Home » , » CINTA DATANG TERLAMBAT - MENCINTAI DALAM DOA (CERITA CINTA YANG MENGHARUKAN)

CINTA DATANG TERLAMBAT - MENCINTAI DALAM DOA (CERITA CINTA YANG MENGHARUKAN)

Waktu berlalu, andini melepas masa lajangnya dan menikah dengan teman SMA nya. Memang di antara ke dua nya tidak menjalin hubungan special (pacaran). Ke duanya bertemu di reunian SMA. Andini dan Rangga sudah cukup matang dari segi usia, dan cukup mapan dari segi materi. Saat itu hanya mereka saja yang belum menikah, saat itu teman-temannya menjodohkan ke duanya. Lalu mereka lebih dekat dan bersahabat baik, tapi perasaan cinta tak pernah menghampiri Rangga bahkan setelah menikahpun demikian. Rangga menikahi Andini tak lebih hanya ingin membahagiakan orang tuanya dan hanya sekedar status, sedang Andini sendiri berharap pernikahan yang normal pada umumnya. Rangga seorang karyawan swasta yang memiliki posisi yang cukup penting di salah satu perusahaan sedangkan Andini sendiri adalah seorag pengajar Sekolah Luar Biasa.
Awal pernikahan Andini berharap bahagia, saat pernikahan pun Andini merasa bahagia tanpa beban sedang Rangga sendiri biasa saja, dalam pikirannya yang penting perubahan status dan menyenangkan ke dua orang tua nya.
Setelah menikah keduanya pindah di rumah baru yang Rangga beli sebagai kado pernikahan , agar mereka berdua hidup jauh dari orang tua Andini maupun Rangga. Karena Rangga yang tak bisa mencintai Andini tiba-tiba yang tadinya hangat sebagai sahabat berubah menjadi dingin dan cuek, sementara Andini merasa kaget merasa sedih dengan keadaan yang sebenarnya. Hari pertama pernikahan Rangga menjelaskan kepada Andini bahwa Rangga menikah hanya demi status dan menyenangkan ke dua orang tuanya. Rangga minta maaf kepada Andini, dan Rangga akan berusaha untuk mencintai Andini, namun Rangga ingin kamar mereka terpisah. Rangga merasa risih jika harus satu kamar bersama orang yang tidak ia cintai. Awal pernikahan Andini memang kecewa, lambat laun Andini pun setuju untuk tidur secara terpisah, Andini berpikir akan mencoba mendekatinya dengan cara halus tanpa terburu-buru dan berharap suatu saat nanti Rangga mencintainya.
Andini berpikir sikap Rangga tidak akan berubah menjadi dingin, namun akan bercanda saat mereka bertemu sewaktu reunian dan berkomunikasi baik sebagai seorang sahabat.
Rumah serasa sepi, Rangga hanya pulang kerja kemudian makan, dan masuk kamar. Sedang tak ada yang bisa memecahkan kesunyian. Jika pun Andini membuka pembicaraan Rangga seolah tak perduli selalu pergi meninggalkan Andini. Waktu terus berlalu ada perasaan jenuh yang menghampiri Andini. Ada kejadian sewaktu pagi hari, Andini memasak sayur untuk sarapan. Saat Rangga mencicipi sayur tersebut rasanya hamar, lalu Rangga mengatakan “jika kamu sudah tidak mau memasak untukku, kamu tak perlu repot-repot. Aku akan beli di luar”. Andini minta maaf bahwa dia tidak sengaja memasak sayur dengan rasa yang kurang enak. Sikap Rangga bukan hanya dingin dan diam seribu bahasa, namun kini ia mulai mengatakan hal-hal yang dapat menyakiti Andini.
Malam itu Andini mengetuk pintu kamar Rangga“ mas, boleh buka pintunya. Saya ingin mengetakan banyak hal” Lalu Rangga membuka pintu “ya, ada apa? Tolong katakana cepat saya lelah ingin istirahat!” meski dengan perasaan ragu, Andini coba menjelaskan perasaannya yang seolah tak di anggap “mas, hampir satu tahun pernikahan kita. Aku cukup berusaha sabar dengan keadaan ini. Kita pura-pura bahagia dan hangat di depan orang tua kita. Jika mas memiliki wanita idaman lain, demi kebahagian mas. Mas boleh menikah lagi dan mas boleh menceraikan saya. Saya merasa tak ada banyak hal yang bisa saya lakukan, komunikasi di antara kita pun benar-benar seulit dan mas bersikap dingin seolah jijik ketika melihat saya.”. Rangga marah mendengar kata itu, itu tandanya Andini ingin bercerai darinya”apa maksudmu? Kamu ingin membuat kaget orang tua saya dengan cara bercerai atau saya menikah lagi. Tak ada dalam keluarga saya yang menikah lagi! Aku menikah denganmu, aku memberi nafkah setiap bulannya. Apa itu kurang cukup? Sebagai istri harusnya kamu sadar, sudah beruntung saya nikahi. Jika tidak kamu hanya akan menjadi perawan tua, apa kamu mau menjadi janda dan membuat malu orang tuamu?.” Andini merasa terpukul dengan ocehan dari suaminya, Andini bingung merasa jenuh dan merasa tak berharga, dia berpikir ribuan kali jika benar ia bercerai orang tuanya pasti sedih, belum perkataan tetangga dan teman-temannya. Andini pergi meninggalkan kamar Rangga, dan menangis di dalam kamar. Bukan hanya uang yang dapat membuat bahagia, namun tentu kehangatan keluarga juga ia harapkan, menikah bukan hanya melepas atau merubah status dan pura-pura. Setiap malam tiba Andini lebih rajin menjalankan shalat malam, jika ia sedih dia mulai menulis di buku. Menceritakan kisah pilu nya yang tak mampu di dengar oleh sahabat atau temannya. Tempatnya mengadu hanyalah Allah, dalam shalat dan doa dia meminta yang terbaik. Jika sedih Andini menulis menceritakan hidupnya lalu di bacanya kembali, lalu kemudian di simpan di tempat yang aman. Rangga semakin menjadi, jika Andini telat pulang maka Rangga akan marah, Andini sebagai seorang istri dia termasuk istri yang sabar dan menurut dan berharap suatu saat Rangga akan berubah karena sikap Andini. Waktu terus berjalan, Andini semakin tidak bersemangat dan lelah. Kadang ia ingin pergi jauh namun tak tahu harus kemana. Rangga bukan hanya cuek dan dingin naun ia juga sering mengatakan hal yang membuat Andini bersedih. Kesehatan Andini mulai menurun, nafsu makannya berkurang, dan badannya semakin kurus. Rangga mengira Andini hanya melakukan diet biasa saja. Pernah suatu ketika Andini pingsan di sekolah karena badannya yang lemah, ketika Andini sadar Andini di antarkan pulang oleh Hermanto dan Rosa. Rosa adalah seorang guru teman Andini. Saat sampai di rumah Andini, kebetulan Rangga belum pulang. Andini merasa nyaman karena Rangga tidak mengetahuinya.
Andini biasanya pergi ke sekolah sendiri dengan menggunakan sepeda motor, tak pernah di antar sekalipun. Saat itu sore pukul 5 Andini baru pulang dari sekolah (banyak kegiatan). Tiba-tiba hujan turun , Andini bingung jika ia meneduh ia akan telat pulang ke rumah, namun jika tidak ia akan kedinginan, ia tak mau ribut dengan Rangga yang membuatnya pusing. Andini melanjutkan perjalanan, saat itu lampu merah di jalan lalu Andini berhenti, berhenti tepat di samping mobil suaminya (Rangga) namun Andini tidak sadar akan keberadaan suaminya yang ada di sampingnya, namun saat itu Rangga tak sendiri dia bersama Hermanto , ternyata Hermanto adalah rekan kerja Rangga. Hermanto yang saat itu melihat ke arah samping dia melihat Andini. Tiba-tiba Hermanto berkata “coba kamu lihat wanita yang di samping itu? Dia teman istriku?”. Lampu hijau mulai menyala Andini melaju kencang sekali, Rangga hanya melihatnya dari mobil. Lalu Rangga berkata “ oh ya! Bagaimana menurutmu tentang wanita itu?” . lalu Hermanto menjawab “dia wanita yang hebat, istriku bilang banyak murid yang menyukainya. Dia cantik, namun sepertinya dia punya penyakit yang cukup parah. Kata istriku badan nya mulai kurus, dia sering pingsan. Sekali saya pernah mengantarkan ke rumahnya bersama istriku” . Rangga hanya diam dan tersenyum, Hermanto tidak mengetahui kalo wanita yang di bicarakan itu adalah istri Rangga.
Pukul 7 malam Rangga pulang, Andini menunggu kepulangan Rangga. Rangga yang baru pulang bukan menyapa dengan hangat malah berbicara yang menyakitkan “ aku melihatmu di jalan ketika hujan turun dengan derasanya. Apa kamu mau mati ngebut di jalan? Apa kamu sudah tidak waras bukannya berteduh?”. Andini hanya menjawab “ maaf mas, saya tidak mau pulang telat lalu ribut. Saya berharap kematian saya menjadi kado terindah buat mas”. Andini menangis dan meninggalkan Rangga, Rangga mulai kesal Andini mulai berani menjawab. Rangga menggedor-gedor pintu kamar Andini dan mendobraknya, Andini ketakutan dan pintu pun terbuka. Rangga marah karena kesal “ sini kamu, sejak kapan kamu  mulai berani berbicara yang aneh-aneh. Aku hanya ingin kamu berteduh saat hujan, kalo kamu sakit aku yang repot Andini.” Adini hanya menjwab “maaf mas”. Karena kesal Rangga menampar Andini. Pertama kali Andini di tampar, Andini merasa sakit hati. Sejak saat itu Andini tidak bisa tidur, dan selalu tidur larut tengah malam. Suasana semakin dingin, Andini serasa gila jika terus begini. Malam itu pun tiba, saat Andini terbangun dari rasa sakit yang hebat, perut, pinggang dan panggulnya terasa sakit hebat. Tiba-tiba keluar darah dalam jumlah yang banyak. Andini mencoba menahan rasa sakit yang hebat. Seketika Andini pingsan, Andini yang biasanya bangun pagi dan mulai kegiatannya. Kini ia terlambat bangun, pukul 7 dia baru bangun/sadar. Rangga kesal dia menanti Andini di depan pintu kamarnya, Andini saat itu yang masih lemas merasa bingung akan sakit yang di rasakan. Tubuhnya begitu lemas, wajahnya pucat. Dia mulai merapihkan diri dan mulai keluar kamar, tiba-tiba dia kaget melihat Rangga dengan wajah kesal. “mas, maaf mas saya kesiangan. Saya harap mas tidak marah, saya malas untuk berdebat hari ini. Badan saya serasa lelah mas. Saya juga mau minta ijin ke dokter, saya pergi sendiri mas. Dan maaf saya tidak memasak hari ini”. Rangga melihat ada yang aneh dengan Andini, Ranggapun hanya melihat Andini, dan berkata “ya”. Lalu pergi meninggalkan Andini, sejuta Tanya di hati Rangga, Andini sakit apa dan apa yang terjadi dengan Andini.
Andini pergi memeriksakan kesehatannya, dia memanggil taksi karena tak sanggup naik motor. Dia berangkat ke salah satu Rumah Sakit, dia memohon kepada sopir taksi untuk mengantarnya sampai selesai pulang dari dokter, dengan imbahan uang lebih untuk membayar sopir tersebut. Karena iba sopir tersebut mau. Hari pertama dr yang memeriksa Andini, meminta untuk tes lebih lanjut, untuk memastikan penyakit Andini dengan benar, Andini mulai melakukan rangkaian tes yang di minta oleh dr. karena dari gejala sebenarnya dr sudah mengetahui penyakit Andini. Hasil pemeriksaan akan keluar dalam beberapa hari.
Lalu Andini pulang di antar sopir tersebut, Andini kaget Rangga sudah di rumah. Andini meminta maaf karena dia tidak berangkat sendiri, di depan pintu tiba-tiba Andini pingsan, lalu Rangga dan sopir tersebut menggotongnya ke dalam rumah.tiba-tba sopir itu berkata “pak, sepertinya istri bapak mengalami sakit yang cukup parah. Dr belum memberikan hasil pemeriksaannya nanti dalam beberapa hari hasilnya akan keluar, tadi istri bapak juga tidak kuat jalan dan meminta saya untuk menemaninya, saya kasihan dan saya temani dia. Dia tak banyak biacara hanya terus meangis dan terus melihat poto dalam domptenya. Saya lihat sepertinya poto pernikahan pak. Maaf jika saya sudah lancang, saya harap bapak bisa memberinya kekuatan agar istri bapak tetap semangat. Semoga istri bapak cepat sembuh” lalu sopir itu pun pamit pergi. Rangga menunggu Andini untuk sadar, saat Andini sadar Andini hanya menangis menahan rasa sakit yang muncul lagi. “mas tolong bawa tas saya, di sana ada obat yang di berikan dr, obat penahan nyeri” Rangga merasa bersalah, sikap Rangga mulai berubah. Peduli dan hangat, Andini merasa, sakit ternyata dapat membuat seseorang yang beku hatinya mencair. Rangga meminta Andini untuk tidak mengajar dalam beberapa hari. Andini pun setuju, Andini merasa baikan akhirnya meminta ijin kepada Rangga untuk mengajar. Saat Rangga mulai pergi meninggalkan rumah, Andini tidak pergi ke sekolah namun pergi ke rumah sakit. Saat itu dr bingung menjelaskan karena Andini datang sendirian, namun apa boleh buat dr harus menjelaskannya. Ternyata gejala penyakit Andini sudah lama, namun secara bertahap sakitnya akan semakin hebat. Seperti tersambar petir Andin terkena kanker serviks stadium 4. Andini menangis histeris dan pingsan, awalnya kaget, marah dan sedih. Lalu beberapa lama kemudian Andini sadar, dan pulang ke rumah. Wajahnya semakin pucat. Lalu dia shalat dan berdoa untuk menenangkan hatinya “ya Allah, ini begitu berat. Tapi jika ini yang terbaik kuatkan aku, cintai aku. Aku tahu selalu ada hikmah dari segala kejadian, aku percaya Engkau menyayangiku, jika penyakit ini membuat ku lebih dekat denganMu aku ikhlas.”
Andini sadar, kemungkinan untuk sembuh sudah tidak ada lagi harapan, Andini yang dulu merasa jenuh dan ingin pergi jauh. Akhirnya berpikir, ini adalah kesempatan terakhirnya sebagai seorang istri, anak, dan guru. Harus memberikan yang terbaik sebelum ajal tiba. Andini semangat menjalani hari, memberikan yang terbaik sebelum semuanya berakhir.
Saat itu Rangga mulai menyayanginya, dan mulai perduli. Rangga begitu hangat, suatu ketika malam itu pun tiba. Saat Rangga memberikan kejutan untuk Andini, Andini menangis haru merasakan cinta dari Rangga. Andini merasa bahagia, namun Andini tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Andini tiba-tiba di bayangi rasa takut yang sagat hebat, takut akan kematian, takut akan kesendirian. Pernah dia meminta Rangga menemaninya tidur, Rangga pun tak keberatan. Lalu larut tengah malam Andini pun merasa kesakitan yang hebat Rangga kebingungan dan berusaha menenangkan Andini, Andini meminta obat yang ada di dalam lacinya. Tampa di sadari Andini di sana ada hasil pemeriksaan dr, Rangga mengambilnya lalu mnyimpannya dalam saku. Rangga memberikan obat kepada Andini, dan menunggu Andini tidur pulas. Saat Andini tidur pulas Rangga yang penasaran membuka hasil kesehatan Andini, Rangga kaget seketika dirinya terdiam lalu menangis. Rangga merasa dirinya tak berguna, dia menatap wajahn Andini, dan mengingat semua kejadian dan perlakuan buruknya kepada Andini, Rangga tidak sanggup membayangkan jika harus kehilangan Andini dan Rangga teringat akan kata-kata Andini kematian adalah kado terindah untuknya. Lalu Rangga tak kuat menahan tangis dan segera memeluk Andini dan tidur di sampingnya sambil menangis. Andini terbangun dan kaget melihat Rangga tidur di sampingnya sambil menangis, “mas hei kenapa menangis? Ada apa mas?” Rangga terpaku hanya memeluk dan mencium kening Andini, dia terus menangis. Andini pun semakin bingung “mas, katakana ada apa?mas tolong jangan buat saya khawatir?” lalu Rangga berkata “kenapa kamu sembunyikan ini? Kenapa tidak bilang yang sebenarnya. Sekarang ijin kan aku untuk selalu di sampingmu, aku tak ingin kamu menahan sakit ini sendiri, aku suamimu berbagilah denganku ceritakan apa yang terjadi denganku, aku tau dari laci itu. Kamu tidak bisa sembunyikan ini lagi!”. Andini bingung harus mulai dari mana, kemudian Andini mulai menangis dan menceritakan “ya mas, saya kanker stadium 4. Harapan untuk hidup lebih lama rasanya mustahil, mas saya tidak ingin ada yang mnegetahui ini. Tapi kadang, saya bingung dan saya takut menahan rasanya kematian di depan mata, saat ini yang saya lakukan berusaha memberikan yang terbaik, sebelum akhirnya aku pergi” Lalu Rangga memeluknya erat, dia berjanji akan menjadi suami terbaik buat Andini. Andini dan Rangga saat itu menangis berdua, saling menguatkan dan meyakinkan semuanya akan baik-baik saja.
Setiap hari Rangga berikap hangat dan bersahabat, memberikan cinta dan hadiah untuk Andini. Saat makan malam, Andini yang tidak nafsu makan, dengan badan makin lemas hanya terdiam melihat makan. Lalu Rangga berkata “masakan nya tidak enak ya? Sini mas suapin “ Andini menangis, merasakan tubuhnya sudah tidak sekuat dulu lagi dan berkata “mas, jika nanti tiba saatnya saya pergi. Saya yakin mas bisa menerima kepergian saya, mas masih muda jika mas menikah lagi. Tolong mas jangan perlakuakn wanita manapun seperti mas memperlakukan saya dulu. Rasanya sendirian itu sakit mas, tapi saya bahagia di penghujung usiaku mas dapat membuka hati buat saya. Saya selalu mencintai mas dan berusaha menjadi istri yang terbaik buat mas. Maaf kan saya mas, yang belum pernah mampu membahagiakan mas. Apa lagi saat ini saya hanya membuat mas repot dengan sakitku”. Rangga menangis saat itu, ia teringat kembali akan apa yang ia lakukan pada Andini, dan ia menyesal dan meminta maaf kepada Andini, Rangga tak punya niat untuk menikah lagi, baginya mencintai Andini adalah hal terindah dan Andini lah wanita pertama yang membuat hatinya luluh dan mencintainya. Saat itu Andini juga minta maaf telah mengingatkan hal yang Rangga anggap adalah kesalahan terbesarnya. Hari demi hari pun terus berlajut, Rangga semakin cinta terhadap Andini, Andini pun bahagia. Hari menjelang pagi, Andini membangunkan Rangga, saat Rangga meminta Andini untuk memeluknya Andini pun tersenyum duduk di sampingnya dan mulai memeluknya. Rangga merasakan kehangatn yang dahulu belum pernah ia rasakan, Rangga bahagia memiliki istri yang soleh. Saat Rangga hendak terbangun, Andini tidak sadarkan diri di pangkuannya. Andini pun tak bernapas, Rangga panic bukan main. Rangga menelpon keluarganya, dan saat itulah Rangga kehilangan orang yang paling ia cintai. Kepergian Andini membuatnya terpukul, kehidupannya semakin tak karuan, menangis, down, merasa bersalah seumur hidupnya. Bayangnya kembali ke masa lalu saat memarahi Andini. Kini saat dia terbangun tak lagi melihat sosok istri yang ia kagumi di saat-saat terakhirnya. Penyesalannya sangat besar, seumur hidup ia tak mampu memaafkan dirinya, tak banyak orang tahu bahwa sikapnya dulu yang membuat Andini selalu menangis, dalam pernikahannya dia abaikan Andini, kini saat ia mulai mencintai dan bahagia dia harus kehilangan Andini. Di tambah Rangga menemukan buku harian Andini yang membuatnya semakin larut dalam kesedihan, banyak kata-kata cinta dalam buku itu yang ia rangkai untuk Rangga. Waktu terus berlalu, Rangga mulai bangkit dan menjalankan roda kehidupannya, namun bayangan Andini masih melekat dalam pikirnya. Mencintainya hingga akhir hayatnya, menahan rindu yang tak mampu ia ucapakan, hanya dalam doa dia merasa tenang, hingga menua Rangga hanya mencintai Andini. Dan Rangga hidup sendiri, baginya cinta hanya untuk Andini wanita hebat dan soleh yang ia banggakan seumur hidupnya. Kenangan dan bayangan Andini selalu hidup dalam hatinya. Rangga hanya berdoa, berharap kelak dapat berjumpa lagi dengan Andini, mencintai Andini dalam doa membuat Rangga bertahan hingga menua.



Begitulah cinta, jika ada memang kadang kita lupa untuk mempertahankan dan menghargainya, namun ketika ia pergi barulah terasa akan arti hadirnya orang itu. Hargailah apa yang kamu miliki, cintailah dan syukurilah. 


/>

1 komentar:

Produsen Kaos Dakwah said...

Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya: Tshirt Dakwah Islam

Mau Cari Bacaan yang cinta mengasikkan, disini tempatnya Cinta Karena Allah

.comment-content a {display: none;}