Pernahkan
kamu jatuh cinta? Pernah kamu merasa begitu takut kehilangan orang yang kamu
cintai, tapi di saat kamu tahu bahwa semua akan berakhir dan berpisah kamu
hanya di tuntut harus sabar dan berusaha menutupi rasa takut akan kejadian itu.
Kadang cinta memang sulit untuk di sembunyikan, tetapi kadang cinta terlihat
berbeda dalam tingkah lakunya, cerminan hati kadang tidak bisa di dustai. Rasanya
berat sekali, merahasiakan perasaan yang sesungguhnya dalam waktu yang sangat
lama, semua serba membingungkan dan semua serasa memang harus di sembunyikan.
Mungkin jika perasaan ini ada yang mengetahui perasaan ini tentu tidak nyaman,
meski menyembunyikan juga jauh lebih tidak terasa nyaman. Namun setiap orang
berbeda ada yang lebih nyaman mengutarakan nya ada juga yang lebih nyaman/
lebih baik di sembunyikan.
Perasaan
seperti ini tidak lahir dengan tiba-tiba lalu kemudian menyimpan perasaan,
namun datang nya pun tidak di sadari semua berjalan seperti biasanya dan apa
adanya, memang kebersamaan dalam waktu yang lama dan komunikasi yang baik
hingga lahir lah perasaan yang seperti ini, tapi apakah yang akan terjadi. Jika
kita mengetahui orang yang kita sayangi bahkan akan menjalani hidup dengan
orang lain. Sementara kita hanya mengetahui dan hanya bisa mengucapkan selamat.
Ya, memang mencintai itu tidak butuh balasan, ato kita mencitai bukan untuk
menarik perhatiaanya. Selama ini yang aku lakukan dengan perasaan ku hanya
menyimpan jauh di dalam dasar hatiku dan berharap tak ada yang mengetahui,
pertama karena aku tak mau merusak persahabatan yang sudah lama terjalin,
persahabatan ini bahkan seperti saudara dan lebih. Namun apa yang terjadi jika
aku egois dengan perasaan ini, mungkin sesuatu yang buruk yang tidak di
ingingkan akan terjadi. Pertama sampai saat ini aku hanya mendukung setiap keputusannya,
aku hanya menemani dan memberinya motivasi, apapun itu aku hanya melakukan yang
terbaik tanpa berfikir meminta imbalan agar ia menyukaiku. Bagiku biarkan saja
semuanya berjalan apa adanya, biarkan waktu yang akan membawaku bagaimana
akhirnya akan terjadi. Tapi aku hanya berharap, sahabatku mendapatkan
pendamping yang terbaik dalam hidupnya, semoga harapan dalam membangun
impiannya benar-benar tercapai. Selama bersama kita memang saling menguatkan,
menjadi pendengar yang baik dan memberikan yang terbaik dalam setiap momen.
Waktu yang saat ini tersisa kita gunakan menjadi yang terbaik, satu sama lain
hanya menjalankan menjadi sahabat yang terbaik. Dan aku selalu meyakinkan dalam
diri aku jadilah yang terbaik dan memberikan yang terbaik tanpa ada keinginan
agar mendapatkan balasan. Namun jika
kita melakukan yang terbaik setidaknya kita telah melakukan tugas yang benar
tanpa merusak kehidupan orang lain.
Iya,
aku bersyukur setidaknya aku memiliki kesempatan untuk mengenalnya, untuk dekat
dengannya dan mengahabiskan waktu untuk selalu bersama, setidaknya hingga saat
ini. Dia pendengar yang baik, dia selalu peduli dengan keadaanku dia melakukan
yang terbaik sebagai seorang sahabat tanpa meminta imbalan sedikitpun, aku baru
mengetahui bahwa ada orang yang seperti ini. Merasa kita nyaman, merasa kita
ada dan berharga. Bagaimana tidak? Dia selalu membuatku tersenyum dan bahagia,
pernah sesekali aku berfikir apa yang di lakukannya terlalu berlebihan, tapi
aku percaya dia mustahil mencintai aku yang begitu banyak kekurangan. Semakin
aku bingung, semakin aku terperosok dalam perasaan yang semakin hari membuat
bingung. Kadang aku pun berfikir, dia hanya melakukan yang terbaik hanya karena
aku sahabat terbaiknya, karena mungkin itu dan tidak lebih. Jangan sampai aku
berfikir hal yang lain, jika aku berfikir dia mencintaiku mungkin hubungan yang
kita jalin dari jaman kita muda akan hancur karena kesalah fahaman. Bagiku
mungkin setiap orang punya hak untuk menyukai bahkan mencintai, tapi bagiku
untuk memberi tahu perrasaan ini butuh momen yang tepat dan keadaan yang
memungkinkan. Dan bagiku ini bukanlah hal yang memungkinkan biarkan semuanya
terjadi begitu saja, berusaha untuk tetap bersabar agar semunya berjalan dengan
baik. Tak seharusnya aku memiliki perasaan seperti ini, meski kadang mengganggu
tapi aku bahkan tidak tahu cara untuk menyingkirkan perasaan ini. Kadang aku
bahagia dengan perasaan ini, kadang aku di buat bingung dan takut. Tapi yang
menjadi peganganku sampai saat ini adalah, bagaimana aku mendampingi sahabatku
hingga ia benar-benar meraih apa yang ia mau, aku akan berada di sampingnya
hingga ia butuhkan, jika dia sudah tidak butuh lagi, maka akupun akan pergi.
Karena yang aku inginkan adalah membuatnya bahagia tanpa membuatnya merasa
bingung. Ya, orang beranggapan kita adalah pasangan yang baik, pasangan yang
mungkin jika bersama akan melahirkan kebahagian. Mungkin itu yang mereka lihat
dari luar, namun kami tak seeperti itu. Percayakah kalian akan persahabatan
antara laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan?
Seebenarnya
sering aku berusaha untuk pergi jauh dari hidupnya, ketika aku merasa tak mampu
menutupi perasaanku, ketika aku merasa terluka karena hal yang menurutku aku
tak berhak untuk cemburu, namun tetap hati bukanlah sebuah mesin yang bisa kita
atur agar kita tidak memiliki perasaan yang seperti ini. Hati ini seperti hidup
dan tahu apa yang harus di lakukan, namun benar sekali merasa tak nyaman dan
merasa tersiksa. Sampai kapan sebenarnya perasaan ini akan tersimpan?
Ada
banyak hal yang mebuatku bingung, banyak yang ia lakukan hingga aku berfikir
kadang merasa dia begitu mencintaiku, mungkin aku terlalu GR dan mungkin aku
salah faham.
Suatu
hari hujan begitu lebat dan hari semakin gelap, saat itu aku masih memiliki
pasangan tapi dia sahabatku menelpon menayakan apakah aku sudah pulang kerja?
Apakah aku masih di tempat kerja? Tapi aku mengatakan jangan khawatir aku akan
segera pulang dan akan ada orang yang menjemputku. Tapi lama sekali hampir satu
jam aku menunggu dia yang ku tunggu tak kunjung datang, sahabatku menanyakan
dan menelpon lagi, apakah aku sampai di rumah? Jika belum pulang maka dia akan
menjemputku. Tapi aku bertahan untuk menunggu orang yang aku tunggu , jika 10
menit tak kunjung datang maka aku akan pulang bersama sahabatku.
Kekhawatirannya yang berlebihan kadang membuatku bingung, bahkan ketika aku
bermasalah dengan hubungan ku yang telah kandas, bahkan setiap malam hingga
larut malam meski via telpon sahabatku mendengarkan apa yang aku curahkan, dia
tak pernah bosan, dia selalu menghiburku dan jika ada waktu untuk main, kita
main bersama. Aku lupa bahwa dia pun memiliki hubungan dengan orang lain.
Hingga tiba saatnya wanita itu cemburu dan menuduh yang tidak-tidak, aku merasa
berdosa dan bersalah, maka saat itu aku putuskan untuk tidak telalu dekat dan
tidak untuk bertemu, dan ingin menjadi seperti biasa tak seperti ini, namun
sahabatku datang ke rumah dan mengatakan
bahwa menjauhi nya bukanlah jalan yang terbaik, dia selalu meyakinkan bahwa
pertengkaran dengan wanita itu bukanlah salah aku, kita hanya menjadi sahabat
yang terbaik bukan untuk hal yang tidak-tidak. Sebenarnya aku tetap ingin
menjauh tapi begitu sulit benar-benar sulit. Saat kuliah aku selalu ingat dia
menungguku pulang saat aku kebagian waktu malam saat sidang, aku selalu ingat
membeli buku bersama, bagaimana dia melakukan hal yang terbaik sebagai seorang
sahabat. Tapi apa yang ia lakukan lama-lama membuatku semakin terperosok
semakin dalam.
Apalagi setelah lulus, bersama sudah biasa.
Tapi aku tahu bahwa dia menjalin hubungan serius dengan seorang wanita, memang
kadang sulit sekali manjadi sahabatnya. Takut menjadi orang ketiga dan membuat
kegagalan yang menurut aku sendiri posisi aku tak salah, tapi menurut wanita
itu jelas salah. Tapi kami bersama dari sejak kuliah dan kami tahu
masing-masing kehidupan kita. Tapi begitulan dia perhatiannya terlalu
berlabihan, apapun ia lakukan yang terbaik. Hingga tiba hubungannya kandas
dengan wanita itu, herannya wanita itu jelas membuat posisiku terpojok dan
menjadikan orang ketiga yang bersalah. Ya , memang aku tahu sahabatku itu
pacaranya dimana-mana, aku tahu sahabatku itu pacaranya bukan Cuma wanita itu,
dan aku bingung wanita mana yang di ajaknya kelak menjadi wanita / pasagannya
yang serius. Dan wanita itu menurutku salah telah menuduh, karena aku hanya
mendukung sahabatku mencari yang terbaik, melakukan yang terbaik. Bosan rasanya
memperingatkan sahabatku agar berhenti terus mencari wanita hinga ia menemukan
yang membuatnya nyaman. Hubungan yang mana dan wanita yang mana yang ia ingin
ajak serius. Kadang memang aku merasa sahabatku memberikan perhatian yang
berlebihan, tapi aku tak boleh terjabak boleh saja aku jatuh cinta padanya tapi
aku tak boleh yakin bahwa dia mnecitaiku. Bagiku peria seperti sahabatku
mustahil mencintaiku sementara aku tahu kelakuannya tak berubah dan pacarnya
banyak. Meski aku tahu dia pacaranya banyak kadang hatiku masih saja bodoh
dengan peraasaan yang ada dalam hatiku. Tapi dari awal aku sudah yakin kami
hanya akan tetap menjadi sahabat dan pendengar yang terbaik. Tentunya aku pun
akan menjadi yang terbaik, karena bagiku adalah anugerah mendapat sahabat
seperti dia aku yakinkan dalam hati bahwa dia adalah saudarakau yang terlahir
dari ibu yang berbeda hanya itu. Karena
hanya berfikir seperti itu agar aku mampu membatasi diri, agar aku tidak
terlalu jatuh meski aku tak sanggup menolak perasaan seperti ini.
Hingga
saat ini kami masih bersama, meski dia sibuk mencari wanita yang ingin ia
jadikan sebagai pendampingnya, meski banyak tapi masih tak ketemu juga wanita
yang ia cari. Tapi kami sering mengatakan bahwa kita akan hidup dan mati
bersama, seperti janji anak-anak. Tapi ini sungguh adalah harapanku juga, namun
juga ini yang ia inginkan. Aku selalu di sampingnya untuk mendukung apapun yang
ia pilih, apapun yang ia jalani, sahabatku percaya kepadaku sampai keuangannya
aku yang atur dan simpan. Tapi bagiku ini sebuah beban yang besar, aku merasa
tak bisa lari darinya, bagaimana bisa aku mencari calon pendamping dalam
hidupku jika seperti ini kedekatan kita, meski aku memiliki perasaan aku pun
punya harapan dalam membangun sebuah keluarga. Tapi?? Aku tak mau
meninggalkannya dalam keadaan sendiri, aku juga bingung sampai kapan kami
bersama. Tapi aku hanya ingin bersama nya hingga waktunya tiba dia menemukan
pendamping dalam hidupnya, saat ini aku tidak bisa mencintai orang lain, tapi
aku juga tak banyak harapan agar sahabatku tahu. Yang aku lakukan hanya
menemaninya hingga ia memutuskan segalanya, bahwa semua telah berbeda.
Suatu
hari aku pernah tidak sadar marah kepadanya karena alasan yang menurutnya tak
masuk di akal, tapi bagiku karena ini berat aku terima. Tapi aku lupa bahwa aku
tak punya hak untuk cemburu. Saat itu aku ingat, waktu dimana dia di jodohkan
dengan seorang wanita, yang wanita tersebut adalah anak dari kerabat ayahnya.
Aku pun merasa bahagia sekaligus merasa terpuruk, bahagia karena wanita itu
begitu cantik dan mampu memikat sahabatku, dan dengan begitu sahabatku akan
bahagia hidup bersama wanita itu, aku bahagia karena ini adalah harapan
sahabatku menemukan wanita solehah yang ia idamkan. Ia sering berkata, wanita
memang banyak, tapi tak mudah mencari yang benar-benar tulus. Aku berharap
wanita ini benar-benar tulus.
Saat
itu aku menyambutnya bahagia, dan mengatakan salam terakhir. Karena aku pikir
jika aku terus bersamanya akan menimbulkan masalah baru, sebagai orang ketiga
atau perusak hubungan orang. Dan aku tak berhak mengahancurkan hubungan itu.
Aku pikir tugasku selesai untuk menemaninya, aku pikir akan ada orang yang
lebih ia butuhkan. Dan aku hanya orang yang berada dalam hidupnya hanya di masa
muda nya saja, dan sebagai sahabat terbaiknya dan bukan pnghancur harapannya.
Aku katakan, bahwa aku bahagia mendengar kabar gembira ini, tapi aku minta maaf
aku tidak bisa menjadi orang yang selalu di salahkan dan terus-terusan di
anggap yang menjadi perusak. Aku saat itu memutuskan untuk tidak menghubunginya
lagi, berusaha menjauhinya dan berpikir tugasku sudah selesai. Tapi dia marah,
dia mengatakan bahwa aku cemburu karena manjauhinya, dia berkata tak
sepantasnya sahabat meninggalkannya meski dalam keadaan apapun. Tak ada
perjanjian untuk meninggalkan, aku pikir dia tidak tahu kalo sedikit banyak aku
memang cemburu, tapi apa hanya itu yang dia tahu? Alasanku lebih kuat, hanya
ingin proses perjodohan ini berjalan lancar, tak banyak orang yang mengerti
bahwa memang kita hanya sahabat dan tidak lebih. Tapi dia juga tidak mengerti
perasaanku, bahwa aku hanya menahan sakit karena orang yang selama ini bersama
kita akan hidup bersama orang lain, dan bagiku sulit merubah keadaan dan
kebiasaan menjadi biasa dan menghilang tanpa kabar. Aku hanya takut hidupku tak
seindah ini, aku takut betapa aku tak mampu jika hanya harus berdiri sendirian.
Tapi aku lupa, bahwa benar aku sahabatnya. Mungkin karena dia tidak mencintaiku
makanya dia tak peduli dengan rasa sakit yang menjadi ketakutan dan
kekhawatiranku bahwa sebentar lagi kita akan berpisah. Bukan hanya itu yang
membuatku semakin kuat ingin pergi, tapi ternyata wanita itu masih ada jalinan
persaudaraan dengan silsilah keluargaku. Dan ternyata kita masih saudara satu
keturunan dari uyut yang sama. Meski aku sendiri tidak tahu, tapi ibuku tau
tentang silsilah keluarga wanita itu, dan ibu ku saat lebaran saja konon
bersilaturahmi ke rumahnya. Bukan hanya terpukul, tapi aku semakin bingung.
Pertama aku tak mau menjadi perusak, ke dua aku hanya ingin sahabat ku bahagia,
dan yang ketiga aku tak ingin menjadi orang yang di salahkan jika mereka gagal
karena akan membuat malu keluargaku. Jalan satu-satunya adalah dengan pergi
secara perlahan. Aku pikir aku memang harus pergi, tapi ternyata proses
perjodohan itu tidak berajalan dengan mulus. Konon wanita itu masih kuliah dan
tidak memberi jawaban yang jelas. Tapi sahabatku tetap berharap agar wanita itu
mau. Aku juga ingin dia bahagia, aku tak akan menikah sebelum dia menikah.
Karena bagaiamana bisa, aku bingung menjalin hubungan dengan orang lain. Aku
pun tak mampu membuka hati, dan aku tak ingin meninggalkan dia dalam keadaan
sendiri. Meski pacar dia diamana-mana, tapi aku tahu kelamahan sahabatku, aku
tahu dia rapuh, meski jail dan nakalnya mendunia tapi dia tetap orang yang
rapuh yang aku lihat. Aku…tak bisa menjauh, aku masih menemaninya, jika saja
aku pergi maka dia akan marah-marah gak jelas, meski hanya mulutnya yang galak,
tapi dia gampang down. Aku tahu seperti apa dia, aku tahu karaketrnya. Aku tak
bisa meninggalkannya...jika aku terlihat cemburu kadang ia bertanya keheranan,
tapi aku berusaha menolak dan menipu diri. Tapi kadang aku juga tak terima jika
dia cemburu dengan orang yang ada di sekitarku, ketika dia membahas bahwa aku
tak boleh cemburu, maka akupun membahas bahwa dia pernah kelewat batas. Ya, dia
pernah marah besar..ketika 4 bulan yang lalu aku mencoba menjalin hubungan
dengan seorang laki-laki, harapanku agar laki-laki itu mampu membuat aku jatuh
cinta lagi, karena aku merasa tersiksa dengan perasaanku terhadap sahabatku.
Saat dia tahu, dia marah besar “hebat dia
akan kamu jadikan sebagai pendamping, sementara orang itu baru kamu kenal.
Sementara aku yang menemanimu kamu anggap aku apa? Dia laki-laki paling jelek
yang pernah aku liat, dia gak pantas untukmu. Dia benar-benar menyeramkan
wajahnya saja benar-benar seperti preman. Kamu gak boleh pasang wajah dia di
social media manapun, aku gak ikhlas melihatnya”
Mendengar
itu aku kebingungan dia makhluk licik di muka bumi, pacarnya saja lebih dari
tiga kenapa dia marah ketika aku hanya menjalin hubungan dengan satu pria? Lalu
aku marah balik, dan menagatakan bahwa dia tak berhak untuk marah, bahwa
sahabatku juga pacarnya banyak dan aku tak pernah melarangnya. Aku katakan ini
hidupku…lalu aku bertanya. “apa kamu
cemburu?” dia malah tertawa dan menjawab “tidak mana mungkin aku cemburu, hanya saja aku sama dia gantengan aku.
Dia jelek dia gak pantas”.
Kadang
aku kesal di buatnya, selama hubungan itu berjalan dia tidak berhenti
marah-marah. Akhirnya ku putuskan nanti saja aku mencari pasangan hidup biarkan
sahabatku dulu yang menikah. Pikiran itu seperti telah mendarah daging dalam
pikiranku, bahwa aku hanya akan mencari pendamping saat dia telah mendapatkan
orang yang tepat.
Aku
tak tahu apakah dia cemburu atau tidak, tapi lebih baik aku sendiri dulu dengan
begitu, semuanya aman terkendali telingaku serasa adem gak ada yang
marah-marah. Aku heran sampai kapan seperti ini, sahabatku memang licik aku
main dengan teman-temanku saja di telpon, kalo aku tutup dia marah. Ya padahal
aku selalu berusaha untuk mengerti, jika malam sabtu waktunya dia kumpul bareng
temannya ato malam minggu tiba aku tak mau menghubungi dia karena takut
mengangganggu, tapi dia malah marah jika aku tidak kasih kabar/menghubunginya.
Heran aku salah lagi, siang dan malam bahkan bangun tidur dan mau tidur aku tak
pernah jauh dari ponselku, karena aku wajib menghubunginya. Kadang aku juga
pernah tidak medapat kabar seharian saat dia sibuk bekerja dalam hati ada rasa
tidak tenang, khawatir berlebihan . memang jika tak ada kabar darinya meski
setengah hari membuat otakku pusing hatiku gelisah, tapi aku gak pernah marah
hanya menahan rasa kekhawatiranku yang berlebihan.
Kadang
aku berpikir dia itu aneh, jika tak ada kabar sehari saja maka akan marah-marah
kaya burung beo. Jika aku lupa atau ketiduran tak menguhubunginya dia akan
marah. Dia cerewet, tapi hidup tanpa dia juga sungguh sepi dan tak bahagia.
Aku
nikmati setiap detik bersamanya, karena kami punya keyakinan bahwa kita tak
akan pernah berjodoh karena mustahil, dia menanti wanita yang menjadi
impiaannya. Sementara aku juga menanti laki-laki yang mampu memalingkan hatiku
padanya. Terus saja sampai saat ini begitu, padahal aku makin gak karuan dengan
perasaaku yang kadang membuatku ingin semua orang tahu, tapi tak perlu orang
lain tahu dan gak boleh ada yang tahu.
Tapi
aku pernah bahagia saat dulu ibunya mengatakan sesuatu namun kaget, saat
berkata “ibu setuju jika anak ibu menikah
dengan kamu” seketika dadaku sesak, karena kaget. Rasanya seperti sebuah
impian yang ingin terwujud tapi tiba-tiba aku sedih karena itu hal yang tak
mungkin, karena sahabtku pacarnya banyak. Aku hanya bisa tersenyum dan tak
mampu menjawab.
Tapi
sahabatku, adalah hal yang terindah yang aku miliki. Meski suatu saat semua
akan berbeda tak lagi sama, setidaknya aku pernah melakukan yang terbaik dan
selalu mendukungnya.
Perhatiaanya,
kepedulaiannya sungguh berlebihan itulah mengapa akhirnya aku jatuh cinta.
Suatu hari aku pernah berkata kepadanya “sungguh
aku bersyukur, aku memiliki sahabat seperti mu. Bagaiamana jadinya aku tanpa
kamu, mungkin aku akan menjadi manusia paling stress. Karena kamu adalah
sahabatku, pendengar terbaikku dan orang yang paling berharga di dunia dan aku
bahagia bisa bersamamu”dan dia berkata “justru
aku adalah manusia yang paling bersyukur bisa bersamamu, jika aku tanpamu aku bisa
gila” jika aku mengatakan hal seperti itu, sikap dia langsung berubah
menjadi lebih baik dan lembut tanpa cerewet. Tapi jika aku lupa mengabarinya
bumi gonjang ganjing seperti ada burung beo yang lepas. Dia itu aneh, aku saja
heran di buatnya, pacaranya banyak. Tapi kenapa semua pacarnya iri dan marah
padaku. Padahal aku bukan pacarnya, pacar dia kan banyak masa cemburu sama aku
yang bukan pacarnya. Apa ya yang ada dala hatinya, kenapa dia begitu percaya
dan baik sama aku. Kenapa uang yang nilanya besar dia simpan di aku. Aku selalu
berusaha menjadi yang terbaik, aku hanya ingin menjadi yang terbaik dan
melakukan yang terbaik karena aku hanya ingin bahagia. Meski perasaa aneh
seperti ini menyiksaku. Aku dan dia selalu bertanya “dimanakah jodoh kita?” tapi kadang aku selalu menjawab nya “semoga mereka (jodoh kita) datang di waktu
yang sama, agar kita bisa bahagia bersama. Karena aku tak mau meninggalkan dan
di tinggalkan dalam keadaan sendiri. Aku hanya ingin kau bahagia, dan aku
bahagia. Aku tak ingin jodohku datang terlebih dahulu karena aku benar-benar
tak ingin meninggalkanmu dalam keadaan sendiri, aku hanya ingin bahagia kita
datangnya bersama”
Baginya
aku adalah motivasi dalam hidupnya itu yang pernah ia katakan, tapi bagiku dia
adalah kekuatanku untuk menjalani hari-hariku.
Tapi
pertanyaannya, ini yang kita jalani sebenarna jalan nya kemana? Aku tak ingin
dia jauh, dan dia selalu memintaku agar tidak menjauh darinya. Tapi dia
menjalin dengan banyak wanita, tapi wanitanya kenapa hampir semuanya marah dan
iri padaku, padahal aku tak pernah bertemu dengan mereka. Tapi mereka seperti
orang yang kehabisan akal, semua sosmed ku di cari nya dan mereka pernah
memakiku di sosmed. Lalu apa yang ada dalam pikiran sahabatku, dia hanya bilang
mereka cemburu kepadaku, tapi sahabatku memang begitu selalu mengabaikan
mereka. Tapi???? Apa iya dia juga punya rasa yang sama? Kalo ia kenapa pacar
dia banyak? Kalo enggak kenapa dia memberi perhatian dan cemburu yang berlebih.
Disini apa yang sedang kami jalani, aku lebih dari bingung!