Tuhan terimakasih Kau
telah anugerahkan sahabat terbaik dalam hidupku, yang mampu membuat sesuatu
yang sederhana dari sebuah kekonyolan bisa menjadi momen yang bahagia dan
berbagi tawa, dari hal yang biasa mampu memberikan rasa gembira dan melepas
rindu. Aku bersyukur dulu mengenalnya, aku bersyukur karena aku memiliki waktu
untuk bersamanya di masa itu, dan aku juga bersyukur pernah sedekat itu. Namun bukan
karena benci aku pergi, bukan karena kesal aku pergi. Banyak kejadian yang
membuat dia sedih ketika aku masih bersamanya, ada yang bilang “tak
ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan pasti tersimpan rasa”.
Memang benar saja kata-kata itu, aku menaruh hati terhadap sahabatku
sendiri.
Ada hal-hal yang pernah
terjadi, ketika dia memiliki pasangan selalu terjadi pertengkaran karena
kehadiranku, berusaha aku pergi menjauh darinya tapi dia selalu menahanku dan
aku tetap di sampingnya. Aku kadang memang cemburu tapi aku tak punya hak untuk
cemburu apalagi marah, bukan hak ku untuk bersikap demikian. Kami bersama dari
jaman kami menuntut ilmu, kami bahagia karena kami selalu berbagi.
Tapi aku pergi saat
ini, aku hanya ingin melihat pelangi di senyum bahagia nya, dalam harapannya
menanti kekasihnya. Aku pergi bukan karena terbakar api cemburu, atau aku
benci. Tapi saatnya aku pergi, untuk membiarkan sahabatku bahagia dengan
pilihan hatinya. Mungkin dia sudah bosan menahanku untuk tetap di sampingnya,
namun bukannya aku tak peduli, justru karena aku peduli dan memilih pergi, aku
tenang karena kini dia yakin dengan pilihan hatinya, aku tenang kini dia
mendapatkan pendamping dalam hidupnya. Hal yang ingin aku beritahukan lewat
kepergianku ini hanyalah, jadikanlah kekasihmu sebagai sahabatmu. Maka aku
yakin dia akan merasa nyaman dan tak akan pernah membutuhkan aku lagi.
Tugasku untuk menemani
sahabatku telah selesai, aku bahagia jika memang dia bahagia. Hanya ini yang
bisa aku lakukan membuatnya bahagia tanpa menjadi pengganggu dalam hidupnya.
Jangan sampai ada
pertengkaran diantara mereka karena kehadiranku, aku sahabatnya aku yakin dia
mengerti apa yang aku lakukan. Jika memang persahabatn ini kuat dia akan mengerti
jika aku pergi untuk kebaahagiaanya bukan untuk meninggalkannya sendiri. Aku pergi
inilah saat sulit dalam hidupku sebuah pilihan yang menguras emosi dan air
mata, di satu sisi aku sakit kehilangan dia dan tak terbiasa tanpa dia, namun
di sisi lain aku tak punya hak untuk menahannya di sampingku karena dia juga
berhak untuk bahagia. Meski dia pernah mengatakan dia menyimpan rasa yang sama,
tapi aku yakin ini hanyalah sebuah kekeliruan kenyataanya aku tak bisa
membuatnya tenang di sampingku. Aku selalu membuatnya marah akhir-akhir ini. Mungkin
benar aku hanyalah menjadi benalu jika selalu berada di sampingnya. Aku hanya
ingin dia nyaman dan bahagia, aku yakin bukan dengan ku dia akan bahagia.
Dear sahabat…..
“setelah ini kita tak
akan pernah memiliki waktu untuk bersama lagi, ngobrol bareng, jail satu sama
lain, tertawa lepas dan melakukan kekonyolan-kekonyolan seperti biasa. Aku selalu
teringat tentang semua tindakan jailmu yang selalu menakutiku bila pulang malam
dan lewat kuburan, kamu matikan motornya dan tertawa menirukan kunti lanak, di
sana aku menjerit-jerit dan memukul-mukul pundakmu, kemudian saat membangungkan
ku lewat telpon di jam 12 membuatku kaget dengan kabar buruk yang teryata hanya
keisengan belaka. Dan aku juga selalu ingat tentang semua kejailanku, yang
membawa kunci motormu lalu kamu pulang mendorng motor hingga rumah dengan jarak
yang lumayan jauh. Dan hal yang paling aku rindukan adalah bila malam datang
aku selalu teringat dulu kita sering habiskan waktu hanya untuk mengobrol di
depan kolam ikan, berbagi cerita tentang kerasnya hidup dan aku selalu
mendengar deretan pacarmu yang sedang kamu kagumi. Di sini , saat ini aku
melepas rindu dengan menulis tentangmu, setidaknya meski kau banyak sekali
pacarnya tapi aku selalu menilaimu baik. Karena sikapmu padaku, aku juga rindu
omelanmu, kemarahanmu. Iya benar, kita tak mungkin selalu bersama ada saatnya
kita berpisah. Kita tak sehangat dulu lagi, mungkin sudah tak ada lagi aku yang
selalu kamu omelin , kadang aku selalu tersenyum ketika kamu ngomel-ngomel gak
karuan. Kamu lucu hanya jika aku ketiduran ketika kita berkomunikasi lewat
telpon genggam kamu marah, menuduhku membencimu padahal kamu tahu aku ini pelor
“tiap nempel bantal pasti molor” padahal julukanmu padaku menyebutkan bahwa aku
dewa tidur. Iya banyak sekali, aku juga selalu ingat kamu begitu peduli dan
perhatian. Aku sebenarnya jika bisa memilih ingin di sampingmu dan menemanimu,
namun bahagiamu tentu bukanlah aku. Kadang ketika aku ingin pergi aku takut
dosa karena memutuskan silaturahmi dan selalu ingat pesan Sayidina Umar bin
Khatab “orang bodoh adalah yang tidak memiliki teman dalam hidupnya, dan orang
yang paling bodoh lagi adalah orang yang melepaskan sahabat dalam hidupnya”
tapi cerita kita berbeda , tak banyak orang yang tau tentang kita. Bagaimana pandangan
orang-orang yang sempat hadir dalam hidup kita. Orang yang kita sakiti tanpa
kita sengaja, yaitu orang-orang yang menjadi kekasihmu sahabat. Iya keputusan
ini begitu menyakitkan tak mudah melepaskan orang terbaik yang pernah singgah
di hati kita. Aku ingat akan perjalananku di ibu kota, betapa manjanya sikapmu
karena ingin di poto dengan gaya paling kece dan aku tak bisa mengabadikanya
karena aku bukan orang yang pandai menggambil gambar, sahabatku ingat ini, aku
tak pernah sedikitpun membencimu, aku ingin kamu bahagia, aku ingin kamu
menggapai mimpimu. Hanya lewat doa dan aku sampaikan pada Sang pemilik kehidupan
yang pernah memberiku kesempatan untuk mengenalmu, aku lepaskan rindu lewat doa
dan aku berharap kamu bahagia. Sebagai sahabat aku belum bisa membuatmu
bahagia. Tak ada rindu yang paling besar selain mengingat betapa banyak nya
waktu yang kita habiskan bersama. Aku orang beruntung Allah memberiku bahagia
lewat kehadirnamu. Kamu milik Allah, atas kehendak Allah kita bersama dan atas
kehendak Allah kita berpisah, namun semoga Allah memelihara kita dalam
kebaikan. Dan ingat sahabatku aku pergi bukan untuk meninggalkanmu, tapi aku
pergi karena aku tahu ada orang yang akan menjadi sahabatmu dalam suka dan duka
untuk menemani perjalanan hidupmu hingga berhadapan dengan Sang Maha Hidup. Itulah
dia yang akan mendampingimu, pilihan hatimu kekasih hatimu dan sahabat jiwamu. Rinduku
selalu aku sampaikan pada Tuhanku yang telah menanamkan rasa ini dalam hatiku,
tapi aku percaya bahwa cinta bukanlah sebuah keegoisan untuk memiliki dan
memaksa untuk tetap bersama, tapi cinta adalah kebebasan agar tak ada tekanan
dalam kehidupan yang dapat melahirkan kenyamanan dan kebahagiaan. Sahabatku jaga
diri baik-baik, pesan ku jangan minum kopi aku mohon, dan jangan sering makan
mie instan. Semoga kamu selalu ada dalam lindungan dan penjagaan Allah Swt. Aku
pergi karena aku ingin kamu bahagia”
Kelak kita akan tahu
bagaimana cara bersyukur kepada Allah karena telah mempertemukan kita dengan
seseorang. Allah mempertemukan kita dengan seseorang, dengan suatu alasan dan ada
yang menetap selamanya dan ada yang singgah untuk sementara. Allah yang
mempertemukan kita. Tak ada yang sia-sia.
Kelak kau kan
mendapatkan sahabat sejati yang bisa membuat hatimu tentram yang bisa menjadi
belahan dalam jiwamu, dan dia adalah pilihan hatimu kekasih jiwamu. Aku tak
bisa memberimu bahagia, hanya dengan cara membiarkanmu bahagia dengan kekasih
hatimu itulah caraku mencintaimu, biarkan cinta dan rindu ini aku serahkan
kepada Sang Penguasa hati
0 komentar:
Post a Comment