Bagiku dia anak laki-laki tegar yang kuat, dibalik tingkah yang konyolna orang selalu menganggap bahwa dia nakal, urakan dan sebagainya. Namun ada yang orang lain tidak tau, dia menutupi kepedihannya di balik wajahnya yang ceria.
Luka batin dan trauma yang dialami bisa jadi membekas seumur hidupnya.
Dia anak laki - laki korban keegoisan orang tua yang hanya memikirkan kesenangan tanpa memperdulikan jerit tangis yang hampir tak terdengar dengan telinga biasa. Sedihnya hanya mampu dilihat dan didengar oleh orang yang faham, betapa pedihnya melihat perpisahan kedua orang tuanya. Melihat sang ayah yang lagi-lagi menikah kemudian bercerai lagi dan menikah lagi.
Adakah yang bisa melihat tangisnya????
Tidak!!!!
Dia sembunyikan dibalik sifat yang kata orang - orang nakal. Dia tidak nakal, bagiku dia hanya mencari perhatian lebih dari orang-orang disekitarnya.
Tuhan.... Betapa banyak anak-anak malang seperti mereka, yang dihukum dan di cap nakal tanpa mereka tahu ada perih yang dia pikul seumur hidupnya.
Ada pertanyaan mengapa kehidupan begitu keras menghampirinya di saat usianya yang begitu belia.
Tahukah kalian, mereka tidak butuh makian, mereka tidak butuh hukuman. Yang mereka butuhkan adalah uluran tangan hangat yang penuh dengan kasih. Yang mereka mau hanya ingin didengar dan dimengerti. Dia anak laki - laki yang hanya sedang berusaha menyembuhkan lukanya. Yang sedang berusaha berdamai dengan takdirnya dan dia juga berusaha berdiri dan berusaha berjalan dalam roda kehidupannya yang penuh dengan luka.
Anak laki - laki seperti itu banyak ada disekitar kita.
Mungkin dia nakal di sekolah, berbuat gaduh dan onar. Mungkin dia terlihat tak sopan di masyarakat selengean dan nyeleneh. Tanpa kita fahami dibalik sifat seperti itu dia sedang berusaha berperang melawan kesedihan dan keharusannya berjuang dan terus bergerak mengikuti kehidupan yang sedang dijalaninya.
Jangan hukum mereka dengan makian, jangan hina mereka karena berantakan, dekati mereka dengan nurani, berbicaralah mereka dari hati. Mereka keras? Ya mereka keras karena enggan mengalami kephitan lagi, keperceyaan mereka hilang terhadap orang - orang yang dia lihat dewasa. Hanya dengan nurani dan hati kita mampu mendekati mereka
Ada dua kasus yang saya pelajari selama ini dari kasus perceraian yang akhirnya merusak harapan seorang anak.
1. Pertama kasus Putri,
dia anak gadis yang tinggal di Kota Kembang. Orang tuanya bercerai tepat usia dia masih belia, saat dia benar-benar belia bahkan tidak siap menerima kenyataan orang tuanya bercerai. Saat itu Putri duduk dibangku Sekolah Dasar. Usianya memang cukup dan tergolong masih kanak-kanak, cita - cita nya saat itu amat mulia, membahagiakan ibunya tidak ingin jadi anak nakal dan ingin menjadi anak kebanggaan ibunya.
Namun seiring perjalanan berlalu, cita - cita itu tidak mampu ia wujudkan, karena tekanan dalam hidupnya, karena tidak mau berdamai dan keadaan, tidak bisa menerima keputusan berat dari orang tuanya. Sedikit banyak hal tersebut benar - benar mengganggu pikirannya. Hingga saat dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama ia nyaris bunuh diri. Namun ia urungkan niatnya, ia lanjutkan hidupnya. Namun semua berantakan, sekolah seperti sebuah penjara bagi dia, karena seringnya hukuman yang ia terima akibat tidak mengumpulkan tugas. Ditambah ibu yang menjadi pilihan hidup terakhirnya berubah menjadi wanita yang kasar, saat berbicara begitu keras. Semakin tertekan Putri hidup di rumah, dengan ibu yang pemarah dan disekolah yang selalu memberinya hukuman.
Ayah??? Bukan harapan lagi, karena ayahnya lebih memilih hidup dengan wanita lain.
Lalu apa yang terjadi??? Ia lebih memilih hidup di jalan, menjadi anak Punk, berkumpul dengan orang- orang yang sama- sama merasa terbuang dalam hidupnya. Membuatnya nyaman dengan keadaan yang solid, meski langkah mereka salah minum-minuman keras, mengganggu keteritiban di jalan. Jika mengamen saya pikir tidak salah hanya sebatas bertahan untuk hidup, namun bagi sebagian orang mengganggu karena dengan penampilannya yang urakan. Bahkan hingga kini Putri lebih menikmati kehidupannya sebagai anak jalanan .
Orang tidak tahu ada luka yang membekas seumur hidup yang entah dengan cara apa akan sembuh. Mereka hanya tahu anak-anak seperti itu adalah pengganggu. Padahal mereka haus akan kasih sayang dan perhatian.
Mereka hanya tidak tahu bagaimana caranya berdamai dengan takdir, yang mereka tahu adalah bagaimana caranya mereka diterima dan dimengerti dan hidup bersama orang yang sama - sama senasib adalah solusi untuk meredakan luka yang membekas seumur hidupnya.
2. Kasus kedua adalah kejadian yng menimpa Pariz,
baginya terlalu dini ia harus menerima kenyataan pahit perpisahan orang tuanya disaat ia berusia 3 tahun. Bahkan saat masih kecil Pariz sepertinya sudah faham meski terlalu dini, itu terlihat pada perubahan sikap yang ia tunjukan. Cenderung menyendiri dan pendiam
Hingga ia menuju remaja, ia tidak mudah bergaul dengan orang lain. Sulitnya ia menerima dan percaya terhadap sesamanya, karena luka dalam batinnya begitu dalam orang yang menjadi harapan satu- satunya , orang yang menjadi tempat kembali lebih memilih dan hidup dengan kehidupan barunya masing-masing. Hal inilah yang membuatnya sulit dalam konsentrasi belajar. Hingga ia memilih putus sekolah.
Rasa percaya dirinya hancur, harapannya hilang, jiwanya sudah tak utuh lagi dibandingkan dengan anak - anak yang ayah/ orang tuanya bertanggung jawab.
Bagi anda yang memutuskan menikah pikirkanlah matang-matang sebelum melangkah dan mengambil keputusan jangan setengah - setengah dalam kesiapan dari segi apapun. Pikirkanlah baik-baik agar pernikahannya bisa langgeng dan saling mengerti
Namun bagi anda para orang tua, hal terbesar yang membuat anak anda sukses ataupun hancur tergantung dari apa yang anda berikan pada anak anda. Jika anak sukses maka anda telah sukses menjadi orang tua, namun jika anak anda salah dalam mengambil langkah maka andalah faktor utama kegagalan anak anda.
Jangan tanya kenapa? Namun renungkanlah, sebelum bercerai dan mengedepankan ego menuruti nafsu sesaat dan melukai anak anda seumur hidup. Lebih baik berusahalah menjadi hamba Alloh yang bertanggung jawab dalam menjaga titipannya, ikhlas lah menerima dan menyayangi darah daging anda.
Jangan hancurkan harapannya, jangan b*n*h harapannya. Jadilah orang tua peka yang penuh kasih
Luka batin dan trauma yang dialami bisa jadi membekas seumur hidupnya.
Dia anak laki - laki korban keegoisan orang tua yang hanya memikirkan kesenangan tanpa memperdulikan jerit tangis yang hampir tak terdengar dengan telinga biasa. Sedihnya hanya mampu dilihat dan didengar oleh orang yang faham, betapa pedihnya melihat perpisahan kedua orang tuanya. Melihat sang ayah yang lagi-lagi menikah kemudian bercerai lagi dan menikah lagi.
Adakah yang bisa melihat tangisnya????
Tidak!!!!
Dia sembunyikan dibalik sifat yang kata orang - orang nakal. Dia tidak nakal, bagiku dia hanya mencari perhatian lebih dari orang-orang disekitarnya.
Tuhan.... Betapa banyak anak-anak malang seperti mereka, yang dihukum dan di cap nakal tanpa mereka tahu ada perih yang dia pikul seumur hidupnya.
Ada pertanyaan mengapa kehidupan begitu keras menghampirinya di saat usianya yang begitu belia.
Tahukah kalian, mereka tidak butuh makian, mereka tidak butuh hukuman. Yang mereka butuhkan adalah uluran tangan hangat yang penuh dengan kasih. Yang mereka mau hanya ingin didengar dan dimengerti. Dia anak laki - laki yang hanya sedang berusaha menyembuhkan lukanya. Yang sedang berusaha berdamai dengan takdirnya dan dia juga berusaha berdiri dan berusaha berjalan dalam roda kehidupannya yang penuh dengan luka.
Anak laki - laki seperti itu banyak ada disekitar kita.
Mungkin dia nakal di sekolah, berbuat gaduh dan onar. Mungkin dia terlihat tak sopan di masyarakat selengean dan nyeleneh. Tanpa kita fahami dibalik sifat seperti itu dia sedang berusaha berperang melawan kesedihan dan keharusannya berjuang dan terus bergerak mengikuti kehidupan yang sedang dijalaninya.
Jangan hukum mereka dengan makian, jangan hina mereka karena berantakan, dekati mereka dengan nurani, berbicaralah mereka dari hati. Mereka keras? Ya mereka keras karena enggan mengalami kephitan lagi, keperceyaan mereka hilang terhadap orang - orang yang dia lihat dewasa. Hanya dengan nurani dan hati kita mampu mendekati mereka
Ada dua kasus yang saya pelajari selama ini dari kasus perceraian yang akhirnya merusak harapan seorang anak.
1. Pertama kasus Putri,
dia anak gadis yang tinggal di Kota Kembang. Orang tuanya bercerai tepat usia dia masih belia, saat dia benar-benar belia bahkan tidak siap menerima kenyataan orang tuanya bercerai. Saat itu Putri duduk dibangku Sekolah Dasar. Usianya memang cukup dan tergolong masih kanak-kanak, cita - cita nya saat itu amat mulia, membahagiakan ibunya tidak ingin jadi anak nakal dan ingin menjadi anak kebanggaan ibunya.
Namun seiring perjalanan berlalu, cita - cita itu tidak mampu ia wujudkan, karena tekanan dalam hidupnya, karena tidak mau berdamai dan keadaan, tidak bisa menerima keputusan berat dari orang tuanya. Sedikit banyak hal tersebut benar - benar mengganggu pikirannya. Hingga saat dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama ia nyaris bunuh diri. Namun ia urungkan niatnya, ia lanjutkan hidupnya. Namun semua berantakan, sekolah seperti sebuah penjara bagi dia, karena seringnya hukuman yang ia terima akibat tidak mengumpulkan tugas. Ditambah ibu yang menjadi pilihan hidup terakhirnya berubah menjadi wanita yang kasar, saat berbicara begitu keras. Semakin tertekan Putri hidup di rumah, dengan ibu yang pemarah dan disekolah yang selalu memberinya hukuman.
Ayah??? Bukan harapan lagi, karena ayahnya lebih memilih hidup dengan wanita lain.
Lalu apa yang terjadi??? Ia lebih memilih hidup di jalan, menjadi anak Punk, berkumpul dengan orang- orang yang sama- sama merasa terbuang dalam hidupnya. Membuatnya nyaman dengan keadaan yang solid, meski langkah mereka salah minum-minuman keras, mengganggu keteritiban di jalan. Jika mengamen saya pikir tidak salah hanya sebatas bertahan untuk hidup, namun bagi sebagian orang mengganggu karena dengan penampilannya yang urakan. Bahkan hingga kini Putri lebih menikmati kehidupannya sebagai anak jalanan .
Orang tidak tahu ada luka yang membekas seumur hidup yang entah dengan cara apa akan sembuh. Mereka hanya tahu anak-anak seperti itu adalah pengganggu. Padahal mereka haus akan kasih sayang dan perhatian.
Mereka hanya tidak tahu bagaimana caranya berdamai dengan takdir, yang mereka tahu adalah bagaimana caranya mereka diterima dan dimengerti dan hidup bersama orang yang sama - sama senasib adalah solusi untuk meredakan luka yang membekas seumur hidupnya.
2. Kasus kedua adalah kejadian yng menimpa Pariz,
baginya terlalu dini ia harus menerima kenyataan pahit perpisahan orang tuanya disaat ia berusia 3 tahun. Bahkan saat masih kecil Pariz sepertinya sudah faham meski terlalu dini, itu terlihat pada perubahan sikap yang ia tunjukan. Cenderung menyendiri dan pendiam
Hingga ia menuju remaja, ia tidak mudah bergaul dengan orang lain. Sulitnya ia menerima dan percaya terhadap sesamanya, karena luka dalam batinnya begitu dalam orang yang menjadi harapan satu- satunya , orang yang menjadi tempat kembali lebih memilih dan hidup dengan kehidupan barunya masing-masing. Hal inilah yang membuatnya sulit dalam konsentrasi belajar. Hingga ia memilih putus sekolah.
Rasa percaya dirinya hancur, harapannya hilang, jiwanya sudah tak utuh lagi dibandingkan dengan anak - anak yang ayah/ orang tuanya bertanggung jawab.
Bagi anda yang memutuskan menikah pikirkanlah matang-matang sebelum melangkah dan mengambil keputusan jangan setengah - setengah dalam kesiapan dari segi apapun. Pikirkanlah baik-baik agar pernikahannya bisa langgeng dan saling mengerti
Namun bagi anda para orang tua, hal terbesar yang membuat anak anda sukses ataupun hancur tergantung dari apa yang anda berikan pada anak anda. Jika anak sukses maka anda telah sukses menjadi orang tua, namun jika anak anda salah dalam mengambil langkah maka andalah faktor utama kegagalan anak anda.
Jangan tanya kenapa? Namun renungkanlah, sebelum bercerai dan mengedepankan ego menuruti nafsu sesaat dan melukai anak anda seumur hidup. Lebih baik berusahalah menjadi hamba Alloh yang bertanggung jawab dalam menjaga titipannya, ikhlas lah menerima dan menyayangi darah daging anda.
Jangan hancurkan harapannya, jangan b*n*h harapannya. Jadilah orang tua peka yang penuh kasih
0 komentar:
Post a Comment