Dalam
hidup kadang kita tak sadar kita akan mencintai siapa? Orang yang sempurna yang
selalu kita inginkan, atau orang yang bergelimang dengan harta atau bahkan
dengan orang biasa yang kadang selalu di anggap sebelah mata. Kadang kita tidak
mengetahui cinta datang sejak kapan dan bagaiamana bisa jatuh hati. Cinta itu
tidak melihat siapa orang yang kita cintai itu seperti apa.
Sekelumit
kisah rumit tentang cinta dan persahabatan yang aku jalani hampir menyita
seluruh perhatian dalam hidupku. Bagaimana tidak? Aku jatuh hati pada sahabatku
sendiri, sejak dulu saat kita masih menuntut ilmu hingga berjuang
memperjuangkan nasib selalu bersama. Komunikasi terjalin dengan baik, serasa
lengkap hidupku hingga aku tak tertarik mengenal pria lain dalam hidupku. Hidupku
serasa lengkap dan sempurna dengan hadirnya, bertemu dengannya serasa lepas
semua bebanku, mendapat kabar darinya sehari serasa suntikan semangat yang
membuat hari semakin menyenangkan. Aku sadar menyayanginya telah lama, aku pun
merasa dia begitu namun aku selalu ragu, dia memang baik, perhatian dan penuh
kasih sayang dan selalu membelaku. Namun sejenak aku terhenti teringat
kelakuannya yang suka dengan banyak wanita, makiannya ketika ia sedang marah
seolah rasa dan yakin ku sirna. Aku mengubur semua yang aku rasa dan menganggap
dia hanya sahabat dalam hidup, kelak kita akan menemukan pasangan kita
masing-masing dan mendapat sahabat terbaik hingga menuju akhirat. Aku berpikir
mungkin dia dan aku hanya sebatas sahabat atau saudara saja.
Saat
itu, dia di mutasi ke luar kota tepatnya dekat dengan salah satu pantai di Jawa
Barat, dia meminta tolong agar aku mau mengantarnya ke salah satu teman kami
saat kuliah untuk menitipkan barang sementara agar saat pindah semua akan
mudah. Dari kota kami, kami menuju tempat tujuan sekitar 3 sampai 4 jam jika
melaju dengan kecepatan normal. Sahabatku memang gila, seperti orang kesetanan
di jalan, kami menempuh perjalanan dua jam kurang. Aku serasa kaget, takut di
jalan. Dan memang kami hampir celaka. Setelah sampai di rumah teman kami, kami
berbincang. Kebetulan teman kami sudah memiliki keluarga bahkan memiliki anak
usianya sekitar 3 tahun. Tiba-tiba aku berbincang masalah jodoh “mba, ada gak kenalan laki-laki yang sudah
dewasa sedang mencari istri. Jika ada kenalkan sama aku, barang kali cocok”.
Tiba-tiba temanku yang memang beda satu tahun dari aku itu menjwab “gak mau ah mba kalo begini, kalian
seumur-umur berdua barang kali kamu nikah sama dia”. Agak kecewa aku
dengernya soalnya aku gak di percaya padahal serius. Lalu sahabatku tersenyum
dan membalas jawaban dari temanku “
jangan mba, dia orang nya gak bener asli dia gak pernah serius”. Seketika aku
melotot dan menyubitnya “ enak aja,
bohong asli mba aku gak bercanda aku udah tua”. Lalu sahabatku menginjak
kakiku aku balas memukul lengannya dan kami saling melotot. Tiba-tiba temanku
berkata “ asli ni kelakuan kalian kaya
gini? Udah tua kaya anak-anak? Gak mau nikah kalian berdua? Kenapa kalian
berdua gak nikah aja?” sahabatku gak mikir malah senyam senyum, aku terdiam
perkataanya serasa menampar kami berdua. Betapa kami kekanak-kanakan.
Lalu
sore pukul 3 kami pulang menuju kota kami, sepanjang perjalanan kami bercanda
dan bernyanyi, serasa menyenangkan serasa tak pernah mau berlalu perjalanan
ini, serasa bahagia meski lelah menyelimuti namun semua terasa indah saat
bersama dengannya.
Hari
berikutnya, dia sudah berada di luar kota, dia mengrim pesan kapan aku akan
main ke tempat kerjanya nanti menginap di rumah teman kami.
Aku
tak menjawabnya serasa bingung lalu aku membalas pesannya “ aku tak mungkin main ke tempatmu dan menginap di rumah mba Neni, kamu
sendiri tau dia berkata apa? Dia pikir kita ada hubungan, sementara aku meminta
kenalan saja tak di percaya, bagaimana jadinya jika aku ke sana. Kamu gak punya
hati, ngatain aku wanita gak bener. Gak kasihan kah kamu sama aku yang semakin
hari semakin tua, dukung aku jangan jelek-jelekan aku. Kamu pacar 3 pernah gak
aku ngejelek-jelekin kamu. Kelakuan kamu gak berubah, tiap aku dekat dengan
laki-laki kamu marah-marah kaya kesetanan, kamu licik sementara kamu sendiri
sudah di jodohkan oleh ibumu, aku meminta kenalan malah di jelek-jelekin. Aku gak
mau, kalo sifat kamu gak pernah berubah. Apa mau kamu?”, aku merasa aneh
tapi rasanya tak mungkin orang seperti sahabatku menyukai aku. Lalu dia
menjawab “ memang benar aku sakit dan
sedih meihatmu dengan laki-laki lain, memang ada perasaan lain di hati, aku
memang sayang kamu. Maaf jika aku salah, maaf selama ini aku menghalangimu
untuk bahagia. Aku hanya ingin terus bersamamu”. Aku memang merasakan kasih
sayang dan perhatiannya yang berlebih tapi mana bisa, pacar dia yang aku tahu
ada 3 belum lagi dia dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya. Lalu aku
menjawab “ benarkah itu? Tapi?? Bagaimana
bisa sementara pacaramu banyak, dan kamu sudah di jodohkan.” Lalu dia
menjawab” inilah hal sulit dalam hidupku,
aku tak bisa memilih dan serasa ingin berteriak saat semuanya terasa begitu
memusingkan saat tak tau apa yang harus aku lakukan”
Terdiam
sesaat, kadang aku merasa menjadi wanita paling bodoh, sebelum perjodohan itu
di lakukan orang tuanya pernah bertanya dan memintaku menjadi menantunya, tapi
aku menjawab dengan tidak serius dan tak menganggap karena selalu berfikir hal
mustahil. Dan aku juga tak mengerti sikap sahabatku yang selalu mengajakku
untuk selalu menemaninya, bahkan konon seorang laki-laki tak akan pernah
menyimpan tabungannya jika ia tidak percaya terhadap orang nya, padahal selama
ini sahabatku sebelum itu selalu menabung dan aku yang memegangnya. Namun saat
kami sadar akan perasaan masing-masing kami sedih tak ada hal yang bisa kami
lakukan, tak mungkin aku merusak kekerabatan orang tua sahabatku dengan orang
tua yang di jodohkannya. Perlahan aku mundur tak mungkin sedekat dulu, tak
mungkin selalu bersama dan merusak hubungan mereka. Aku memutuskan untuk meninggalkan
sahabatku. Selang hanya sehari tak berbagi kabar dia mengirim pesan bahwa dia
tak sanggup jika tidak denganku memintaku tidak meninggalkannya. Hal yang
paling aku takutkan adalah aku takut aku semakin mencintainya dan tidak bisa
lepas darinya.
Betapa
rumitnya, kami mengorbankan peraaan kami karena kami sadar tak banyak yang bisa
kami lakukan, sahabatku bilang jika semua pacarnya adalah hanya pelariannya
saja. Jika memang seperti itu tetap kami tak bisa merubah keadaan. Cinta dan
persahabatan kadang rumit untuk di jalani. Tapi kini akupun tak sendiri ada
seseorang yang datang menemaniku, meski tak cinta aku berusaha menerimanya agar
aku keluar dari kesulitan yang aku hadapi dengan sahabtku. Kini kami saling
mendukung pasangan kami masing-masing. Aku tau rasanya hambar hidup bersama
orang asing yang tak pernah bisa masuk dalam hatiku, tapi aku harus belajal
ikhlas menerima keadaan. Perjodohan itu tak mungkin di batalkan dan tak mungkin
aku menghancurkannya.
Cinta
memang banyak ceritanya, namun benar tak semua cinta bisa saling memiliki dan
bersatu. Dukungan terbesar dalam cinta yang kami miliki adalah saling mendukung
dan menguatkan. Jika pun jodoh pasti ada jalanya, namun jika tidak kami
berharap kami mendapatkan pendamping yang terbaik.
Dan
aku sadar, aku bukanlah wanita sempurna yang ia harapkan, aku hanya wanita
biasa. Dan aku berharap sahabatku mendapatkan seseorang yang sangat
mencintainya. Perjalanan kami saat bersama begitu panjang, kami terbiasa
bersama dan saling memberi semangat saling mendukung satu sama lain. Meski terkadang
ada pertengkaran kecil tak membuat kami menjadi saling membenci. Andai saja
kami beruntung seperti mereka bisa bersatu dan bersama, namun kami yakin ada
rencana Allah yang indah untuk kita berdua yang tidak kita ketahui, tapi
percayalah rencanya pasti indah.
Jika
ingat akan perasaan ini betapa sedihnya, betapa bahagianya saat kami bersama
namun tak bisa melakukan apa-apa hanya tangis dan doa yang menemani pilu di
hati ini.
0 komentar:
Post a Comment