serta kesungguhannya. Niatku lurus, hanya ingin menemukan imam yang taat pada Allah
SWT, dia anak yang pandai saat SMP dia juara kelas. Kini dia bekerja, sebagai
tulang punggung keluarganya. Aku hanya kagum dengan kerja kerasnya, cintanya
terhadapa orang tua. Serta pengorbannaya.
Suatu
kali aku dapat pesan singkat dari laki-laki di masa laluku. Dia berkata “hebat
kamu, aku acungin dua jempol buat kamu. Aku nganggur aja kamu jadian ama dia”. Aku
heran siapa dia melarang aku. Anak manja yang selama ini seenak hati datang dan
pergi. Lalu aku menjawab “ jika aku berniat seperti demikian, saat kau belum
lulus kuliah aku sudah pasti meninggalkanmu. Ini bukan masalah hebat, tapi usia
ku tidak muda lagi. Aku lelah bermain”. Dia tetap marah-marah, maklum dia juga
kenal sama Rido, karena kami memang masih satu SMP. Aku berfikir lelah rasanya
berjuang sendiri, memperjuangkan orang yang tak mau memperjuangkan diri kita. Hubungan
itu dimana keduanya saling mempertahankan dan memperjuangkan. Dimana salah
satunya pergi gak jelas dan malah berpaling, sudah tak ada lagi hubungan di antara
keduanya. Cinta itu sederhana, perjuangkanlah orang yang memperjuangkanmu. Jangan
paksakan untuk berjuang sendiri. Karena rasanya sakit sekali, jika kita
menunggu sampai lelah kita akan menyesal berapa banyak waktu yang kita buang
percuma untuk orang yang tak perduli dengan kita. Dan aku sudah coba, dengannya
tak bahagia. Meski dia memiliki segalanya dan tinggal minta sama orang tuanya
langsung dikasih. Tapi beda dengan Rido, dia selalu berusaha sendiri. Yang buatku
yakin, karena Rido dewasa, mampu membuatku nyaman. Soal kehidupan bukankah
masih bisa kita perjuangkan. Tak ada gengsi, tak ada perbedaan. Yang ada saling
mengisi satu sama lain. Jika kita coba memaksakan dengan oang yang hanya
mempermainkan kita. Niscaya kita akan ditendang jika ia sudah bosan. Tapi jika
kita berjalan dengan orang yang menyayangi kita, niscaya dia akan selalu
merangkul meski keadaan sulit sekalipun. Kebahagiaan itu tentu tak di ukur
sbeerapa mewah hidupnya, seberapa tinggi sekolahnya. Hmmmm….jangan katakan mencari
yang sederajat, karena derajat jelas bukan hak kita untuk memandang. Aku hanya
berusaha mencari bahagiaku dengan orang yang tulus di sampingku. Aku percaya
jika kita berjuang bersama semua akan terasa ringan dan indah. Cinta itu
sederhana, jika banyak alasan dalam mencintai itu berarti bohong, karena pasti
selalu ada alasan untuk meninggalkan kita. Cinta itu adalah alasan yang tak
akan pernah terjawab.
Jika
alasan cinta karena kebaikan seseorang, maka akan ada alasan untuk
meninggalkannya ketika ia berbuat salah.
Jika
alasannya karena kekayaan, akan selalu ada alasan untuk meninggalkannya ketika
ia susah.
Begitu
pula seterusnya.
Tapi
jika alasannya tak terjawab, maka tak ada alasan sedikitpun untuk
meninggalkannya.
Kita
dapat membedakan siapa yang mencintai kita. Lihat ketulusan dan pengorbanannya,
maka kita akan lihat kesungguhannya.
0 komentar:
Post a Comment