Kelak
aku yakin bahwa aku akan mati meninggalkan semua yang aku kasihi dalam hidup
ini, kelak entah seperti apa caraku pergi meninggalkan dunia dan berpamit pada
kehidupan yang telah memberikanku kesempatan untuk belajar menjalani hidup ini.
Aku tak pernah tahu bagaimana cara nya aku meminta maaf kepada orang-orang yang
telah dengan sengaja aku lukai atau tanpa aku sengaja. Hidup…serasa begitu
cepat berlalu, usia bertambah bertanda sisa waktu akan semakin berkurang. Bagaimana
jadinya jika di hantui dengan kematian, terbayang apa yang akan terjadi dengan
orang yang kita tinggalkan, kekhawatiran secara berlebihan. Mati itu adalah
sebuah kepastian “tiap yang berjiwa pasti akan mati” aku yakin kelak aku akan
mati, tapi bukan berarti aku harus berdiam diri menyambut kematianku. Aku hanya
ingin setidaknya dengan kematianku meninggalkan kenangan yang indah, orang
mengenalku pribadi yang semangat dan menyenangkan. Bagaiamana caranya
mempersiapkan diri menyambut kehidupan yang baru? Mati tidak mengenal waktu
bisa saja, saat ini, esok atau kapanpun menjemput kita. Mati juga tidak melihat
keadaan, jadi berusahalah kita melakukan hal yang terbaik. Entah penat atau
apa, tiba-tiba aku terpikir mungkin saja esok aku akan mati, betapa takutnya
pikiran mati serasa menerkam jiwa. Bukan kematiaannya yang di takutkan, namun
bagaiaman berhadapan dengan Sang Pencipta dalam keadaan diri hina dan kotor,
seperti juragan dosa yang akan berhadapan dengan Sang Pemilik kehidupan, takut diri
ini penuh dengan dosa, dengan siksaan, dosa yang besar kelak takut menjadi aib
di akhirat, dimana mulut terkunci dan tangan berbicara dan menjadi saksi. Serasa
tak siap, memohon agar memiliki waktu untuk memperbaiki diri, manata kembali
kehidupan, takut jiwa ini menghadanpNya dalam keadaan hina.
Sebelumnya
aku percaya dan bahkan tenang bahwa kematian adalah hal yang biasa terjadi
dalam kehidupan, tapi ketenaganku terusik saat malam aku tertidur bermimpi
sedang bermain di salah satu rumah temanku, tapi tempat itu serasa asing dan
teman yang aku miliki juga terasa begitu asing. Saat itu aku sedang berdiri tiba-tiba
almarhum nenekku menghampiriku, beliau seperti biasa memakai pakaian hangat
berwarna merah yang sering di pakainya semasa hidup. Nenekku datang membawa dua
ojek yang menjemputku, tapi tukang ojek itu rupanya aneh sekali serasa asing di
bilang manusia mirip sedikit di bilang bukan juga ada hal yang tidak wajar atau
tidak mirip dengan manusia. Nenekku saat itu tidak banyak bicara, beliau
seperti menggunakan bahasa isyarat untuk menjemputku. Lalu beliau naik ojek
pertama, dan aku mengikuti nya dengan naik ojek yang ke dua, nenekku sepertinya
sudah sampai di rumah duluan, namun di tengah perjalanan aku berhenti dan
memasuki rumah orang lain, orang asing seorang wanita yang sama sekali aku
tidak mengenalnya, dan ada perdebatan sengit di rumah itu, antara pemilik rumah
dan salah satu temannya. Aku seperti seorang penonton di rumah itu, tiba-tiba aku
sadar bahwa aku harus segera pulang. Maka aku pamit keluar rumah dan naik ojek
kembali. Aku menyusul nenekku yang telah sampai duluan, tibalah aku di salah
satu rumah, aku merasa menuju rumah dan jalan pulang. Tapi sesampainya aku
memasuki rumah yang terasa sangat asing. Aku memasuki ruang tamu semua cat
berwarna putih, di sana ada seorang bayi bertelanjang sedang tidur, dan ada
kakakku seperti sedang memasak. Tapi aku terus mencari nenekku, aku yakin
nenekku ada di sana, meski hatiku terasa asing dengan tempat yang aku singgahi,
aku terus mencari. Namun aku tak menemukannya…
Mimpi
ini kali kedua aku di ajak oleh almarhum nenekku untuk ikut dengannya, mimpi pertama aku menolak dengan tegas tak mau ikut. Mimpi pertamaku aku merasa syok
karena meski dalam mimpi aku sadar bahwa nenekku telah meninggal, dan ini
mimpiku yang ke dua dan aku juga sadar dalam mimpi tersebut bahwa nenekku juga
telah meningal, tapi mimpi kali ini aneh aku malah mengikuti dan mencarinya. Aku
kaget ketika terbangun takut bahwa ternyata esok mungkin aku tak akan bernafas
kembali, sempat syok karena takut mimpi itu pertanda sempat down dalam sehari,
namun hati meyakinkan bawa kematian adalah sebuah kepastian kita harus
memperbaiki diri. Sempat semangat kembali tersenyum dan mulai berbenah diri. Tapi
di malam berikutnya setelah selang beberapa hari dari mimpi tersebut aku
bermimpi kembali. Kali ini aku keluar malam dengan menggunakan mukena naik
motor mengelilingi kota, saat hendak mau pulang tiba-tiba aku turun dari motor
karena jalan sempit. Jalan setapak di genangi air, di depan ada gerbang
terkunci dan air tergenang di mana-mana bahkan di depan pintu gerbang seperti
lautan luas yang dalam. Terhenti karena gerbang tak terbuka, hampir terjatuh
dan tenggelam, tiba-tiba ada seseorang yang berkata dan menyuruhku untuk shalat
taubat. Saat terbangun aku sedih kembali, kali ini semangatku serasa hilang
teringat akan bayang-bayang dosa besar di masa lalu, aku merasa makhluk yang
paling menjijikan dan hina, serasa tak pantas untuk hidup. Malu akan kelakuan
di masa lalu dan di saat ini, merasa berdosa terhadap ke dua orang tua.
Sedih
benar-benar menyelimuti diri, setiap perjalanan menuju tempat kerja bibir dan
hati terus mengingat Allah Swt, takut ajal menjemputku di jalan, aku memohon
keselematan dan kematian yang mudah atau baik. Setiap perjalanan teringat akan
kematian, bukan hanya itu serasa nelangsa melihat kedua orang tua yang semakin
lanjut usia, namun hingga saat ini belum mampu membahagiakannya hanya bisa
menyusahkan mereka, dan jika aku mati saat ini, aku sedih meninggalkan ke dua
orang tua yang semakin lanjut usia.
Terhenti
sejenak, semua harapan seolah sirna. Mati serasa akan mati beberapa detik lagi,
tak terbayang betapa pilunya hatiku kelak jika mimpi ini pertanda kematianku
semakin mendekat, aku tak punya apa-apa yang bisa di berikan sepeninggalku. Barang-barang
yang ku miliki saat ini berharap semuanya masih berharga dan bisa di
manfaatkan, tapi apa yang aku punya?? Seandainya ini adalah detik-detik akhir
dari perjalanan hidupku semoga aku mempunyai banyak kesempatan untuk
membahagiakan orang-orang yang aku cintai, bertaubat akan semua dosa-dosaku dan
kesempatan untuk memperbaiki diri setiap hari.
Aku
harus segera shalat taubat, berharap semua dosa akan terhapus, tapi hanya
karena kasih sayangNya lah yang mampu memaafkan semua kesalahanku Allah Al
Ghafur aku percaya hanya kasih dan sayangNya yang akan menyelamatkanku. Semoga Allah
senantiasa menjagaku dan seluruh keluargalu serta orang-orang yang aku cintai.
Jika
ini hari terakhirku…ijinkan aku memperbaiki diriku, aku ingin Allah meridhoiku,
dan aku ingin jauh dari murkaNya karena kelakuanku di masa hidupku.
Kelak
aku akan mati terkubur lemah tak berdaya, meninggalkan orang-orang yang aku
kasihi. Kelak akan berjumpa kembali di kehidupan baru, semoga saat pertemuan
itu dosa-dosa kita akan terhapus dan kita terselamatkan, hanya Allah yang akan
mempertemukan dan menyelamatkan, semoga kita mempunyai kesempatan untuk
memperbaiki diri saat ini.
0 komentar:
Post a Comment